🍂 SATU 🍂

635 47 0
                                    

 🍂🍂🍂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍂🍂🍂

15 Juni 2023
      
Suara alarm berdering kencang membangunkan gadis berambut panjang yang masih bergelung nyaman di dalam selimut tebalnya. Matanya mengerjap pelan, menyesuaikan dengan cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah gorden balkon. Setelah berhasil mengumpulkan nyawanya dengan baik, tangannya baru terjulur mematikan alarm kodoknya.
     
Tangannya kini beralih menyibak selimut tebalnya. Kakinya melangkah menuju kamar mandi setelah meneguk segelas air di atas nakas. Tak ada drama dumel-dumelan karena dibanguni oleh suara alarm yang memekakan telinga. Tak ada acara rengek-rengekan karena dirinya diseret paksa dari dunia mimpi ke dunia nyata.
      
Ini adalah kehidupan monoton seorang gadis berwajah datar dengan tatapan dingin bernama Kanaya Laurenza. Gadis berusia 19 tahun yang sedang menempuh pendidikan di bangku kelas 3 SMA. Tak seperti orang lain yang menyukai tidur dan menikmati mimpi mereka. Naya malah membenci tidur. Karena jika dia tidur, dia akan kembali terseret ke dunia mimpi yang tak pernah dia inginkan.
      
Dunia yang menakutkannya melebihi dunia nyatanya. Naya bersyukur, malah amat sangat bersyukur karena bisa kembali bangun dari alam mimpinya.
      
Selesai dengan urusan mandi paginya. Kini Naya mematut dirinya di cermin kamar. Membenarkan letak dasi berbentuk pita yang sudah terikat di kerah seragam SMA nya.
      
Entah ada yang akan percaya padanya atau tidak. Tapi Naya memang benar-benar mengalaminya. Mimpi buruk yang datang secara berulang-ulang di setiap kali dirinya tidur. Mimpi dirinya dan seorang anak berusia 5 tahun berseragam TK terjun ke dasar jurang dengan bis yang sudah luluh lantak tak berbentuk setelah mengalami kecelakaan besar.
      
Mimpi itu datang setelah dirinya berhasil sadar dari koma dua bulannya pasca mengalami kecelakaan usai berdebat dengan saudari tirinya yang usianya hanya berbeda beberapa jam darinya. Kecelakaan yang mengantarkannya pada mimpi buruk tak berujung.
      
Kakinya berbelok ke arah stasiun. Setelah mengalami mimpi buruk itu, Nanya jadi sedikit ragu menaiki bis. Padahal sebelum kecelakaan terjadi, kemana-mana transportasinya adalah bis. Keadaan di dalam gerbong kereta sangat sesak. Seperti biasanya. Naya juga tak mendapatkan tempat duduk. Tangannya berpegangan pada benda segitiga yang menjuntai dari atap kereta.
      
Duduknya Naya di bangku kelasnya bersamaan dengan terdengarnya bel masuk berbunyi. Tangannya mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasnya, dan satu kotak pensil, lalu menaruhnya di atas mejanya. Tatapannya menyorot datar ke depan kelas. Menunggu guru yang akan mengisi jam pertama datang menyampaikan materi.
      
Tak ada teman sebangku. Tak ada teman mengobrol. Dan tak ada teman dekat. Baik murid-murid kelasnya, maupun murid-murid SMA Nusantara. Tak ada yang mau berteman dengannya. Naya juga menutup diri dari mereka. Naya selalu melakukan semuanya sendiri. Gadis itu, sudah terlalu berteman baik dengan kesunyian dan ketenangan.
      
Tuk... Tuk... Tuk...
      
Suara ketukan heels yang beradu dengan lantai marmer terdengar kian mendekat. Membuat seisi kelas berhamburan ke bangku mereka masing-masing.

Bu Nelly datang dengan setumpukan lembaran kertas di pelukannya. Juga tas hitam di tangan lainnya.

"Ketua kelas, tolong bagikan ke yang lainnya."
      
Seorang siswa berkacamata bangun dari duduknya. Menyambut setumpukan lembaran yang tersodor apik padanya. Lantas membagikannya pada tiap anak.
      
"Pastikan Ayah kalian datang tanggal 18 Juni nanti untuk menghadiri acara hari Ayah yang akan diselenggarakan sekolah. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kalian juga wajib membawa bunga untuk diberikan pada Ayah kalian. Selebihnya, silahkan baca sendiri di kertas kalian. Ibu harus menghadiri rapat dulu, tolong jangan gaduh. Ketua kelas, titip kelas. Catat setiap nama yang membuat kegaduhan. Akan ada sanksi untuk kalian pembuat onar."
      
Setelah menyampaikan pesan panjangnya, Bu Nelly melangkah keluar kelas. Meninggalkan para siswi yang mulai berbisik-bisik kecil. Kecuali Naya. Gadis itu setia bungkam. Asyik dengan dunianya sendiri.
      
Naya membaca selembaran kertas di tangannya. Hari Ayah, salah satu hari sialan yang sangat dia benci. Setiap tahun, sekolah ini memang selalu memperingati hari ayah. Setiap muridnya diwajibkan membawa Ayah mereka atau wali mereka untuk menghadiri acara.
      
Namun dua tahun kebelakang. Ayahnya tak pernah menghadiri acara tersebut untuknya. Naya selalu datang sendirian. Menyaksikan dengan rasa sesak luar biasa.
      
Tangannya menggulung rapih selembaran kertasnya. Menaruhnya ke dalam tas hitamnya.

Time Travel: Wave Of Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang