🍂 DUA PULUH SATU 🍂

88 14 1
                                    

Kanaya dan Terra, keduanya berjalan sejajar menuju ruang makan Terra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kanaya dan Terra, keduanya berjalan sejajar menuju ruang makan Terra. Terra bilang dia akan merapihkan rambut Naya sesudah mengisi perutnya sampai kenyang dengan makanan bawaan Naya. Lidah Terra terasa pas sekali dengan masakan temannya.
      
"Naya, jika kau bisa membuat semua makanan, apa kau juga bisa memasak kepiting asam pedas?" Tanya Terra disela-sela langkah keduanya.
      
"Aku belum pernah membuatnya. Tapi aku rasa aku bisa membuatnya setelah menonton tutorial atau membaca resep masakannya."
      
"Maka buatkan satu untukku! Aku suka sekali kepiting asam pedas!"
      
"Tentu, kapan-kapan akan kubuatkan untukmu." Naya tak kuasa menolak permintaan Terra disaat gadis itu memintanya dengan tatapan semanis ini.

Senyum Naya mengembang cerah saat tiba-tiba saja otaknya berangan-angan. Akan betapa menyenangkannya mempunyai Adik semanis Terra di hidupnya. Pasti hidupnya akan berwarna setiap hari dengan tingkah manisnya.
      
"Kanaya?"
      
Suara yang tak asing baginya itu mengalihkan tatapan Naya setelah senyum di wajahnya sirna sepenuhnya. Netra coklatnya membulat mendapati Adik tiri pertamanya tengah duduk di sofa berdampingan dengan Kanaka. Menatapnya dengan raut tak percaya.
      
"Apa yang kau lakukan di sini?"
     
Pertanyaan itu terdengar jelas bagi Naya. Tapi tak mampu membuat Naya berkeinginan menjawabnya. Otaknya tengah sibuk mencerna keadaan saat ini.
      
"Aku tanya apa yang kau lakukan di sini?" Bianca mengulang pertanyaannya, sambil beranjak dari sofa. "Kemana saja kau selama ini? Setelah hilang hampir semingguan. Ayah jadi mencarimu terus-terusan sampai mengabaikanku dan Sea!"
      
Kanaka dan Terra, yang baru pertama kali ini mendengar sentakan Bianca tampak terdiam terkejut. Ini kali pertamanya Bianca lepas kontrol di hadapan keduanya.
      
"Ayah jadi mencariku dan sedikit mengabaikanmu dan Sea? Lalu bagaimana? Kau tidak suka Ayah mencariku?" Naya, gadis berkuncir kuda itu melayangkan pertanyaan balik yang tambah membuat Bianca makin kepanasan.
      
Ahh, sepertinya otak cerdasnya sudah dapat membaca situasi yang ada. Jadi, pacar Kanaka yang tak tahu diri yang Terra ceritakan padanya di halaman toserba seminggu yang lalu adalah Bianca saudari tirinya? Pantas saja saat itu rasanya tak asing mendengar cerita Terra.
      
"Aku tidak bilang aku tidak suka. Hanya saja---"
      
"Hanya saja kau merasa tersaingi dan terancam. Iya kan? Sampaikan pada Ayahmu, berhenti mencariku. Sudah terlambat. Semuanya hanya akan berakhir sia-sia. Dan sekarang kau bisa merasa tenang, karena aku sudah memilih mundur untuk merebut Ayahmu darimu. Walaupun kenyataannya kau dan Ibumu yang merebut Ayahku dari hidup Ibuku dan aku. Maaf, tapi aku harus mengatakan ini padamu di depan kekasih dan Adik dari kekasihmu." Jedanya sejenak.

Jangan kira Naya hanya akan berhenti sampai di situ. Jelas tidak.
      
Tatapannya kini beralih pada Terra. "Kau benar. Jangan sampai keluargamu memiliki keturunan dari gadis sepertinya. Aku jadi takut, dia akan melahirkan keturunan yang dapat mencemari nama baik keluargamu dengan aib buruk Ibunya."
      
Selesai. Naya baru melangkah lebar dengan tegas keluar dari ruang tamu rumah keluarga Kanaka. Dia mencoba menahan dirinya hanya sampai di sini. Jika dilanjutkan, dan Naya tak segera menarik tuas remnya. Khawatir bibir cantiknya akan mengeluarkan kata-kata yang lebih kasar pada Bianca di hadapan keluarga temannya sendiri.
      
Itu hanya akan dapat memperburuk harga dirinya. Naya lebih suka bersikap elegan. Seperti Ibunya.

Time Travel: Wave Of Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang