Prolog + potongan part 1.

509 29 12
                                    

"Lun, maafin keluarga Leo ya?" Ucap bocah laki-laki bernama Leo dengan raut wajah sedih

"Leo ga salah. Keluarga Leo juga ga salah. Ini semua udah takdir Tuhan. Bunda cuma belum bisa terima aja kok." jawab bocah perempuan bernama Luna dengan tenang.

"Leo bakalan pindah Lun." Tatapan mata Leo sirat akan kesedihan yang mendalam.

"Leo jangan bercanda deh." tukas Luna tertawa hambar

"Nggak Lun, Leo ga bercanda." Ucap Leo serius.

"Leo jahat!" Ucap Luna, memberi jeda, "Leo kan janji mau ngajarin dan nemenin Luna main skateboard lagi! Leo pembohong!" Luna terisak.

"Maafin Leo, Lun." Ucap Leo tanpa mau memberikan pelukan penenang untuk bocah perempuan itu.

"Luna udah ga punya temen lagi.." isakan Luna yang terdengar memilukan.

Luna berusaha tegar. Mungkin ia memang ditakdirkan untuk tidak memiliki sahabat ataupun teman. Pikirnya

"Sekarang terserah Leo kalo mau ninggalin Luna." ucap Luna sambil menatap mata coklat milik Leo, "Luna cuma mau titip ini buat Leo." Luna mengambil skateboard disampingnya, yang tak lain dan tak bukan adalah pemberian bundanya yang sengaja ia bawa karena dipikirnya, Leo mengajaknya ketemuan untuk mengajarinya main skateboard lagi. Tapi ternyata tidak.

Leo mengernyit bingung, "Ini kan hadiah dari bundanya Luna."

"Ngga papa Le. Abisnya bunda sedih mulu kalo liat skateboard itu." Ucap Luna sambil menahan tangisannya yang akan membuncah keluar (lagi).

Baru akhirnya Leo memberikan pelukan penenang untuk Luna, "Ssshhhh....udah Luna ga usah nangis ya.. Leo bakal jaga skateboard ini, Leo janji." Leo meregangkan pelukannya dan menghapus jejak airmata dipipi chubby Luna, "Luna jangan pindah kemana-mana ya? Leo janji Leo bakal kerumah Luna."

"Woi bangun woi!" Ucap Nadia kepada teman sebangku sekaligus sahabat yang sedang molor saat guru pengajarnya sedang ke kantor.

"Apaansi." Jawab sahabatnya itu dengan nada parau dan masih dengan kepala ditumpu kan diatas meja

"Bangun toil! Ada bu Riana noh," Ucapannya yang dalam sekejap membuat tubuh sahabatnya itu menegak.

Sial. Mimpi itu lagi. gumam teman sebangkunya itu tanpa sengaja.

"Iler tuh elap dulu." Ucap Nadia, kepada sahabatnya yang bernama Luna.

"Gue ga pernah ileran!" Tegas Luna padanya.

"Lo kok bisa tidur nyenyak gitu si? Segala ngorok lagi." Ucap Nadia dengan masih fokus kepada penerangan materi yang dijelaskan bu Riana.

"Emang gue ngorok?" Tanya Luna

"Iye. Tanya aja noh doi lau, dia dari tadi ngeliatin lu tidur, tapi ga berani bangunin."

"Anjir, gue ga mungkin ngorok!" Tegas Luna kepada Nadia

"Ck, ya saran gue sih tiati aja kalo doi lu ilfeel."

Luna diam, lalu dilihatnya cowok tampan yang duduk dibagian belakang masih fokus mendengarkan ocehan bu Riana tanpa menyadari kalo ia sedang memerhatikannya.

Gue ga ngorok....gue ga ngorok.... ucap Luna berulang kali dalam hati.

"Nad..." panggil Luna kepada Nadia yang masih sibuk mencatat apa yang ditulis dipapan tulis

"Hm..." gumam Nadia tanpa menoleh ke Luna

"Gue mimpi itu lagi." Ucap Luna frustasi. Ia mengusap wajahnya gusar

Teenage DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang