02

311 29 7
                                    

Hari ini adalah hari pernikahanku, percayalah pernikahan ini tidak pernah aku harapkan. Aku baru saja mengenal pria di sampingku ini baru 1 bulan yang lalu. Tapi dia sudah menjadi suamiku. Aku tidak habis fikir bagaimana dengan cara berfikir pria di sampingku ini. Dia kadang terlihat tampan, kadang terlihat jelek. Di satu sisi dia pintar tapi juga kadang bodoh. Yang ajaibnya lagi dia suka bicara di pekarangan rumah, katanya sih bicara dengan bintang di langit tapi aku merasa dia aneh.

Setelah selesai menyalami tamu dari pukul 09.00 pagi sampai pukul 13.00 siang kaki ini rasanya mau copot dari posisinya. Tapi pria yang menyandang status suamiku ini tidak bicara sedikitpun denganku. Apakah aku terlihat seperti tiang pancang tengah sawah yang menunggu untuk di tabrak kerbau karapan agar biar bisa dapat hadiah? Aku ini manusia ya tolong ajak aku bicara.

Kini aku sedang sibuk melepas gaun pernikahanku yang berat di bantu oleh pembantuku. Rasanya sendi di bahuku ini akan segera bergeser dari posisinya.

'Bi, buatin Al es teh banyakin gulanya. Sama bawain nasi lauknya rendang, daun ubi sama sambel cabe ijo di banyakin ya. Al laper banget, bi' ujarku sambil merebahkan tubuhku di sofa.

'Siap non, ada lagi? Kalau tuan mau makan apa? Biar bibi bawakan sekalian' Bibi bertanya dengan halus namun tak ada jawaban.

Bibi menatapku bingung, aku juga bingung dia mau makan apa? Ku bilang saja pada bibi untuk membawa yang mirip saja dengan punyaku. Bibi pun membawakan dua porsi nasi dan 1 cerek es teh manis.

Ku tepuk pundaknya yang terasa keras seperti kayu tua itu, dia menoleh lalu menatapku diam.

'Setidaknya sebelum malam pertama kamu harus makan, nih makan' kusodorkan sepiring nasi penuh lauk kepadanya. Ia memakannya sambil menangis. Apa segitu enaknya makanan ini sampai ia menangis begitu fikirku.

****

Hari ini adalah hari pernikahanku dengan gadis yang baru aku kenal sebulan yang lalu. Perjodohan kami katanya sudah di atur saat kami masih menjadi gumpalan daging di perut ibu. Memang orang tua itu kalau bertindak seenaknya. Setidaknya tunggu aku lahir dulu baru jodohkan aku. Setelah ijab kabul subuh tadi, aku belum merasakan tidur lagi sampai siang ini. Sekarang gadis aa maksudku istriku ini sedang sibuk berganti pakaian di depanku, apa dia tidak malu melihatku duduk di sini? Maksudku kami baru saja menikah aku belum pernah melihat seorang wanita nekat berganti pakaian di depanku begini. Jadi aku memilih diam saja anggap aku patung lilin bernyawa.

Sekarang bibi itu menanyakan aku mau makan apa, tapi tenggorokanku kering sekali suaraku tidak bisa keluar. Wah aku sukses menjadi patung lilin.

Wanita itu memberikan aku sepiring nasi penuh dengan nasi, sayur daun ubi rebus, rendang daging, dan sambaaal?? Aku tidak bisa makan pedas tolong aku, aku mohon.

Tapi wajahnya meminta aku menghabiskan ini, ya sudah aku akan mencoba menjadi suami yang baik dan menghabiskan makan tanpa sisa. Tapi ini pedas sekali air mataku jadi menetes begini huee.

Dan pada akhirnya es teh penuh gula ini menyelamatkan aku. Terima kasih es teh penuh gula kamu adalah pahlawan.

****

Keduanya saling tatap menatap tanpa kata. Karena sudah terlalu lama saling pandang mata mereka menjadi kering dan memilih menghentikan aksi konyol itu.

'Aku mau mandi, kamu mau ikut?' Tanya Alicia menatap bibir Ellio yang terdapat sisa cabai yang menempel, tangannya gatal ingin mengambil sisa cabai itu.

'Ha? Kau mau aku ikut mandi denganmu?' Ujar Ellio panik.

'Ya kan udah sah juga, kenapa mesti takut. Kamu apa-apain aku juga gak dosa kali, kan aku udah jadi istrimu' ujar Alicia santai.

The Famous Girl And Her Secret HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang