09

134 18 6
                                    

Malam hari sudah datang, langit pun berubah gelap gulita. Alicia sedang memasak telur dadar. Lalu disampingnya, terlihat Ellio sedang sibuk merebus mie instan.

"Mienya mau masak 2 bungkus aja apa lebih AL?" Tanya Ellio sambil mempelihatkan 2 bungkus indomie goreng.

"Kurang EL, harusnya 3 bungkus" jawab Alicia lalu mengambil 1 bungkus mie instan lagi.

"Kan kita cuma berdua? Emang satunya buat siapa?" Ellio menatap 1 bungkus indomie yang di pegang oleh Alicia.

"EL, kalau makan 1 bungkus kurang buat aku. Tapi kalau 2 bungkus nanti gak bisa abis. Mending sekalian 3 aja kan 1 bungkusnya bisa bagi dua hehehe" Alicia terkekeh pelan. Ellio tidak bisa berkata-kata dengan ide Alicia.

"Ternyata makan mie ada rumusnya juga" gumam Ellio sambil tetap menatap panci berisi air mendidih.

Dengan senang hati dan tanpa protes. Ellio pun memasak 3 bungkus mie instan sesuai permintaan Alicia. Dan pastinya 1 bungkusnya di bagi agar menjadi 2 porsi lagi.

Kini keduanya duduk menonton Tv sambil makan mie goreng di ruang tamu. Alicia duduk di lantai piringnya berada di atas meja. Sementara Ellio duduk di sofa sambil mengangkat sebelah kakinya, piring ia pegang dengan menggunakan tangan kiri dan tangan kanan sibuk menggulung mie ke dalam mulutnya.

Keduanya sepakat memilih menonton film horor kali ini. Ellio yang tampan dan juga pemberani tidak takut dengan hantu, karena alasannya hantu itu tidak nyata sebab yang nyata cuma alien. (Iya deh si paling NASA).
Sementara Alicia, dia sangat percaya dengan adanya hantu. Alasannya dia dulu sering melihat temannya Sulvia berbicara sendiri di bawah pohon beringin. Alicia juga suka menonton acara penelusuran ke tempat-tempat mistis. Katanya jauh lebih menarik ketimbang menonton acara cinta-cintaan sinetron di Tv. Dia juga menyukai film Barbie tapi tidak secinta film horor. Salah satu film horor kesukaannya adalah Whispering Corridor. (Jadi jangan kaget kalau Alicia bego banget masalah percintaan huhuhu ).

Suara petir terdengar begitu menggelegar dari luar rumah. Alicia terkejut lalu refleks menutup kedua telinga dengan tangannya. Ellio mengintip ke arah jendela, ternyata sedang hujan cukup lebat. Ponsel Alicia berdering. Ellio mengintip layar ponsel tersebut karena Alicia sibuk menutup mata dan juga telinganya.

"AL, ibu nelpon tuh" Ellio menepuk Alicia namun Alicia malah menepis tangan Ellio.

"Aaa gak mau pegang hp, nanti di samber petir lagi. Gak mau, pokoknya gak mau titik gak pakai koma" Alicia merengek tak mau mengangkat telepon ibunya.

Ellio pasrah dengan tingkah istrinya, lagipula itu ibu mertuanya juga. Tanpa ragu ia mengangkat telepon itu, terdengar suara ibu Jihan dari seberang dengan samar karena tertutup suara hujan.

"Halo!!, AL.. ini ibu gak bisa pulang sayang. Kayaknya ibu bakalan nginep disini" ujar ibu Jihan dengan suara sedikit keras seperti sedang berlomba dengan suara hujan dari seberang telepon.

"Hallo ibu, ini Ellio. Si Alicia gak mau angkat teleponnya. Katanya takut di samber petir" sahut Ellio sambil melirik Alicia yang sibuk bersembunyi di balik bantal.

"Oalah, nak EL mantu ibu. Aduh ibu pakai lupa, si Alicia emang takut petir anaknya. Ibu minta tolong sama kamu buat titip anak ibu ya sayang. Kalau mau bikin cucu buat ibu juga boleh. Mumpung cuaca juga lagi mendukung ckckckk" Ibu Jihan terdengar cekikikan dari seberang sana.

"Ehehehe ibu bisa aja. Kita masih sibuk sama jadwal kuliah bu. Ntar habis lulus kuliah, baru cucunya ibu kita bikin" Ellio tertawa dengan wajah polos.

"Ya udah ibu gak maksa kok. Kalau memang ada segera ya syukur. Kalau belum ada juga gak apa-apa, ibu gak keberatan. Titip salam ke Alicia" ujar ibu Jihan dengan nada lembut tanpa memuntut.

The Famous Girl And Her Secret HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang