Indah, pagi yang indah.
Sudah 1 tahun sejak pulangnya Ren dari rawat inapnya, sekarang ia sudah berumur 13 tahun sama seperti kakaknya, Rin.
Kondisi mental dan fisik Ren membaik dengan sangat cepat, bahkan beberapa minggu setelah keluar dari rumah sakit ia langsung dapat memasuki sekolah dan bersekolah seperti biasa walau ia masih tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas berat.
Tidak banyak hal menarik terjadi akhir-akhir ini, mungkin hanya berita bahwa Sae, anak tertua dari Itoshi bersaudara memasuki tim Real Madrid sebagai cadangan. Walau hanya dibangku cadangan itu sudah sangatlah keren..
Dan jangan lupa, Rin dan Ren sudah memasuki Sekolah Menengah Pertama di bangku kelas 1.
"Aku ingin tau keadaan Nii-Chan sekarang.." Ucap bocah bersurai dark Green yang sibuk menjilat es loli yang sudah mulai mencair dan mengenai tangannya.
Saat ini, si kembar Itoshi ini sedang berada ditepi lapangan. Memakan es krim sambil melihat matahari yang tenggelam, atau biasa disebut sunset.
"Nii-Chan, yah..? Aku juga tidak tau" Bocah disebelahnya menanggapi dengan ekspresi yang tampaknya 'tidak peduli' yang membuat bocah disampingnya yang awalnya sibuk menjilat es perlahan menimpuk kepalanya.
"Uch..! Sakit tau Rin!" Si pemilik nama hanya menjulurkan lidahnya dengan ekspresi mengejek dan puas akan tanggapan bocah disebelahnya.
Tak sudi mendapat timpukan kecil itu, Ren, bocah disebelah Rin melempar stik es loli bekasnya dan stik itu terlempar tepat pada hidung Rin yang membuatnya menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Si pelaku hanya tertawa kecil, ia mengambil kembali stik es lolinya kemudian bergumam "Rasakan ciuman dari stik es itu, kakak sialan"
"Dasar adik sialan, setahuku dulu kau tidak senakal ini" Ucap Rin, ia mengelus batang hidungnya.
Adiknya masih terus tertawa sambil memainkan stik es loli yang ia pegang, ia juga tak lupa melihat tulisan di stik itu.
'Kamu menang' tertera jelas di stik itu, si pemilik stik hanya menatap datar sambil membolak balikkan stik itu.
"Rin, kau dapat apa?"
"Entahlah, aku belum menghabiskannya. Bagaimana denganmu-? Tunggu, aku menang lagi" gigitan besar itu membuat tulisan 'Kamu menang' di stik milik Rin menjadi jelas.
Melihat ini, Rin tiba-tiba terdiam. Ia kembali mengingat kenangan mereka bersama Sae sebelum ia pergi ke Spanyol, satu hari sebelum dia pergi mereka berkumpul seperti biasa sambil memakan es loli kesukaan mereka.
Saat itu, Rin dan Ren kembali mendapat kata 'kamu menang' di stik itu, membuat Sae menatap mereka berdua dan berkata "itu adalah cara menyia-nyiakan keberuntunganmu, Rin, Ren"
Si kembar tertua hanya menangguk dan langsung melempar stiknya diikuti oleh si kembar termuda sambil berkata "Pemusnahan bukti!"
Yah.., ingatan yang indah sebelum Sae pergi meninggalkan mereka untuk mengejar mimpinya sebagai striker no. 1 di dunia.
"Apa kau bisa kembali memberikan operan padaku lagi?" Tanpa angin badai ribut tiba-tiba Rin menanyakan ini, dia tau kondisi Ren masih belum cukup baik untuk kembali bermain bola bersamanya. Tapi apa salahnya bertanya?
"Tentu saja, tapi aku harus sehat total dulu!"
Itu jawaban yang sudah ditunggu Rin, ia kemudian menatap indahnya langit sore kala itu yang membuat sekitarnya menjadi warna oranye.
"Huh.., jika kau tidak ada mungkin pengganti yang cocok adalah Ren. Dia memiliki skill yang persis sepertimu, hanya saja dia bodohnya minta ampun" Gumam Rin diakhiri dengan kekehan yang tidak dapat dimengerti oleh Ren.
"Gila, kau tertawa sendiri seperti orang gila"
"T.. tunggu, apa maksudmu hah!?"
"Kau gila..." Ren kemudian mundur dengan perlahan kemudian berlari dilapangan dan diikuti oleh Rin yang mengejarnya dengan kecepatan yang tidak main-main.
"Bedebah! Kembali kau dasar bocah brokoli!" Walau Rin sudah berlari dengan cepat, Ren masih jauh didepannya sambil terus mengejeknya dengan mengeluarkan lidahnya.
Sebenarnya Ren masih belum diizinkan untuk berlari dengan kecepatan itu, tapi apa kalian tau prinsip Ren sekarang? Ya, aturan ada untuk dilanggar...
•́~-'ᗒ
15 menit berlalu, permainan kejar-kejaran diselesaikan oleh Rin yang menangkap Ren dengan memeluknya sampai terguling bersamaan.
Langit sudah berganti hitam, seharusnya mereka sudah pulang dan makan malam bersama kedua orang tua mereka. Tapi sepertinya mereka keasyikan tertawa bersama dilapangan yang sepi nan luas itu, tidak ada suara yang terdengar selain tawaan dan suara serangga malam.
Si kembar Itoshi itu bangun, perut mereka mulai sakit akibat tertawa dengan berlebihan itu.
"Sepertinya kita akan kena omelan ibu, Rin.." Ucap Ren, tubuhnya mulai menggigil kedinginan akibat udara malam hari.
"Hun.., kita harus segera pulang jika tidak ingin nasihat dari ayah menjadi lebih panjang"
Rin berdiri diikuti Ren, mereka berdua bergegas mengambil tas mereka dan berjalan kerumah.
Apa mereka takut? Tidak sama sekali, mereka itu lebih takut akan kedua orang tuanya yang akan memberi mereka nasihat dan omelan yang panjangnya dapat dibuat beberapa chapter di Novel dan mungkin dapat menjadi beberapa novel.
Memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduk merinding apalagi nanti saat benar-benar didengar, untung saja mental kedua kembar ini sekeras kue buatan Ren yang dulu ia buat. Hamster peliharaan mereka bahkan mati karena kue buatan Ren, karena itulah Ren tidak ingin memiliki hamster lagi.
Dan benar saja, mereka diomeli saat baru datang. Yang paling banyak kena batunya itu Rin, ya, salah dia juga karena membiarkan adiknya yang bodoh ini kecapean.
Untung saja malam itu berakhir dengan tertawaan penuh untuk Ren, bagaimana tidak? Dia malah memakan sushi bertoping wasabi karena mengira itu adalah alpukat.
Selera Ren memang aneh, dia bahkan suka sushi yang dicampur dengan alpukat walau sebenarnya itu normal bagi orang Jepang untuk memakan sushi dengan alpukat.
Ini lebih layak disebut rumah bagiku daripada rumahku yang dulu
-Itoshi Ren
KAMU SEDANG MEMBACA
《Harsh Reality》Blue Lock X Oc
Teen FictionBagaimana rasanya menjadi anak bungsu di keluarga Itoshi? Itu yang dipikirkan oleh gadis yang sedang berjalan melewati jalanan yang luas, karena mungkin dia yang lengah atau mobil tersebut berlaju sangat cepat. Akhirnya terjadi tabrakan maut. Jiwa...