'• Matilah, Itoshi Sae

328 35 2
                                    

1 tahun berlalu, tidak ada kegiatan yang menarik lagi, hanya kehidupan normal dari si kembar Itoshi.

Tapi, hari ini rasanya sedikit berbeda dari sebelumnya. Mereka akhirnya mendapat kabar gembira dari kakak sulung mereka yang sangat mereka rindukan kehadirannya.

Ya, Sae. Dia akan pulang ke Jepang besok.

"Inilah awalnya.. apa ada opsi untuk melewati bagian ini?" Gumam Ren sambil berjalan mendekati Rin yang masih sibuk dengan latihannya walau ini sudah mulai malam.

"Oy Rin.. Sudahlah, ayo kita pulang sekarang.." suara sautan Ren sedikit mengambil perhatian dari si Surai hijau tua yang sekarang berhenti menendang bola ke gawang.

"Tidak, ini belum cukup. Nii-Chan harus melihatku dengan versiku yang sudah lebih baik. Ini belum cukup" Ia kemudian melanjutkan kegiatannya lagi tanpa memperdulikan Ren yang kesal dan khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Rin, kau sudah cukup. Pasti Nii-Chan akan bangga denganmu. Sekarang ayo pulang"

"Berhentilah!"

Suara sentakan Rin cukup untuk membuat Ren terdiam seribu bahasa, walau itu terdengar biasa saja, tapi itu terdengar bahwa Rin mulai marah...

("Apa aku melakukan hal yang salah? Sialan..")

"B-baiklah terserahmu"

Ren pergi menjauh dari sana, entah kemana perginya yang penting ia sudah tidak di zona merah dari saudaranya itu.

Ini adalah pilihan yang salah, harusnya ia tidak membuat Rin marah atau kesal. Tapi lagipula ia akan bertemu dengan Sae kan? Tapi itu akan berakhir sangat buruk..

"Ini salah, harusnya aku menghentikan mereka.. Tapi.."

Perhatian Ren teralihkan oleh sosok yang menepuk bahunya secara tiba-tiba. Sosok disampingnya itu berambut merah kecoklatan, dan bermata teal. Sosok familiar baginya, yang sangat ia takuti sekarang.

"Nii-Chan..."

"Apa maksudnya dengan 'menghentikan mereka?'"

Walau mereka tidak saling menatap satu sama lain, tapi Ren bisa merasakan aura mencekam dari kakaknya. Harusnya aura Sae tidak semencekam ini...

"Jawab aku, dasar tidak berguna"

Ren sontak terkejut, tidak menyangka Sae akan melontarkan kata menyakitkan itu padanya. Ia membeku ditempat dan enggan untuk menjawab pertanyaan kakaknya.

"Tch..." Sae yang ternyata menoleh pada Ren kemudian menoleh ke depan.

"Itu Rin kan?"

Ren hanya mengangguk gugup sebelum kemudian tangan dingin Sae melepaskan bahunya yang daritadi ia genggam dan berjalan meninggalkan Ren sambil terus menyeret tas kopernya menuju Rin.

"Aku tidak berguna? Apa maksudnya Sae.."

Ren dengan pelan membalikkan badannya dan menatap kedua saudaranya dari kejauhan.

Saat Ren pasrah menatap Sae yang berjalan mendekati Rin, perhatiannya teralihkan saat ia merasakan ada butiran kecil yang dingin mengenai wajahnya. Ah... Salju pertama...

•́~-⁠'ᗒ

Sae akhirnya datang kepada Rin yang masih sibuk dengan kegiatan menendang bola nya itu, awalnya ia masih belum menyadari keberadaan Sae sebelum Sae berbicara.

"Itu tendangan yang jelek.."

"Eh?"

Rin berhenti, dan menoleh ke sumber suara. Ia kemudian merasa terkejut dan senang saat melihat sesosok kakak yang ia rindukan.

《Harsh Reality》Blue Lock X OcTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang