pocong (2)

394 18 0
                                    

Kisah ini bermula saat aku masih kecil. Ketika itu umur ku 7 tahun. Aku tinggal bersama kedua orangtua ku dan seorang adik perempuan yang umurnya terpaut satu tahun denganku.
Kehidupan kami sangat jauh dari kata cukup. Ayahku hanya pekerja serabutan sedang ibuku hanya ibu rumah tangga. Rumah yang kami tempati pun juga jauh dari kata layak. Dindingnya masih terbuat dari anyaman bambu. Serta hanya terdapat 3 ruangan di dalam rumah. Ruang tamu yang merangkap menjadi ruang keluarga, kamar tidur yag hanya ada satu serta dapur yang letaknya persis di sebelah kamar tidur. Tiap ruangan hanya di pisah kan dengan dinding anyaman bambu.
Kami tinggal di kampumg yang pada masa itu masih sangat sepi penduduk. Saat itu hanya terdapat beberapa rumah, itu pun jaraknya juga berjauhan.kala itu kampungku masih berupa tanah-tanah kosong yang di tumbuhi semak-semak belukar,serta masih di tumbuhi pohon-pohpn besar.
Masa itu suasana di kampungku sangat menyeramkan. Jarang ada kegiatan yang di lakukan penduduk ketika malam tiba. Sedang di belakang rumah ku suasana tak kalah menyeramkan. Tepat di belakang rumahku terdapat sepetak tanah yang tak begitu luas,tanah itu di tumbuhi dengan beberapa pohon jati yang sudah tua. Di sebelahnya juga terdapat tanah tak terurus yang di tumbuhi semak-semak belukar, pohon bambu yang lebat, pohon-pohon besar, serta sumur tua yang sudah tak di gunakan oleh penduduk karena sudah tidak menghasilkan air. Dan yang membuatku takut bukan main, di tanah tak terawat itu juga terdapat satu kuburan kuno. Kuburan orang cina. Aku tahu karena ukuran kuburan tersebut sangat besar. Menurut cerita kakek, dulu ada satu-satunya keluarga yang kaya raya di kampung. Satu keluarga itu tiba-tiba di temukan sudah tak bernyawa di rumahnya. Di duga mereka mati di bantai oleh orang tak di kenal yang berniat untuk merampok kediaman keluarga itu.
Entah cerita kakek itu benar atau hanya sekedar ingin menakut-makuti ki supaya aku tidak bermain di sekitar tanah angker itu.
Siang pun berganti malam, seperti biasa aku belajar di ruang tamu di temani ayah, ibu dan adik ku. Saat malam di sekitar rumah ku amat sangat sunyi dan sepi. Hanya terdengar suara jangkrik dam desiran dedaunan yang tertiup angin malam. Suasana seperti itu memberikan ketenangan tersendiri buatku.
Aku menguap tanda kalau aku sudah mulai mengantuk padahal jam dinding baru menunjukan pukul 7 malam. Namun memang pada pukul itu lah keluarga ku pergi tidur karena tidak ada aktifitas apapun yang dapat di kerjakan.
Kami pun pergi tidur. Aku berbaring di sisi sebelah kiri, agak menempel di dinding bambu. Mata ku mulai terpejam. Rasanya belum lama aku terlelap, tiba-tina aku terbangun. Aku menoleh kearah adik, ibu dan ayahku yang sedang tertidur pulas.
Entah apa yang membuatku terbangun. Yang pasti rasa kantuk ku tiba-tiba hilang. Mataku menyusuri ruangan yang gelap gulita. Hanya ada semburat cahaya dari luar rumah yang menembus masuk melalui lubang- lubang kecil yang ada di dinding anyaman bambu rumah ku.
Setelah lama terdiam, tiba-tiba aku ingin sekali mengintip ke ruang tamu melalui lubang di dinding. Perlahan aku mendekatkan wajah ku dan,micingkan mataku mengintip ke ruang tamu yang remang-remang.
Aku tercekat saat tiba-tiba ada disok yang berjalan melintasi ruang tamu, atau
lebih tepatnya melayang. Sosok itu terbungkus kain putih yang kotor berlumuran tanah, dan sosok itu amat sangat tinggi karena aku hanya dapat melihat bagian bawah tubuh nya. Aku tak bisa melihat wajahnya. Dan seketika sosok itu menghilang. Aku masih tak dapat mengalihkan pandangan ku. Perlahan-lahan aku menjauhkan wajahku dari dinding dan langsung berbaring merangkul ibuku dengan tubuh bergetar dan berkeringat dingin. Meskipun begitu aku masih belum memahami apa yang barusan terjadi dan sosok apa yang barusan aku lihat. Yang pasti aku merasakan takut yang amat sangat hingga membuat bibir ku ksku dan tidak mampu berbicara selama berhari-hari.

nightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang