4. Lost Control

309 142 3
                                    

Setelah kejadian di taman tadi, Haerin segera kembali ke rumah Eunchae. Terlihat Eunchae yang sangat khawatir dengan Haerin yang pulang dari luar dengan berderai air mata.

“Haerin... Kau kenapa?” tanya khawatir Eunchae. Hendak menyentuh Haerin, tiba-tiba Haerin mundur dan berteriak histeris.

“JANGAN MENYENTUHKU!! DIA JAHAT, DIA MEMARAHIKU, DIA MEMBENTAKKU!!” teriak marah Haerin dengan memukul-mukul kepalanya sekuat tenaga.

“ARGHH AKU MEMBENCINYA!!” teriaknya lagi, dengan air mata yang masih mengalir dengan sangat bebasnya.

DUARR!!

Saat ini di luar tengah hujan, dengan kilat yang saling bersahutan satu sama lain. Angin juga bertiup sangat kencang. Sungguh pagi hari yang sangat buruk.

Eunchae mencoba menghentikan aksi gila Haerin, namun malah dia yang terkena imbasnya. Haerin melempar benda yang ada di sekitarnya, tak di sangka satu vas bunga yang ia lempar mengenai kepala Eunchae.

“Awshh” ringis Eunchae, yang kepalanya saat ini mengeluarkan cairan pekat berwarna merah.

“Haerin cukup! Hentikan!” teriakan Eunchae tak membuat Haerin menghentikan aksinya, dirinya malah semakin menggila.

‘Jangan berisik bodoh!’

‘Gadis tak tahu diri!’

‘Gadis pembawa sial!’

‘Apa yang kau lakukan sialan?! Dasar tidak becus!’

‘Jangan macam-macam, kalau kau tidak ingin aku mencelakainya!’

Ingatan itu muncul bak kaset rusak. Gadis bermata kucing itu sangat ketakutan. Bentakan seseorang yang ia dapatkan tadi, membuat dirinya teringat kejadian yang amat menyakitkan bagi dirinya.

“TIDAK-TIDAK JANGAN LAKUKAN ITU KU MOHON...” teriaknya sambil terisak hebat. Tubuhnya luruh ke lantai, memeluk lututnya sendiri dan terus menangis.

Eunchae yang melihat itu langsung menghampiri Haerin. Memeluknya hangat dengan tangan yang terulur merapikan rambut Haerin yang berantakan. Memberikan kata-kata penenang, agar gadis itu lebih tenang.

“Heii tenangkan dirimu.. aku disini, jangan takut.” lirih Eunchae dengan mengelus lengan Haerin pelan.

Haerin mulai tenang, tangisnya pun sudah mereda. Tetapi, matanya terpejam saat ini. ‘Mungkin ketiduran?’ pikir Eunchae. Ia membopong Haerin ke kamarnya. Hingga dirinya tak sadar, bahwa kepalanya sedang terluka.

***

15:00PM

“Kau sudah baik-baik saja? Kepalamu sakit tidak?” tanya seorang gadis yang memegang perban putih yang bertengger di kepala sahabat kecilnya.

“Aku tidak apa-apa Kyujin, yang ku khawatirkan saat ini adalah kondisi Haerin.”

Jang Kyujin, gadis itu tiba-tiba menyusul Eunchae dan Haerin ke Korea. Katanya, di perusahaan Ayahnya sedang ada masalah. Jadi, liburannya di batalkan.

“Kyujin bagaimana ini? Apa kita bawa ke rumah sakit saja?” guratan khawatir nampak jelas di wajah Eunchae.

“Kita tunggu saja dulu, mungkin ini efek dari kejadian yang ia alami dulu.”

“Tapi ini sudah sore Kyujin, orang pingsan paling lama satu atau dua jam saja.. lah ini sudah lebih dari lima jam!”

Kyujin nampak berfikir, langkah apa yang pas untuk mengambil keputusan untuk situasi yang rumit ini. Padahal dirinya tak benar-benar memikirkannya.

Krukk.. Kruk..

“Eh kau lapar Jin?” tanya Eunchae tertawa kecil. Sedangkan, Kyujin hanya cengengesan tak jelas.

“Ehehe yaiyalah lapar, yang punya rumah tidak mempersilahkan diriku makan.” sindirnya halus.

“Haishh kau ini, memang dari dulu kalau soal makan pasti yang utama ckckck.” cibir Eunchae melirik sinis Kyujin.

“Eheii itu sebuah keharusan Chae! Berfikir juga butuh tenaga, kau tahu?” kode Kyujin.

“Sudahi basa-basi mu itu Jang, kalau kau lapar tinggal pesan apa susahnya? Pesan saja, nanti ku bayar. Soalnya di rumah stock bahannya habis belum beli.” jelas Eunchae yang dihadiahi tatapan intens dari Kyujin.

“Heleh make alasan bahan habis, bilang saja kalau kau memang tak bisa memasak rambut jagung!”

“Dih orang kau juga sama saja, ralat tapi kita bertiga memang tak bisa memasak. Kecuali, makanan instan dan air hehehe” ucap Eunchae dengan melirik ke arah Haerin yang masih terbaring di kasur dengan mata terpejam erat.

“Sudah sana pesan, aku tidak mau mengurusi orang yang mati konyol hanya karena kelaparan.” ucap Eunchae yang sedikit menggoda Kyujin. Yang dihadiahi toyoran gratis dari Kyujin.

“Kyujin!!” kesal Eunchae.

“Biarin, siapa suruh nyebelin!” ejeknya.

***

“Dokter bagaimana kondisi teman saya?”

“Jangan khawatir, saat ini kondisinya sudah stabil. Saya berpesan agar teman kamu jangan terlalu memikirkan hal yang berat-berat dulu. Apalagi memaksa untuk mengingat dengan keras. Karena, saya khawatir itu bisa berdampak buruk bagi ingatannya. Bahkan, temanmu bisa mengalami hilang ingatan secara keseluruhan.” detail dokter tersebut.

“Ba-baik dokter, terimakasih.” dokter itu mengangguk, setelahnya pergi dari hadapan mereka.

Saat ini Eunchae dan Kyujin sedang berada di rumah sakit. Karena, kondisi Haerin tidak memungkinkan jika di rawat di rumah. Kondisi Haerin sebelum dibawa rumah sakit sangatlah memprihatinkan.

Wajah pucat, keringat yang terus bercucuran, tubuh yang mendingin. Membuat mereka berdua panik, maka dari itu mereka membawa Haerin ke rumah sakit.

“Hufft.. semoga kondisinya semakin membaik. Aku tidak mau kejadian itu terulang lagi padanya.” lirih Eunchae menatap sendu gadis yang berada di brankar tersebut.

Kyujin menyentuh bahu Eunchae dengan lembut. “Percaya padaku, itu tak akan terjadi Chae. Kita bantu Haerin untuk mengingat secara perlahan hm?” Eunchae mengangguk setuju dengan perkataan Kyujin.

Itulah Jang Kyujin, dirinya bisa menjadi sosok yang dewasa jika berada di situasi tertentu. Ada saatnya bercanda, ada juga saatnya serius.

“Kau mengabari kak Leo soal ini?” tanya Kyujin yang saat ini duduk di sofa ruang rawat Haerin, dengan Eunchae di sebelahnya. Gadis itu menggeleng.

“Belum, aku tak mau menganggu kak Leo yang sedang bekerja.”

“Yakin itu alasanmu nona Eunchae Elexia?” selidik Kyujin yang tak puas dengan jawaban sang sahabat.

“Aku tahu alasan utamamu bukan itu.” lanjut Kyujin.

“Kyujin aku—”

“Kau berhak menakutkan hal itu, tapi ini situasinya beda Chae. Haerin tidak mungkin akan berbuat seperti itu, walaupun aku tidak terlalu mengenalnya. Aku yakin dia gadis baik, kau tidak perlu menakutkan sesuatu yang belum pasti terjadi kedepannya.” ucap Kyujin dengan bangga, hingga seutas senyum tercetak di bibirnya.

“Terimakasih atas nasehatmu nona Jang, itu sungguh mengesankan hahaha”

“Oh tentu, kau memang harus mengucapkan itu kepadaku.” sombongnya dengan menepuk-nepuk dadanya. Yang ditanggapi senyum tipis oleh Eunchae.

*****
TBC

She's Haerin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang