New York, AS
Terlihat dua orang gadis yang berada di ruangan ber-AC itu. Yang satu jengah menunggu, yang satunya lagi fokus dengan kegiatannya sendiri.
"Aku bosan menunggumu." celetuk gadis yang duduk di sofa.
Hening, tak ada jawaban sama sekali. Gadis yang berkutat dengan layar laptopnya itu, sama sekali tidak memperdulikan orang yang sudah menunggunya sedari tadi.
"Heii aku bicara padamu! Kenapa kau diam saja huh?" sebal gadis itu.
"Pulanglah" jawab lawan bicara gadis itu dingin.
"YAKK-!! Enak sekali kau bilang begitu kepadaku, setelah aku menunggumu lima jam lamanya disini?! Heol, kau gila?"
"Aku tidak memintamu untuk menemaniku, nona Jang!"
"Kau memang tidak memintanya, tapi kekasihmu yang memintaku untuk menemanimu pabbo!"
"Sekali lagi kau bilang dia kekasihku, akan ku lempar botol kaca ini ke arahmu!"
Seketika nyali gadis bermarga Jang itu menciut mendengar penuturan gadis yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu. Selama ini, hanya tiga orang yang betah dengan sifat buruknya ini.
Mata tajam, mimik wajah tanpa ekspresi, arogan, dan tempramental yang ia miliki. Membuat siapapun enggan untuk mendekatinya. Aura dingin yang ia keluarkan, membuat siapapun tak berani berkutik.
Bahkan dirinya disebut aneh oleh orang-orang di luaran sana. Gadis itu ketakutan ketika mendengar suara orang tertawa. Padahal tertawa, adalah salah satu cara seseorang untuk mengekspresikan sesuatu yang membuatnya bahagia.
Semenjak kejadian tiga tahun silam, gadis itu sangatlah berubah. Kejadian itu membuat pengaruh besar bagi kehidupannya sekarang. Jika dirinya berada di fase lost control, hanya satu orang yang bisa membuatnya tenang.
Seorang pemuda yang lebih tua dua tahun darinya. Pemuda itulah yang selama ini merawat dirinya hingga sembuh seperti ini, ya walaupun terkadang sewaktu-waktu akan terasa lagi. Tapi, semua itu masih bisa teratasi dengan baik.
Ceklek
Knop pintu terbuka, memperlihatkan seorang gadis yang seumuran dengan dua gadis yang ada di ruangan dingin tersebut. Dan di belakang gadis itu, tampaklah seorang pemuda dengan aura calmnya.
"Ada apa ini? Mengapa hawa di ruangan ini sangatlah dingin, tubuhku berasa ingin membeku disini." ucap gadis itu dengan mendudukkan dirinya di samping gadis Jang tersebut.
Pukk
Gadis bermarga Jang itu memukul pelan lengan gadis berponi itu. Temannya yang satu ini memang tidak bisa membaca situasi yang seperti ini.
"Yakk diamlah pabbo! Kalau kau berisik, kau akan menjadi santapan siangnya hari ini. Apa kau mau hah?" bisik gadis Jang, yang di tanggapi gelengan ribut oleh gadis yang berada di sampingnya ini.
"Kalian berdua lunch duluan saja, kami akan menyusul nanti." ucap pemuda itu.
"Baiklah, kami pergi dulu. Byee!!"
Setelah kepergian dua gadis tadi, pemuda itu berjalan mendekati gadis yang masih berdiam sedari tadi.
"Ada apa? Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya pemuda itu dengan lembut.
Gadis itu menggeleng.
"Mau pulang?" tawar pemuda tadi.
Sama. Gadis itu melalukan hal yang sama, dengan pertanyaan yang pemuda itu lontarkan tadi. Pemuda itu mendesah lelah, memang sulit mengajak patung jelmaan Liberty seperti gadis di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Haerin (END)
FanficSEQUEL ASTHA NISCALA Diharapkan membaca ASTHALA terlebih dahulu, sebelum membaca cerita ini. Terimakasih~ ☆☆☆☆☆ "𝐃𝐢𝐚 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢, 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐯𝐞𝐫𝐬𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚." Akankah semua itu dapat berubah dengan seiring berjalannya wakt...