Setelah Haerin di perbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit, dirinya memilih untuk tinggal di apartemen miliknya. Keputusan Haerin yang secara tiba-tiba, membuat Eunchae maupun Kyujin tidak setuju dengan keputusannya.
Namun dengan segala jurus yang Haerin berikan. Akhirnya mereka berdua mengalah, dan membiarkan Haerin pergi dari kediaman Eunchae.
Tetapi mereka berdua tidak tahu, apartemen Haerin yang sesungguhnya. Karena, memang Haerin memberikan alamat palsu pada mereka.
Setelah Haerin selesai bersih-bersih, dirinya ingin menikmati suasana senja sore hari di Sungai Han. Tapi siapa sangka, di bangku tua dekat tepi sungai itu ada seorang gadis yang terlihat melamun.
Bahkan, gadis itu tak menyadari kehadiran Haerin yang sudah duduk di sampingnya. Haerin memberanikan diri untuk menatap lekat gadis di sampingnya itu.
Tiba-tiba gadis itu terisak pelan, membuat Haerin tersadar dari lamunannya. Haerin membiarkan gadis itu menumpahkan segala kesedihannya. Dirasa suara isakannya mereda, Haerin bertanya pada gadis itu.
“Kenapa menangis?” ujar Haerin lembut.
“A-aku sedih karena kakak-kakakku bertengkar saat ini. Me-mereka juga tidak tinggal serumah sekarang.” jawabnya terisak.
“Bahkan orangtua ka-kami sangat sibuk bekerja saat ini. Me-mereka seperti tidak memperdulikan kami la-lagi...” lanjutnya, yang masih belum menyadari keberadaan Haerin di sampingnya.
Deg
Pernyataan gadis itu membuat Haerin mematung. Bertengkar? Tidak serumah? Bahkan orangtuanya seperti workaholic sekarang. Yang berarti masalah ini, bukanlah masalah kecil. Sebesar apa permasalahan itu hingga membuat mereka serenggang ini?
Padahal waktu pertemuan di taman mereka tampak baik-baik saja, dan sekarang malah jadi seperti ini.
Haerin langsung mendekap gadis di sampingnya, memberikan ketenangan dengan mengelus kepalanya penuh sayang. Sesekali mengecupnya dengan lembut.
“Jangan sedih lagi ya Isa? Nja ga suka liat Isa sedih seperti ini. Nja lebih suka kalau Isa membagi kesedihan Isa pada Nja, hm?”
Kalimat yang terlontar dari mulut Haerin, membuat gadis itu mendongak. Menatap Haerin dengan seksama, bahkan isakan gadis itu seketika sirna.
“Ka-kamu si-siapa?” tanyanya polos dengan menyeka air matanya kasar, semua itu tak lepas dari pandangan Haerin. Membuat Haerin memekik gemas tertahan dalam hati.
Haerin membuka topi yang ia kenakan. Memperlihatkan senyum manis kepada gadis disampingnya itu.
“Hallo adik kakak yang cantik.” sapa Haerin dengan senyum simpul. Yang di sapa malah bengong, seperti tak percaya dengan manusia di sampingnya itu.
“Kamu ha-hantu ya?” Haerin yang mendengar itu terkekeh dibuatnya, lucu sekali adiknya ini. Mana mungkin gadis secantik dirinya dibilang hantu? Apalagi kakinya napak di tanah. Ckck, sungguh pernyataan itu membuat hati kecilnya tersentil.
“Do you miss me, baby girl?” ucapnya sambil menyelipkan anak rambut gadis itu kebelakang. Haerin juga mengusap pelan pipi chubby itu berkali-kali. Dia sangat merindukan adik kecilnya ini.
Ya gadis itu adalah Hyein. Saat ini, Hyein sudah masuk bangku perkuliahan. Seperti kakak ketiganya, Danielle. Sedangkan kakak tertua Kalingga sudah sibuk mengurus perusahaan, apalagi cabang-cabang yang baru mereka resmikan.
Tanpa aba-aba, Hyein langsung memeluk Haerin dengan erat. Membuat sang empu terkejut, namun setelahnya Haerin membalas pelukan Hyein.
“Huaaaaaaa”
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Haerin (END)
Hayran KurguSEQUEL ASTHA NISCALA Diharapkan membaca ASTHALA terlebih dahulu, sebelum membaca cerita ini. Terimakasih~ ☆☆☆☆☆ "𝐃𝐢𝐚 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢, 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐯𝐞𝐫𝐬𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚." Akankah semua itu dapat berubah dengan seiring berjalannya wakt...