“Sebenarnya kamu siapa? Kenapa kamu bawa saya kesini?” tanya Haerin dengan raut kebingungannya.
“Jangan pura-pura lupa Haerin, tidak mungkin kau melupakanku.” pancing Alice.
Sebenarnya Alice tidak sepenuhnya percaya dengan apa yang dialami Haerin sekarang. Pasalnya gadis itu selalu melakukan hal dengan sangat hati-hati. Bisa disimpulkan bahwa kemungkinan kecil itu terjadi padanya. Tapi ini? Entahlah dirinya dibuat bingung oleh Haerin.
“Saya memang benar tidak mengenal kamu dan nama saya itu Chairin bukan Haerin.” tegas Haerin.
Alice menatap detail gadis didepannya, menatap manik indah gadis bermata kucing itu, berharap ucapan gadis itu hanyalah dusta namun manik matanya tak ada tersirat unsur kedustaan.
“Ekhem.. baiklah-baiklah kita kenalan terlebih dahulu. Aku Alice.. temanmu dari New York.”
“New York?” ulang Haerin.
“Yeahh, kau pernah tinggal disana kurang lebih 3 tahun.”
“Dengan siapa saya disana?”
“Ck jangan formal gitu ngomongnya, biasa aja okei?” Haerin mengangguk samar. “Yang pasti bukan denganku, melainkan dengan dokter pribadimu.” Haerin diam menyimak, menunggu cerita selanjutnya dari Alice.
“Dokter itu yang merawatmu waktu dirimu mengalami incident yang mengerikan yang melibatkanmu dengan kedua orangtuamu. Waktu itu—”
“Orangtua? Aku masih punya orangtua?” potong Haerin dengan nada bergetar.
Alice mengangguk dengan senyum tipisnya, menepuk bahu Haerin pelan. “Masih, bahkan keluargamu masih utuh Haerin. Kau masih punya orangtua lengkap, dan juga empat saudari perempuan.” jelas Alice dengan penuh pengharapan, berharap gadis bermata kucing itu ingat dengan keluarganya.
“Apakah perempuan yang kita temui tadi?” Alice mengangguk. Sedangkan, Haerin terdiam mencoba mengingat wajah empat perempuan yang ia temui tadi siang.
***
“.....”
“Jeje? Kenapa suaramu seperti itu? Kau baik-baik saja kan?”
“.....”
“APAA?! Bagaimana bisa itu terjadi?! Kasih tahu sekarang kau dimana, aku dan Haerin segera kesana.”
“.....”
“Ku harap kalian bisa bertahan, tunggu kami.”
Bipp
Panggilan singkat itu terputus. Alice langsung bergegas mencari gadis bermata kucing yang saat ini berada di taman belakang tempat itu.
“Haerin ayo kerumah sakit!” ucap panik Alice dengan menarik tangan Haerin.
“Eh eh pelan-pelan, buat apa kita kerumah sakit? Memangnya siapa yang sakit?”
“Udah ayo ikut aja, aku tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan padamu. Nanti kau akan tahu siapa orang itu.” ujar Alice yang terus menggandeng tangan Haerin sampai ke mobil. Haerin hanya pasrah ditarik oleh Alice.
—
Tempat yang berbau obat-obatan kini mencuat kuat di indra penciuman gadis bermata kucing. Dengan wajah panik penuh kekhawatiran terlihat jelas di wajahnya. Tubuhnya terasa lemas, tangannya gemetar mengeluarkan keringat dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Haerin (END)
FanfictionSEQUEL ASTHA NISCALA Diharapkan membaca ASTHALA terlebih dahulu, sebelum membaca cerita ini. Terimakasih~ ☆☆☆☆☆ "𝐃𝐢𝐚 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢, 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐯𝐞𝐫𝐬𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚." Akankah semua itu dapat berubah dengan seiring berjalannya wakt...