Hollla this is Shemakbelukar.Sebelum memulai membaca, lebih baik tekan bintang di sudut kiri bagian bawah dulu yahh
Penuhi part ini dengan komentar mu.
Cerita ini akan update 2 kali dalam seminggu
Enjoy it all🥰🥰
••••©©©©••••
Pagi hari berganti mendung, matahari yang semula bersinar cerah tiba-tiba saja di tutupi awan hitam yang menyeramkan.
Gerimis mulai turun ketika Rowani sampai di halaman rumah, dengan wajah lesu gadis itu berjalan maju menuju rumah yang terbuat dari kayu di depan sana.
Rowani tak bergegas ketika gerimis mulai turun begitu rapat, gadis itu membiarkan rambutnya yang masih basah sepulang dari tapian kembali di sirami air gerimis.
"Uni, Lakeh lah naiak!"
(Kak, cepat naik.)
Rowani mengangkat kepala ya yang tertunduk ketika suara Dahlia sang adik perempuan terdengar memecah keheningan dalam diri Rowani.Rowani mengangguk kemudian mulai mempercepat langkah kakinya menuju rumah. Dahlia ikut bergegas masuk karena tak ingin kayu bakar yang ada di tangannya basah karena air hujan.
Rowani masuk melalui pintu belakang rumah di mana pintu itu langsung terhubung ke dapur rumah mereka.
Rowani menyimpan cucianya di balik pintu biar nanti setelah hujan ia menjemurnya di belakang rumah. Rowani tidak berbicara kepada Dahlia yang sibuk menyusun kayu pada tempatnya, Rowani berniat meninggalkan adiknya tersebut sendirian di dapur.
Mengingat rumah mereka adalah rumah panggung sehingga Rowani butuh menaiki tangga untuk bisa naik ke dalam rumah utama mereka.
Belum sempat kaki Rowani menginjak anak tangga kayu pertama hati gadis itu sudah lebih dahulu di serang rasa gunda, sebab netra bening milik Rowani mendapati tangga kayu di hadapanya sudah patah anak pertamanya serta anak tangga yang lain juga sudah rapuh.
Rowani edarkan pandanganya ke sekeliling, hatinya semakin terluka ketika yang dia tangkap hanya dinding anyaman bambu lah tempat mereka berlindung dari teriknya matahari dan dinginya angin malam.
Belum cukup sampai di sana, Rowani semakin ingin menangis ketika beberapa tetes air jatuh di atas bahunya, air hujan berhasil menembus atap rumahnya yang banyak bocor bahkan sebagian genting sudah terkelupas tak lagi bersatu dengan kayu, karena pakunya sudah copot hingga air hujan yang deras leluasa masuk ke dalam dapur mereka.
Sebagai anak pertama, Rowani merasa tak berguna di atas rumah ini. Mereka keluarga susah dari dahulu, bahkan Rowani merasa tidak bisa melakukan apa apa selain membantu meringankan pekerjaan rumah tangga.
Rowani usap pipi yang tiba-tiba basah oleh setetes cairan bening yang tidak Rowani ketahui entah kapan keluar dari matanya.
Dengan langkah cepat Rowani menaiki satu persatu anak tangga di hadapanya ia tak mau sang adik, Dahlia, melihat dirinya menangis.
Betapa terkejutnya Rowani ketika ia melihat seisi rumahnya basah, atap yang semula bocor kini semakin banyak yang bocor di tambah hujan yang kini sedang turun sangat deras.
"Ondeh mandehhh!! Unii baa lai ko?"
(Astaga!! Kak ini gimana?)
Dahlia ikut muncul dari balik pintu dapur, adik dari Rowani itu histeris."Katapian barang nan indak buliah basah."
(Pinggirin barang yang tidak boleh basah)
KAMU SEDANG MEMBACA
Siti Rowani || A Minangkabau Stroy
RandomMinangkabau, Tanah yang kental akan Adat. Sekali tidak, tetap tidak selamanya. Itulah aturan adat mereka. Melanggar? Hukuman yang akan di terima. Masyarakat Minangkabau tidak punya marga tetapi mereka punya suku, sesuku itu berarti bersaudara. Lalu...