Kisah kedua

221 26 0
                                    

Halloo this is Shemakbelukar

Hmmmmm

Minta vote nya boleh?

••••®®®®••••

Ayam naik ke atas kandang melihat matahari sudah hilang dari peredaran, daun kayu yang semula hijau kini mulai berubah menjadi hitam legam bahkan hampir tak terlihat di telan gelapnya malam.

"Adiak ambo Siti Dahlia, Ado ko ayah jo mandeh maninggakan kato sabalun barangkek dari rumah?"
(Adikku Siti Dahlia, ada kah ayah dan ibu bilang sesuatu waktu pergi dari rumah?)

Siti Rowani mengalihkan kembali pandanganya ke halaman rumah setelah menoleh sebentar ke arah sang adik yang berdiri di belakangnya.

Dua gadis itu tengah menunggu kepulangan orang tua mereka dari ladang, mereka khawatir sebab tak biasanya kedua orang tua mereka belum pulang dalam waktu selarut ini.

Dahlia menggeleng, pertanda ia menjawab pertanyaan sang kakak yang tertuju padanya.

Lama mereka menunggu, malam semakin gelap, cahaya matahari benar-benar sudah hilang. Rasa khawatir dua bersaudara itu semakin tinggi.

Resah berangsur reda kala Rowani melihat sebuah siluet bayangan manusia yang mulai memasuki halaman rumah mereka dari kejauhan.

Namun, rasa legah hanya berlangsung sebentar kala netra Rowani mendapati sang ibunda membantu sang ayahanda berjalan dengan memapah pria itu.

Rowani dan Dahlia bergegas mendekati kedua orang tua mereka untuk membantu serta melihat keadaan sang ayah.

Mata Rowani membulat ketika ia sampai di depan sang ayah bercak merah yang berada di pergelangan kaki sang ayahlah yang pertama kali Rowani tangkap.

Rowani dan Dahlia serentak meraih lengan sang ayah untuk memapah pria tua itu berjalan, membiarkan sang ibu melepaskan diri dari lengan sang ayah.

"Apo nan tajadi, ayah?"
(Apa yang terjadi ayah?)

Rowani bertanya sambil terus memapah ayahanda.

"Beko ayah jalehan, di ateh rumah."
(Nanti ayah jelaskan, di atas rumah)

Mereka berjalan pelan, memapah ayah yang terus meringis ketika kakinya sedikit terkena tanah.

Sampailah mereka di atas rumah gadang yang berginjong itu, rumah tua yang lantainya masih basah bekas air hujan tadi siang.

"Mandeh kanduang badan di ambo, apo nan alah tajadi? Mangko coiko nan tasuo?"
(Ibu, apa yang telah terjadi? Kenapa seperti ini?)

Sesaat ketika sampai di atas rumah, Rowani kembali membuka suara. Ia benar benar khawatir dan iba melihat kondisi sang ayah yang terluka cukup dalam dan parah.

"Ondeh anak kanduang siti Rowani, duduak lah sabanta di hadapan ayah nak. Ado saketek nan handak ayah sampaikan."
(Anak kandung Siti Rowani, duduk sebentar di hadapan ayah nak, ada yang ingin ayah sampaikan.)

Mendengar sang ayah bersuara, Rowani beralih menatap sang ayah yang duduk bersandarkan di dinding lapuk rumah mereka.

Rowani melirik sebentar ke arah sang ibu, dan ibundanya mengangguk pertanda ia sudah tahu tentang apa yang akan ayah sampaikan pada Rowani.

Rowani bangkit dari duduknya, berjalan beberapa langkah mendekati sang ayah, ketika sudah berada cukup dekat Rowani duduk bersimpuh di hadapan sang ayah.

"Alah Acok badan ayah hampia mati nak, pangkua di takuakan ka tanah kaki juo nan di pakuak nyo. Di cubo ma ambiak patai, di panjiek batang dan tenggi jatuah badaram ka tanah badan nangko. Kini bajalan, lutuik lah manggigia, Salero indak nan lamak lai apo nan di makan indak ado nan taraso lamak."
(Sudah sering badan ayah hampir mati nak, cangkul di cangkulkan ke tanah kaki ayah yang kena. Di coba mengambil buah petai di batangnya yang tinggi jatuh ke bawah badan ayah. Sekarang berjalan, lutut ayah menggigil, selera gak enak apa yang di makan tidak ada yang terasa enak.)

Mendengar kalimat sang ayah, berlinangan sudah mata Rowani. Gadis itu menunduk dalam-dalam karena tidak sanggup melihat wajah kelelahan sang ayah. Di ikuti isakan dari Dahlia mendengar kalimat sang ayah yang menggores hati kedua anak gadis tersebut.

"Iko gadangnyo badan anak, umua alah sampai 21 nak. Kawan samo gadang surang alah baduo. Ayah nan indak mudo lai, Mandeh nan indak tagok lai, cukuik parasian nan di tangguang badan nangko. Antah kok lalu nan bak kini antah kok isuak Tuhan ma imbau."
(Anak sudah dewasa, umur sudah sampai 21 nak. Teman sebaya sudah pada nikah. Ayah yang tidak muda lagi, ibu yang sudah tua pula,  cukup banyak derita yang di tanggung. Entah mati sekarang entah besok Tuhan memanggil.)

"Lorong kapado nan bak kian. Siti Rowani anak kanduang badan di ayah, maituang umua nan alah gadang alah elok pulo ka bajunjuangan. Anak ka ayah jodohkan iyo jo urang nagari iko juo."
(Siti Rowani anak kandung ayah, menghitung umur yang sudah dewasa sudah pantas untuk bersuami. Kamu akan ayah jodohkan dengan orang negri ini juga.)

Mendengar kalimat sang ayah, Rowani mengangkat kepalanya menatap penasaran ke arah sang ayah.

Rowani tak lagi mendengar ayah bersuara, padahal ia sedang menunggu ayah menyebutkan siapa yang akan di jodohkan denganya.

"Ondeh ayah kanduang badan di ambo, buliah ko Rowani tahu yah? Siapo bana nan ka ayah jodohkan jo badan diri?"
(Ayah, boleh kah Rowani tahu? Siapa yang akan ayah jodohkan dengan ku?)

Rowani memberanikan diri untuk bertanya.

Sebenarnya Rowani belum punya keinginan untuk menikah, ia masih ingin mencari jalan bagaimana cara agar dirinya tetap bisa bersama sang kekasih, Lembang Alam.

"Nanti Rowani kan tau juo nak, kini sugiro ambiakan ubek ayah."
(Nanti Rowani juga bakalan tau nak, sekarang segeralah ambilkan obat untuk ayah)

Ibu menengahi, wanita berudara dari belakang Rowani. Ibu memberikan perintah yang membuat Rowani harus beranjak dari atas rumah mencari beberapa jenis daun di belakang rumah mereka untuk obat sang ayah.

••••®®®®••••


Malam telah larut, bahkan suara binatang pun sudah tidak terdengar, kabut putih di luar rumah sudah semakin pekat membuat cuaca malam itu semakin terasa dingin.

Lembang Alam, pemuda itu sedari senja tak dapat tertidur. Entah apa yang terjadi ngantuk tak kunjung datang padanya.

Hatinya resah, tetapi Lembang Alam tidak tahu mengapa hatinya sangat resah seperti ini. Nama Rowani terus bermain dalam kepalanya, tetapi kali ini berbeda.

Jika biasanya nama Rowani yang membuat Lembang Alam tersipu senyum malu justru malam ini membuat rasa khawatir yang muncul.

Bersamaan dengan itu Rowani menyampaikan lewat hatinya rasa ingin bertemu sesegara mungkin dengan Lembang Alam.

Keduanya mungkin saling terikat perasaan, Rowani ingin menyampaikan keputusan sang ayah kepada sang kekasih dan memintai pertolongan kepada Lembang Alam agar sang ayah tidak jadi menjodohkannya dengan pria lain.

••••®®®®••••

Bintangnya di pencet qaqaa

Siapa di sini yang pacaran sesukuuu???!

Luuunaaa komen Luuunnn

Btw cerita ini update setiap Kamis dan Jumat yah sayyy😘😘

Siti Rowani || A Minangkabau Stroy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang