From: Amanda_Anastasia@gmail.com
Besok Bapak bisa ke sini? Saya udah bilang dan Ibu pengen ketemu. Alamat rumah saya ada di biodata proyek Duda Series.
Setelah membaca surel Amanda semalam yang baru saja dibuka pagi ini, Adipati bergegas mengantarkan Bima ke sekolah. Selanjutnya, memacu kendaraannya menuju rumah Amanda. Adipati tidak membawa apa-apa, bahkan tidak mengajak siapa-siapa. Padahal, dia belum tahu bagaimana perangai orang tua Amanda. Dia sekarang seperti sedang masuk ke medan perang tanpa senjata.
Setibanya di sana, Amanda yang menyambut kedatangannya, lalu Adipati diajak duduk menghadap ibu dan kakak Amanda. Seperti orang tua pada umumnya, ibunya Amanda yang bernama Ratmi itu menanyakan hal-hal yang basic, seperti nama, pekerjaan saat ini, tinggal di mana, dan sudah berapa lama berhubungan dengan Amanda. Adipati menjawabnya dengan lugas. Ya, meskipun di sela-sela jawaban terdapat suara yang kurang menyenangkan dari baik dari Ratmi maupun dari kakaknya Amanda. Bahkan, mereka sempat ribut setelah Adipati mengatakan pernikahannya hanya diadakan di KUA tanpa perayaan apa pun.
Sudah dikatakan sebelumnya, kan, Adipati ke sini tanpa senjata. Kini, lelaki itu terkena peluru tajam dari Ratmi. Sebuah permintaan yang cukup sulit untuk direalisasikan. Ratmi meminta uang 50 juta sebagai bentuk terima kasih padanya yang sudah merawat Amanda, dengan tenggat sampai besok sore. Uang sebanyak itu dan harus didapatkan dalam waktu singkat, bagaimana caranya?
Adipati justru berkata akan memberikan uang tersebut dalam waktu dekat, padahal dia sendiri masih kebingungan dengan cara apa mendapatkan uang itu.
Saat Adipati keluar dan hendak masuk ke mobilnya, Amanda tiba-tiba saja datang dan menggamit tangannya.
"Pak, yang uang itu mendingan nggak usah dituruti. Uang itu nggak mungkin ada di tangan saya."
Adipati tertegun. Bukan karena ucapan itu, melainkan tangan Amanda yang menempel di tangannya. Entah kenapa jantungnya berdetak saat kulitnya saling menempel.
Amanda menyadari itu langsung menarik tangannya. "Maaf, Pak. Saya nggak sengaja. Tapi, yang soal uang itu, beneran nggak usah. Kalau Bapak turuti, nanti ibu saya pasti minta lagi. Atau mendingan kita nggak jadi nikah aja, deh, daripada ngerepotin Bapak."
Ya, bisa saja Adipati menuruti perkataan itu. Toh, dia sendiri tidak memiliki uang sebanyak itu dalam waktu dekat ini. Namun, kalau nantinya Ratmi justru mempersulit bagaimana? Semakin kecil usahanya untuk menikahi Amanda, perempuan yang wajahnya mirip dengan Irma.
"Saya udah sungguh-sungguh mau nikahi kamu, jadi apa pun rintangannya, pasti akan saya hadapi. Kamu tenang aja soal itu."
"Tapi, Pak—"
Sebelum Amanda membuka mulutnya lagi, Adipati masuk ke mobil, lalu menyalakan mesinnya dan pergi meninggalkan Amanda yang masih berdiri di depan rumahnya. Sepanjang jalan itu pula, Adipati terus putar otak, memikirkan dari mana uang itu didapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Justifikasi Hati
RomanceBerangkat dari kecintaannya pada buku, Adipati menjadi seorang editor di salah satu penerbit mayor. Dia sangat mencintai pekerjaannya dan ikut bahagia saat penulis yang dibantu bukunya ada di rak best seller. Akan tetapi, dunianya tampak gelap. Sepa...