Hehehehe
✨Jangan lupa vote dan comment✨***
"Hmmmmm... Bingung ya mas. Tapi bener sih kata Mamanya mas Ten." Juan menegak jeruk hangatnya dan mengomentari curhatan Ten malam ini.
"Buat aku dan mamanya mas Ten, yang ga kenal sama Mas Joni itu. Kita gatau apa yang bagus dari mas Joni." Lanjut Juan.
Ten menghela nafasnya dan menatap Juan dengan memelas.
"Kan aku ga kenal mas.... Cuma pernah beli mie ayamnya berapa kali. Enak sih... Kalau di jual di mall, harganya mahal juga aku masih mau beli mas." Juan.
"Baik tau orangnya.. Bertanggung jawab, sopan..." Bela Ten.
"Iya sih.. Dia nyamperin mas Ten buat bilang begitu juga keliatan. Berarti dia mikirin ke depannya gimana, dan ga gegabah. Gentleman juga, ngomong langsung gitu. Padahal kan bisa lewat chat atau telephone..." Juan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tuh kaaaaaaaan... Dimana lagi dapet cowo gitu??!" Ten.
"Ya coba aja kenalin sama orang tua mas, siapa tau luluh. Nanti dapet restu." Juan menoleh ke belakang dan menatap abang nasi goreng yang terlihat sibuk memasak.
"Mas??! Masih lama gak?" Tanya Juan.
"Bentar lagi mas!! Ini saya masih ngerjain pesenannya Pak Tio!! Dua lagi!" Ujar si abang nasi goreng.
"Mas Tio pesen banyak banget..." Gumam Juan melihat belasan bungkus nasi goreng yang sedang ditata rapi untuk diantar.
"Mas Tio, Bubunya Jeno?" Tanya Ten, ikut menengok ke arah abang nasi goreng.
"Ho oh mas, buat karyawannya kayaknya." Jawab Juan.
"Malem masih ada yang kerja?" Tanya Ten.
"Masih... Rame mas tempatnya Mas Tio sama Mas Jepri, itu kadang lembur sampe malem, sekarang punya jualan online juga sambil live toktok gitu." Cerita Juan yang kos-kosannya ada di dekat ruamh Jepri dan Tio.
"Eh ada Mas Juan manis..."
Ten mengangkat kedua alisnya saat melihat Juan mendengus pelan begitu mendengar suara seorang pria muda yang memanggil namanya.
"Aaaah..." Ten tersenyum geli melihat siapa yang membuat Juan menunduk dengan wajah kesal.
"Mas Lukman mau beli nasi goreng juga mas?" Sapa Ten dengan ramah.
"Oh?! Mas dokter yang tempo hari pesen gas ya? Hahaha lagi beli nasi goreng mas?" Tanya Lukman.
"Hahaha iya nih mas, ini saya sama Juan lagi nunggu nasi goreng. Biasa, bujang-bujang rantau, kalau malem males masak." Ten tersenyum saat Lukman mengambil kursi plastik dan duduk di samping Juan.
"Saya lagi diprentah sama koko, Rendi njaluk nasi goreng terus gamau maem." [Diprentah : disuruh ; Njaluk : minta ; maem : makan] Lukman.
"Rendi ikut juga mas?" Tanya Ten, mengedarkan pandangannya mencari Rendi.
"Mboten mas dokter. Lagi nonton Utan Utin sama Sofyan di rumah. Lilike yang diprentah kon tumbas nasi goreng." [ Tidak mas dokter. Sedang menonton Utan Utin bersama Sofyan di rumah. Omnya yang disuruh beli nasi goreng.] Jawab Lukman.
"Ooooh..." Ten menganggukkan kepalanya mendengar cerita Lukman.
"Mas Juan.. Mas Juan manis..." Lukman kembali memanggil Juan beberapa kali sembari terus tersenyum. Membuat Juan mendengus kesal dan menggeser duduknya.
"Ih mas Juan loooh.. Kalau sama aku gitu..." Lukman ikut menggeser duduknya agar bisa kembali dekat dengan Juan.
"Minggir lah..." Juan mendengus pelan dan tidak mau menatap Lukman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vonis Cinta Stadium Akhir Bang Joni | JOHNTEN
FanfictionTen sangat suka kehidupan barunya di Desa Neyositi. Rumah yang nyaman di pedesaan, panggilan baru yang ia sandang sebagai 'Mas Dokter Puskesmas'. Tetangga yang ramah dan baik hati, anak anak tetangga yang lucu. Dan juga kenalan barunya, abang Mie...