Sepuluh (10)

433 58 55
                                    

Balik maning kiyeh...

✨Aja kelalen vote karo komen ya✨

***

"Udah mau jam dua lima belas, Dok. Ga siap-siap pulang?" Juan mengetuk pintu ruang praktik Ten yang kini terlihat melamun dan bertopang dagu.

"Eh??!! Udah jam pulang?" Ten tersentak dan menoleh pada Juan.

"Sebentar lagi, Dok." Juan masuk ke dalam ruangan Ten dan duduk di kursi yang ada di depan meja Ten. Kursi yang biasanya digunakan pasien.

"Mas Ten masih galau karena Mas Joni?" Bisik Juan dengan  lirih. Kali ini Juan sengaja memanggil Ten dengan sebutan saat mereka sedang tidak bekerja.

"Dengerin aja apa kata hatinya mas Ten." Ujar Juan. Ten hanya mendengus pelan dan tersenyum.

"Kalau Mas Ten memang suka sama Mas Joni. Yaudah Mas, jalanin dulu aja. Mas Joni maunya serius yaudah jalanin yang serius, kalau bukan jodoh nanti juga dipisah lagi." Lanjut Juan.

"Iya sih... Tapi aku juga kepikiran respon Mama kemarin malem." Keluh Ten sembari menghela nafasnya.

"Ya... Mamanya Mas Ten kan belum kenal sama Mas Joni. Juan juga belum kenal sih, dan kalau didengerin sekilas memangㅡ maaf, Mas Joni kayanya kurang sepadan sama Mas Ten. Tapi Juan lihat Mas Ten kayaknya bisa lihat sesuatu yang spesial dari Mas Joni." Juan tersenyum simpul dan berusaha meyakinkan Tristen yang sepertinya ragu untuk membuat keputusan.

"Kalau jodoh, nanti pasti ada caranya kok, Mas buat bersama. Dan kalau bukan jodoh, pasti nanti pisah. Mas jalanin dulu aja, mau nanti jodoh apa engga. Urusan nanti, yang penting amankan dulu aja si Mas Joninya, Mas. Mbok nanti ditikung orang lain." Juan mengedipkan satu matanya dan menghela nafas lega saat Tristen akhirnya tertawa pelan setelah mendengar jawaban Juan.

"Juan juga... Itu si Lukman jangan ditolakin terus. Nanti kalau Lukman cape dan ganti target gimana? Amanin dulu. Nanti nyesel kalau Lukman tiba-tib jalan sama yang lain." Goda Tristen yang tertawa semakin kencang saat melihat wajah Juan yang seketika itu juga berubah merah.

"Ih, Mas!! Kok jadi Juan sama Lukman sih!! Enggak!! Enggak!!!" Juan.

***

"Mas?"

"Eh!! Ten??!!" Joni tersentak kaget dan buru-buru mengelap tangannya ke celemek saat melihat Ten sudah berdiri di dekat gerobag mie ayam milik Joni.

"Ada apa ya, Ten?" Tanya Joni yang langsung menghampiri Ten dengan bingung. Tiba-tiba saja Ten datang ke rumahnya sore hari ini saat Joni sedang menyiapkan dagangan.

"Mas.. Mas sibuk ya?" Tanya Ten sembari menggigit bibirnya.

"Mboten..." [Tidak...] Joni melihat sekelilingnya dan menggelengkan kepala.

"Mas mung niki..." [Mas cuma ini.. ] Joni menunjuk dagangan di belakangnya dengan ibu jari.

"Cuma nyiapin dagangan buat malem nanti." jawab Joni dengan canggung.

"Mleㅡmlebet riyin, Ten."  [Maㅡmasuk dulu, Ten.] Ajak Joni.

"Di sini aja, Mas. Duduk di sini aja gapapa." Ten menunjuk kursi-kursi plastik yang ditata di sekitar meja kayu untuk tempat duduk pelanggan mie ayam Joni.

"Oh iya.. Lenggah riyin, Ten.." [Duduk dulu, Ten.] Joni langsung menarik sebuah kursi plastik dan mempersilahkan Ten untuk duduk.

"Pripun, Ten?" [Gimana, Ten?] Tanya Joni dengan tegang setelah dirinya dan Ten sudah sama-sama duduk.

Vonis Cinta Stadium Akhir Bang Joni | JOHNTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang