Part 17

3.9K 313 62
                                    

Arghh

Dorr!!

Jangan! Ampun!

Brakk!!

Tsk!

Akh!

J-jangan istri saya!

Terlihat Haechan yang sangat tak nyaman dalam tidurnya, "Shh..." Mimpi-mimpi itu, mimpi dari potongan-potongan memori mengerikan yang Ia lihat akhir-akhir ini, menjadi satu menghantui tidur Haechan yang memang sejak awal sudah tak lelap.

"Chan, hey.. dek.."

.

.

.

Renjun berjalan dengan cepat menuju kamar adiknya. Awalnya Renjun ingin marah saat mendengar jika temannya itu masuk ke kamar saudaranya. Walaupun Renjun menganggap Siti itu temannya, tetap saja Ia selalu mewanti-wanti agar Siti tak pernah mengganggu saudaranya, karena saudaranya yang lain tak terbiasa dengan hal-hal mistis seperti dirinya.

Namun amarahnya Ia urungkan setelah mendengar bahwa salah satu adiknya sedang tak baik-baik saja. Oke, mungkin setelah ini Renjun akan sedikit melonggarkan aturan bagi siti untuk tak mengunjungi kamar saudara-saudaranya, karena terkadang kunjungan Siti kekamar saudaranya juga bisa membantu Renjun untuk mengawasi adik-adiknya.

"Nono!" panggil Renjun saat melihat Jeno baru saja keluar dari kamar Haechan. 

"Echan kenapa? tadi gue denger dari Siti katanya dia sakit," lanjutnya.

Jeno memang sengaja ke kamar Haechan untuk mengecek keadaannya. Sejak adiknya pulang tadi, Ia khawatir saat melihat wajah kembarannya yang cukup pucat, ditambah saat makan malam Haechan hanya diam saja.

"Iya bang, kayaknya demam anaknya, bentar gue mau ambil thermometer dulu," jawab Jeno, Renjunpun langsung masuk ke kamar adiknya untuk memastikan kondisinya.

"Kenapa?" tanya Jaemin saat Ia keluar dari kamarnya dan melihat Jeno yang sepertinya sedang terburu-buru.

"Echan demam, badannya panas, gue mau ambil thermometer dulu," ucap Jeno. "Na, tolong ambilin air hangat buat Echan minum ya," lanjutnya, setelah itu Ia melangkahkan kakinya menuju ke lantai satu untuk mengambil thermometer.

Jaemin  yang diberi perintah oleh Jenopun langsung mengikuti langkah kembarannya menuju lantai satu untuk mengambil air minum, walaupun dalam hatinya juga Ia merasa cemas karena belum melihat kondisi Haechan.

.

.

.

"Panas banget," ucap Renjun, saat ini Ia sudah berada di kamar Haechan. Mendudukkan dirinya disamping kembarannya dengan sesekali mengecek suhu badan adiknya itu.

"Eungh..." gumam Haechan, Ia bergerak gelisah. Kerutan didahinya menandakan bahwa anak itu tak nyaman dalam tidurnya.

Wajah yang nampak pucat, dengan peluh yang membanjiri wajahnya ditambah suhu tubuhnya juga tinggi. Renjun dengan telaten membersihkan peluh di wajah adiknya. Walaupun mereka kembar, tetap saja Renjun yang menjadi sulung disini. Ia selalu berusaha untuk menjadi kakak yang bisa diandalkan dan melindunginya adik-adiknya. 

Melihat adiknya yang sekarang sakit, membuat rasa khawatir dan bersalah dalam diri Renjun muncul karena tak bisa menjaga adiknya untuk tetap dalam kondisi baik-baik saja.

"Sstt..." elusan lembut Renjun berikan dikepala adiknya itu, mencoba menenangkan Haechan agar lebih nyaman dalam tidurnya.

"Sshh.. bang..." tidurnya yang tak nyaman karena kondisi tubuhnya, akhirnya Haechan terbangun karena merasa kepalanya yang semakin pusing.

Super Twins 00l [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang