Dua

30.7K 2.3K 57
                                    

Happy Reading!

Setelah kemarin malam Dinda mengalami keajaiban yang luar biasa, Dinda sekarang memutuskan untuk menulis list rencana mempertahankan hidupnya di dunia novel ini. Setelah tadi Dinda membersihkan dirinya, Dinda mencari buku dan pena untuk menulis, setelah menemukan apa yang ia pun mulai menulis beberapa kalimat.

Fyi : mulai sekarang Dinda kita panggil Salsa yaa

Beberapa menit berlalu, Salsa pun telah menyelesaikan tulisannya.

List pertahanan hidup :
1. Menjadi figuran yang tak terlihat dan mengamati adegan novel
2. Menghindari keluarga Salsa terutama antagonis pria
3. Tidak perlu mencari perhatian keluarga lagi
4. Menjadi siswa teladan dan mencari banyak teman
5. Menikmati kehidupan dengan santai

Salsa mengamati hasil dari pemikiran mengenai rencana bertahan hidup. Salsa mengetukkan pena itu di dagunya, berusaha memikirkan rencana yang mungkin dibutuhkan disini.

"Sepertinya hanya ini saja deh, hemm" gumam Salsa.

Tok tok tok

Bunyi ketukan pintu mengalihkan fokus Salsa. Menutup buku tersebut dan menyimpannya di dalam laci, Salsa pun bergegas menuju pintu kamar. Setelah terbuka nampaklah pria paruh baya yang Salsa tebak umur sekitar 40 an. Menurut ingatan tubuh ini, pria tersebut adalah kepala pelayan di rumah besar ini, paman Doni.

"Kenapa paman?" Tanya Salsa.

"Sudah waktunya nona sarapan, makanan sudah siap" jawab paman Doni sopan.

"Baik, Salsa mau ambil ponsel dulu, paman duluan aja ke bawah" yang dibalas anggukan oleh paman Doni.

Setelah itu Salsa pun turun ke lantai satu untuk sarapan. Ngomong-ngomong sifat Dinda dan Salsa sebenarnya tidak jauh berbeda, mereka sama-sama pendiam, namun Salsa di novel akan berubah menjadi lebih cerewet dan manja untuk mendapatkan perhatian keluarganya.

Soal keluarga Salsa memiliki ayah dan dua kakak laki-laki, ibunya Salsa meninggal akibat kecelakaan ketika Salsa masih berumur 5 tahun, kini Salsa sudah berumur 15 tahun, artinya sudah 10 tahun Salsa tinggal di rumah peninggalan ibunya. Memang, sejak ibunya meninggal Salsa dibawa oleh kakek dan neneknya ke rumah ibunya dengan alasan agar Salsa tidak terpuruk jika tinggal di rumah ayahnya, tempat dimana Salsa menyaksikan jasad ibunya ketika meninggal.

Saat ini Salsa sudah sampai dilantai satu, dirinya menuju meja makan dan mendapati kakek dan nenek Salsa yang sepertinya tengah menunggu dirinya. Sejenak Salsa merasa gugup, walau bagaimanapun dirinya belum pernah mengalami situasi seperti saat ini, sarapan bersama keluarga adalah hal yang tak pernah ia rasakan ketika jadi Dinda dulu.

"Selamat pagi" sapa Salsa berusaha merendam kegugupannya.

"Pagi" jawab kakek dan nenek Salsa.

Salsa pun mengambil tempat di samping neneknya, mereka pun sarapan dengan hikmat. Selama makan tak ada yang berbicara sedikit pun, Salsa pun tak mempermasalahkannya, karena kembali seperti diawal, Salsa adalah orang yang pendiam.

"Salsa" panggil kakeknya.

"Iya kek?" Tanya Salsa dengan pandangan lurus ke arah kakeknya itu.

"Kamu sebentar lagi akan memasuki sekolah menengah atas, apakah kamu masih mau tetap sekolah disini atau kembali ke Indonesia?" Tanya kakek Salsa.

Selama 10 tahun ini, Salsa tinggal di Kanada dan bersekolah di sana. Bukan tanpa sebab kakeknya Salsa menanyakan perihal itu, kakek Salsa tidak ingin cucunya lebih lama lagi jauh dari keluarganya, kakek Salsa mengerti cucunya itu pasti merindukan keluarganya, walaupun selama ini Salsa cenderung abai ketika kakek membicarakan tentang ayah dan kedua kakaknya, namun kakek Salsa sesekali mendapati Salsa melamun di kamar dengan memegang foto keluarganya.

Yang membuat Salsa tidak ingin mengungkit tentang keluarganya, karena Salsa asli merasa bahwa keluarganya masih larut dalam kesedihan ditinggal ibunya, terbukti dari selama 10 tahun ini Salsa tidak pernah mendapatkan telepon atau sekedar pesan keluarganya untuk Salsa.

Pernah ketika Salsa mencoba menelpon ayahnya, namun tak pernah diangkat. Mengirim pesan pun tak pernah dibaca. Salsa yang mudah berkecil hati pun merasa bahwa ayahnya tak peduli padanya. Dan itu memang benar adanya.

Pernah karena saking rindunya terhadap keluarganya Salsa sampai terkena demam, dirinya ingin sekali mendengar suara ayahnya walaupun hanya satu kata. Kakeknya saat itu pun menelpon ayahnya, beruntung telepon itu diangkat, kakek yang tau Salsa sangat ingin mendengar suara ayahnya pun menghidupkan speaker telepon. Tanpa tau apa yang akan di ucapkan oleh ayahnya.

"Hallo"

"Hallo nak, ini Salsa sedang demam, apa kamu bisa sedikit meluangkan waktu untuk berbicara padanya?" Tanya kakek Salsa.

"Aku sibuk yah, jangan terlalu manja deh, menyusahkan saja"

Tut

Salsa yang mendengar itupun tak bisa membendung air matanya. Sakit, Salsa tak menyangka akan mendapatkan balasan yang pedas seperti itu. Sejak saat itu Salsa tidak memiliki keberanian untuk kembali menghubungi keluarganya.

"Salsa?"

Lamunan Salsa pun pecah, dirinya tadi tiba-tiba mendapat ingatan Salsa asli.

"Ada apa, apa kamu baik-baik saja sayang?" Tanya kakeknya.

"Salsa baik kek, emm mengenai itu sepertinya Salsa bersekolah disini saja kek, Salsa sudah terlalu nyaman disini" jawab Salsa.

Ya, ini adalah pilihan yang tepat, jika Salsa di novel memutuskan kembali ke Indonesia dengan harapan bisa kembali disayangi lagi, maka Dinda yang menempati tubuh Salsa memutuskan untuk tetap tinggal di Kanada. Ini adalah cara yang tepat agar Salsa terhindar dari kematian seperti di novel.

"Siapa yang menyuruhmu tetap disini?"

Tiba-tiba suara berat seseorang mengalihkan perhatian Salsa dan kedua kakek neneknya.

Deg

Pria dengan langkah tegasnya melangkah dengan tegap. Entah perasaan Salsa saja atau memang setiap langkah pria itu seakan meninggalkan aura kepemimpinan.

Pria tersebut berhadapan langsung dengan Salsa yang masih setia duduk dimeja makan. Berbeda dengan kakek dan neneknya yang langsung berdiri dengan raut wajah terkejut.

"Bima kenapa kamu disini?" Tanya kakek Salsa.

"Bima? Bukankah itu nama dari ayahnya antagonis pria yang tak lain adalah ayahnya Salsa juga" batin Salsa terkejut.

Pria yang dipanggil Bima tak menjawab pertanyaan dari ayah mertuanya itu. Dirinya fokus pada gadis yang sangat mirip dengan mendiang istrinya, wajah itu benar-benar gabungan antara dirinya dan istrinya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Bima dengan ekspresi datarnya.

Sejenak Salsa merasa waktu seakan berhenti. Apa-apaan ini, kenapa situasi ini bisa terjadi. Seharusnya Bima atau ayahnya Salsa itu tak pernah menginjakkan kakinya di rumah mertuanya lagi sejak istrinya meninggal.

"Apa aku akan dalam masalah?" Batin Salsa frustasi.

###

Jangan lupa vote dan komen ya!

FIGURAN NOVEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang