Sembilan Belas

3.3K 220 54
                                    

Happy Reading!

Suara dentingan sendok yg beradu dengan piring memenuhi ruang makan keluarga Alexandra. Empat manusia yg berbeda gender tengah duduk diam sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Bima membaca koran harian menjelajahi berita-berita terbaru yg tengah terjadi akhir-akhir ini.

Zivan dan Alzhe yg sibuk bermain ponsel mereka dan Melinda yg hanya diam memperhatikan mereka bertiga. Lima menit berlalu begitu saja, sebelum kedatangan seorang kepala pelayan menghentikan keheningan yg terjadi.

"Permisi tuan"

Bima mengangkat kepalanya mendengar suara tersebut, begitupun yg lain.

"Ada apa?"

"Begini, saya sudah mencoba membangunkan non Salsa tuan, tapi tidak ada sahutan, saya khwatir terjadi sesuatu, makanya saya kemari"

Bima mengernyit kan alisnya bingung, ia menoleh melihat jam tangannya.

Pukul 07.00 WIB

Tumbenan putrinya itu belum muncul, biasanya ia yg paling semangat pagi-pagi begini. Tak ingin membuang-buang waktunya, Bima pun beranjak menaiki lantai atas guna menemuinya sendiri.

Tak lupa dengan dua orang manusia yg juga mengekor di belakang, mereka pun sama penasarannya.

Sedangkan Melinda bingung ingin ikut juga atau tidak, beberapa saat kemudian ia pun memutuskan untuk mengikuti mereka, ia ingin tau apa yg terjadi.

Tok tok tok

Tidak ada sahutan dari dalam

Ceklek

Bima pun membuka pintu kamar putrinya, dan mendapati putrinya masih tertidur lelap. Ia melangkah lebih dalam hingga berdiri tepat di samping tempat tidurnya.

"Sayang ayo bangun, nanti telat lho" Ucap Bima dengan tangannya menggoyang pelan bahu Salsa.

Salsa membuka sedikit matanya, pandangannya kabur. Ia merasa pening, dan lidahnya terasa pahit.

Melihat reaksi tak biasa Salsa, Bima pun mengecek kening putrinya. Tak lama raut wajahnya yg tadi baik-baik saja berubah khawatir bahkan ia reflek mengambil tempat duduk untuk lebih memastikan.

"Sayang badan kamu panas! Kita ke dokter ya, hari ini ga usah sekolah dulu" Cerca Bima setelahnya.

Salsa hanya diam, ia tak mengelak karena memang ia merasa sangat lemas. Kenapa bisa-bisanya ia terserang demam. Sangat jarang. Ah di pikir-pikir ia lupa menutup jendela kamarnya, padahal cuaca sedang hujan.

"Ceroboh"

Baru saja Bima ingin menggendong Salsa, tapi sudah dihentikan oleh Zivan sang putra sulungnya.

"Ayah biar Zivan yg periksa adek"

Bima mengangguk, ia lupa bahwa disini ada Zivan yg juga berprofesi sebagai dokter.
Bodoh, pikirnya.

Zivan mendekat dan mengeluarkan termometer yg selalu stand by di jaz dokternya. Beberapa menit memeriksa Zivan pun kembali menyimpan alat tersebut.

"Adek ga usah sekolah dulu, nanti abang buatin resep obat, tapi sebelum itu adek makan dulu ya" Salsa hanya mengangguk.

"Mel kamu panggilkan kepala pelayan, suruh dia bawain sarapan untuk Salsa" Perintah Zivan menoleh pada Melinda yg berdiri diam di samping Alzhe.

"Iya kak"

Melinda pun bergegas keluar dan menuju dapur memanggil kepala pelayan. Ditengah jalan menuju dapur Melinda berpikir, tumben Salsa demam, padahal semalam ia lihat baik-baik saja.

FIGURAN NOVEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang