01

96 29 18
                                    

Happy Reading!

• • •

Di dalam ruangan yang berwarna putih, terdapat tiga orang perempuan. Dua diantaranya diam karena mendengarkan permasalahan dari klien dan satu orang lagi sedang menceritakan masalah yang sedang ia hadapi dengan emosi.

"Dia memukul dan menampar diriku!" ucap seorang perempuan berdandan sedikit tebal yang berumur dua puluh dua tahun dengan menggebu-gebu.
Wajah perempuan itu terlihat kesal, bahkan ia menggenggam erat papan nama yang terbuat dari kaca itu.

"Bukankah itu sangat tidak pantas?" tanyanya sekali lagi kepada seorang perempuan yang berumur dua puluh lima tahun di hadapannya. "Yang lebih parahnya lagi, wanita gila itu memaki dan merekam aksi gilanya, lalu ia memposting diakun sosial medianya. Seolah-olah dia yang paling tersakiti!"

"Bu Katya, itu—"

Wanita yang bernama Katya itu memukul keras meja di hadapannya, menatap sengit perempuan di depannya yang menggunakan celana bahan biru muda, lalu kemeja putih yang dilapisi blazer berwarna biru muda juga, rambut hitam sepunggungnya tergerai indah dan memiliki sedikit poni menutupi dahinya.

"Kamu membela wanita jalang itu?" sinisnya. Katya melirik papan nama itu.

Lumina Nuria.

Lumina memejamkan matanya sebentar lalu tersenyum lebar kepada kliennya saat ini, ia meneliti penampilan Katya, perempuan itu menggunakan dress ketat berwarna merah menyala dan membentuk lekuk-kan tubuhnya yang tergolong body goals. Lumina sedikit iri melihat bentuk tubuh itu.

Dia sudah menjadi pengacara selama tiga tahun ini, dan selama itu berbagai macam karakter sudah ia temui, dari merasa tenang sampai menguras emosi seperti saat ini.

"Aku tidak membela," tutur Lumina dengan lembut. "Tapi aku hanya ingin tahu siapa yang menjadi selingkuhan pria itu?" tanyanya hati-hati dan melirik asistennya yang sedang berdiri di samping Katya.

Katya mengibas rambutnya ke belakang lalu ia menyenderkan tubuhnya disandaran kursi. "Aku." Katya berujar dengan tenang sambil melihat kuku-kuku runcingnya.

Lumina menggigit bibir bawahnya guna menahan emosi, ia meremas laporan yang berada di tangan kirinya. Kenapa ia memiliki keinginan untuk mencekik kliennya ini? batin Lumina berteriak kesal. Gladis Syakilla—asisten Lumina—terbatuk dan memperbaiki kaca mata bundarnya yang hendak merosot dari hidung yang tidak terlalu mancung itu.

"Jadi, Anda ingin menuntut istri sah kekasih Anda?" ujar Lumina dengan pelan, ia menahan segala umpatan yang sudah berada diujung lidahnya.

Katya menangguk semangat, menatap Lumina dengan berani. "Iya, aku akan membuat dia berada di penjara."

Kesal. Lumina sangat kesal. Lalu ia sontak berdiri dan membereskan laporannya, entah kenapa menghadapi klien kali ini membuat dirinya butuh angin segar. "Maaf, sepertinya pembicaraan ini cukup sampai di sini. Aku tidak bisa melanjutkan permasalahan yang sedang Anda hadapi. Silakan cari pengacara lain."

Katya berdiri sampai membuat kursi yang didudukinya jatuh. "Kamu nggak bisa menyelesaikan masalah ini?" ucapnya sinis. Lumina menggeleng dan memijat keningnya karena mendadak merasa pusing.

"Wah, tapi kata orang-orang Lumina Nuria ini adalah pengacara terbaik dan kasus yang ia tangani selalu menang di pengadilan. Lalu apa ini? Masalah sepele ini aja kamu nggak becus melakukannya!" bentak Katya sambil menatap remeh Lumina. Dibalas tatapan yang sangat datar dari Lumina.

"Dasar pengacara gadungan!" Katya mengibas papan nama Lumina sehingga bergeser, lalu ia pergi dengan membanting pintu kantor Lumina. Gladis melongo mendengar ucapan Katya.

The Law Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang