08. Sebagai Teman?

2 2 0
                                    

Happy Reading!

• • •

Gerald memandang pintu apartemen Lumina dengan sengit, ia sangat berkeinginan untuk mendobrak pintu itu. Kemarin adalah kejadian yang begitu memalukan, ia harus menggunakan taksi untuk ke apartemen dan setelah sampai di sana ia melihat mobil Lumina terpakir indah di basement ini.

Keduanya sempat bertemu di depan lift, saat ia telah berada di lantai unit miliknya. Lumina hanya pura-pura tidak melihat keberadaan Gerald dan menyelonong masuk. Gerald menggeleng karena ia sudah tidak memiliki tenaga untuk berbicara dengan Lumina dan memilih untuk mengabaikan gadis itu kembali.

"Untung cantik." Gerald mendengus lalu melanjutkan langkahnya menuju lift. Ia ingin bergegas ke kantor sebab waktunya cukup mepet karena semalam ia begadang mengerjakan pekerjaan yang belum ia selesaikan kemarin.

Lumina membuka pintu apartemennya dengan pelan-pelan, mengintai Gerald yang baru saja menutup pintu lift tersebut. Ia menghela napas lega seraya mengusap dadanya, gadis itu keluar lalu menutup pintunya dan menunggu lift selanjutnya. Tadi saat ia hendak mengunci pintu apartemen, Lumina mendengar suara kunci terbuka dari pintu apartemen Gerald lalu ia kelabakan dan memilih masuk kembali sambil mengintai Gerald. Lumina tidak ingin bertemu kembali dengan pria itu pagi ini, ia sedikit merasa bersalah karena telah meninggalkan Gerald di halte. Namun, ia sedikit merasa tidak nyaman berada di dekat Gerald. Jantungnya sangat berdetak kencang jika ada Gerald di sisinya.

Melirik ponselnya yang baru saja ada pesan masuk dari Gladis untuk menyuruhnya bergegas ke kantor, kasus dari Delisa harus segera dituntaskan. Netizen dan awak media sudah mulai ikut campur bahkan sudah menguntit Delisa karena menanyakan kabar yang sedang beredar saat ini. Entah siapa yang memberitahu ke akun instagram dengan username harusjulid tentang kasus Delisa ini, akun itu akun gosip ternama di negara ini dan pagi-pagi sekali ia memposting tentang kabar Delisa sebab itulah semua netizen dan awak media mengincar Delisa dan Bara saat ini.

Surat pemanggilan untuk Bara akan diserahkan hari ini, ia dan kepolisian akan menanyakan kepada pria itu kebenaran tentang kamera tersembunyi itu.

Lumina menyapa seseorang yang baru saja masuk lift, seorang wanita dari pemilik apartemen lantai tiga. Wanita itu terlihat sedang menelpon seseorang. "Lo udah lihatkan postingan terbaru dari akun harusjulid? Gue nggak nyangka Delisa kali ini kena skandal."

Wanita itu terkekeh sambil merapikan rambut merahnya. Lumina menatap ngeri rambut merah itu, seakan ia melihat cabai di pasar. "Ya, bisa dibilang nggak skandal, sih. Secara dia korban, ya. Tapi beritanya belum tuntas dan bisa aja 'kan Delisa buat statemen palsu. Dan juga gue bakalan senang kalau pelakunya menyebar isi rekaman itu terlebih dahulu!"

Lumina seketika menatap sinis wanita itu dari belakang, ia merasa marah sebab wanita itu sepertinya ingin karir Delisa hancur. Nada suara wanita itu juga terdengar begitu sinis, sepertinya wanita ini benar-benar membenci Delisa.

"Kesal banget gue sama Delisa. Iya, dulu gue emang fans dan dia jadi role model gue tapi saat gue minta foto dia malah cuek ke gue, sialan banget!"

Lumina mendengus setelah mendengar alasan wanita itu, kekanakan sekali. Hanya gegara itu ia menjadi membenci seseorang. Bunyi dentangan lift menyadarkan Lumina, ia keluar dengan gesit sambil mendorong bahu wanita itu dengan bahunya. Ia tidak memperdulikan decakan dan makian wanita itu, yang pasti ia tetap melanjutkan langkahnya menuju mobil kesayangannya.

"Cegil!" gumamnya saat melihat Lumina yang baru saja memasuki mobilnya.

•••

Lumina merentangkan tangannya ke atas melakukan peregangan karena tangannya terasa pegal, lalu ia meletakkan tangan di pinggang. Ia melirik semua dokumen di atas meja, mengulik semua kasus dari kliennya sangat menguras tenaga dan pikiran. Entah apa yang terjadi saat ini karena dalam sehari ini ia sudah menerima lima kasus yang harus ia tangani, dari perceraian, penipuan bahkan kasus penganiayaan.

Ia melirik Gladis yang berdiri di dekat jendela sedang menelpon seseorang, sesekali gadis muda itu mengangguk dan menatap dirinya. Lumina mengambil teh lalu meminumnya sedikit dan kembali melanjutkan membaca semua kasus yang ia terima.

Gladis mendekati Lumina dan berdiri di dekat gadis itu. "Tadi, pihak Delisa mengasih tahu kalau Bara sudah menemui Delisa dan meminta maaf bahkan pria itu memohon untuk tidak dibawa ke kantor polisi."

"Lalu? Gimana tanggapan mereka?" Lumina bersandar di kursi dengan kedua jari tangan yang saling bertaut.

"Delisa nggak mau damai, walaupun Bara mengaku kalau dia memang melihat rekaman Delisa dan tidak menyebar ke siapapun."

Lumina mengangguk-angguk. "Bagus, lebih baik begitu."

Ketukan pintu mengalihkan atensi keduanya, Gladis langsung mendekati pintu dan membuka lalu ia terkejut saat mendapati Zidan berdiri sumringah dengan menenteng kantong plastik yang berisi makanan.

Zidan masuk dan mengangkat tinggi barang bawaannya, Lumina terdiam begitu juga dengan Gladis. Pria berdarah Sunda itu duduk di sofa dan mengeluarkan makanan itu, terlihat jelas ia begitu senang karena bisa masuk ke dalam ruangan Lumina.

Lumina berdiri lalu mendekati Zidan, matanya melirik tiga bungkus nasi padang. Ia duduk di hadapan Zidan dengan kedua kaki bersilang. "Sopan banget, belum disuruh masuk udah main masuk aja!" sindir Lumina.

Gladis hanya melihat dari jauh, ia tidak berani mendekati keduanya. Zidan menoleh ke arah Gladis dan menyodorkan satu bungkus nasi padang itu kepada Gladis, dengan senang hati gadis muda itu mendekati Zidan dan mengambil makanan itu.

"Makasih, Mas. Gladis makan di luar, ya."

"Gladis!"

Panggilan itu diabaikan oleh Gladis, ia pergi ke luar dan makan ketempat temannya. Ia tidak ingin terlibat dan mendengar perkataan pasangan yang telah menjadi mantan itu.

"Sialan!" desis Lumina teramat pelan.

Zidan tersenyum sambil membuka bungkusan nasi itu, pertama ia memberikan kepada Lumina. Nasi padang adalah makanan favorit keduanya, Lumina sangat menyukai makanan itu dengan sambal ayam bakar. Sedangkan Zidan lebih suka dendeng balado. Lumina termenung melihat itu semua, di hati kecilnya ia sangat merindukan momen ini.

"Makanlah," suruh Zidan setelah pria itu menyuci tangan.

Tanpa banyak kata Lumina ikut memakan nasi itu, keduanya tidak mengeluarkan sepatah katapun dan lebih menikmati makan siang kali ini. Pada saat mereka masih menjalin hubungan, keduanya pasti makan sambil bercerita apa pun itu. Lumina mengunyah nasi itu pelan, ia sangat-sangat merasa tertekan dengan suasana kali ini. Tidak dipungkiri ia merindukan semua tentang Zidan dia juga belum bisa melupakan pria itu sepenuhnya, ia berusaha untuk menahan air matanya. Perasaan sesak di dada memikirkan hubungan mereka yang kandas karena kebodohan Zidan itu sendiri.

Zidan adalah sesosok pria yang baik dan penyayang, ia berasal dari keluarga yang berada. Namun, entah kenapa Zidan dengan tega menghianati jalinan kasih mereka. Apalagi kedua belah pihak keluarga sudah tahu dengan hubungan mereka. Mami Zidan dan Adiknya sangat menyukai Lumina, bahkan mereka sudah sering belanja dan melakukan perawatan bersama. Saat Mami Zidan tahu hubungan keduanya kandas, wanita paruh baya itu begitu terkejut dan langsung menelpon menanyai kebenaran kepada Lumina.

"Makanannya nggak enak, ya? Padahal aku beli di tempat biasa kita beli nasi padang ini."

Lumina mengerjap ia melirik Zidan lalu nasi itu bergantian. "Nggak, kok," kilahnya, ia kembali menyuap nasi itu.

Zidan menatap Lumina dengan intens, lalu ia tersenyum kecil. "Aku tahu kamu nggak nyaman." Pergerakan Lumina seketika berhenti. "Bersikap biasa saja, Lumina. Anggap kita teman, lagian kamu sudah punya pacar, 'kan?" Zidan tersenyum kecil dan menunduk. "Seharusnya aku yang merasa begitu. Tapi aku tetap nyapa kamu karena aku ingin hubungan kita membaik."

Lumina melirik Zidan, ia hendak menjawab perkataan Zidan tapi pria itu mengode untuk tidak menyela ucapannya. "Berbaikan sebagai teman, aku nggak mau diantara kita saling membenci."

Gadis itu terkekeh sedangkan dalam hati ia memaki Zidan, apa katanya tadi, sebagai teman? Yang benar saja! Setelah apa yang terjadi diantara keduanya Zidan meminta mereka untuk kembali membaik. Dia benci perselingkuhan!Lumina mengabaikan perkataan Zidan dan memilih untuk melanjutkan memakan makanan itu.

• • •

To Be Continued!

Minggu, 02 Februari 2025.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Law Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang