O2 : Perhatian

263 27 0
                                    

Satang itu definisi nakal.

Sempat ketika aku masuk kelas dengan tatanan rambut acak-acakkan dia kembali menggodaku. Dengan senyum andalan yang sering membuatku merinding tak karuan.

Sepintas Satang ikut merapikan rambutku, "Apa yang kau lakukan sepagian dengan anak kelas internasional itu?"

Dia ini jorok benar.

Pemikirannya benar-benar sering mengguncang telak harga diriku. Kemudian aku menepuk tangannya kencang sampai dia meringis bilang perih.

"Aku bangun kesiangan. Tidak ada hubungannya dengan Gem."

Sekali lagi Satang ini tersenyum nakal. Sengaja meniup-niup cuping telingaku, "Gem sayang," dia berbisik seperti itu.

Lantaran dia menggodaku habis-habisan. Aku tidak sadar bel masuk jam pertama sudah bergulir ke jam-jam selanjutnya. Menyisakkan pengar di kepalaku karena banyak menahan emosi gara-gara Satang.

Guru masih mengajar. Kalau ribut mampus.

Akhirnya jam istirahat datang. Menyisakkan Satang yang mengecek penampilan melalui layar handphonenya. Sangat bukan Satang tapi aku tidak ada niatan mencemooh, karena aku rasa sikapnya ini muncul karena sebuah alasan.

"Satang tampan siapa yang punya?"

"Mama papa."

Aku setidaknya terkikih disuguhi pemandangan agak menggemaskan.

Winny yang memang kadang menyempatkan diri ngapel selalu berakhir meringis usai menyahuti perkataan pacarnya. Entah. Mungkin karena Satang yang kelewat pede.

"Siapa yang minta ditemani beli cemilan tadi."

Satang dengan kebiasaan yang hanya ditunjukkan di hadapan sang pacar mengacung tinggi seraya buru-buru berdiri. Semangat untuk keluar dari lingkaran meja dan kursi belajarnya. Tidak lupa menyentil sedikit ujung pelipisku, "Bye." dia berpamitan.

Keduanya menghilang di tikungan pintu kelas.

Menyisakkan kehampaan yang sama sekali tidak aku prediksi. Kelas benar-benar kosong tak berpenghuni minus aku.

Sehingga aku merutuki diri sebab terlalu malas keluar kelas dan memilih tidak menjadi orang ketiga dalam kencan praktis milik Satang tadi. Ah, seharusnya aku ikut Satang dan Winny saja ketimbang berdiam di sini.

Istirahatku jadi hambar.

Maka aku meletakkan kepalaku di atas meja. Mencoba memejam barang sebentar. Perutku ternyata malah memberi sinyal lapar sekarang.

"Lapar." aku menggumam. Tapi memilih memejam saja karena terlalu malas untuk keluar kelas. Yah, nanti kalau sudah bel pulang lebih baik cepat-cepat keluar dan pergi ke toko terdekat untuk membeli roti.

Tapi niatku itu agaknya menjadi batal ketika dingin menyergap pipi secara tiba-tiba. Dalam sekejap, aku menegakkan tubuh terkesiap. Ingin tahu siapa yang berani-beraninya menggangguku.

"Ini makan siang Fot. Harus dihabiskan."

Mulutku menganga lebar. Menyambut sebotol air mineral dingin dengan dua bungkus sandwich iris isi tuna mayo yang barusan diserahkan olehnya.

"Aku balik ke kelas, Fot."

Gemini Norawit membuatku tidak ingin melepasnya.


end.

Young Adult - GeminiFourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang