One

150 15 17
                                    

"Aku mau putus."

tiga kata itu sukses membuatku melongo, aku melihat pacarku dengan tatapan bingung, berusaha mencari - cari kebohongan diantara raut wajahnya. "Kamu apaan sih vin, bercandanya ga lucu tau." Dia lagi bercanda kan? Aku yakin Vino lagi bercanda. Ga mungkin.

Vino mengela napas dengan keras, dia pun menatapku sendu, "Maaf ra, tapi aku serius." Matanya tidak berpaling dariku, menunggu reaksi apa yang akan kuberikan, tapi aku tidak berbuat apa-apa. Aku bahkan tidak percaya kalau ini nyata.

Maksudku, bagaimana mungkin? Aku dan Vino sudah berpacaran selama satu tahun lebih, bahkan beberapa bulan lagi kami akan merayakan hari jadi kami yang kedua, tapi, sekarang Vino malah meminta putus dariku.

Mataku berkaca - kaca, "Tapi, kenapa vin?" suaraku mulai parau, "kamu suka sama orang lain?" tanyaku, dan vino hanya diam saja, seakan membenarkan perkataanku. Vino suka orang lain? Siapa?

Sebelum aku bertanya lebih lanjut, Vino pamit padaku dan mengucapkan kata 'maaf' sekali lagi, aku hanya bisa membalas dengan senyum yang sangat di buat - buat. Setelah vino pergi, Aku menangis dengan suara pelan dan menelungkupkan kepalaku di meja.

Aku tidak peduli dengan tatapan bingung dari pengunjung di Kafe ini, Aku tidak peduli jika pengunjung di meja sebelah bisa mendengar isakkan tangisku. Aku bahkan tidak peduli bagaimana tampangku setelah ini.

Tangisanku sudah mereda, aku tidak tau pastinya aku menangis berapa lama, tapi kurasa itu cukup lama.Setelah tangisku mereda, Aku pun mengadahkan kepala, dan melihat sebuah Laptop berada di depanku.

Aku cukup yakin kalau hari ini aku tidak membawa benda itu, bahkan aku yakin itu bukanlah punya Vino yang tertinggal.

Jadi, aku bangun dan menemukan seorang laki-laki duduk depan laptop itu, laki-laki itu sedang menatap layar laptopnya dengan serius, sampai akhirnya ia sadar aku sedang memperhatikannya

Dengan santainya, laki-laki yang sepertinya seumuran ku itu menyapa, "oh, Hai. Udah bangun?" katanya sambil tersenyum, namun senyumnya hanya bertahan sesaat saat ia mulai memperhatikan wajahku, "Lo... abis nangis?" tanyanya hati-hati

Aku hanya terkekeh pelan, merutuki diriku yang pastinya terlihat sangat menyedihkan saat ini.

"Sorry. Gue kira lo tadi tidur. Jadi, gue asal duduk aja di sini. sumpah gue ga ngira lo lagi nangis, kalau bangkunya ga penuh, gue pasti duduk di tempat lain. Sorry banget, gue ga nyadar. serius deh, kalau gue tau lo nangis, gue ga bakal duduk di sini. pasti lo ngerasa keganggu banget ya sama kehadiran gue?Maaf banget ya, gue gatau sumpah, sekali lagi ma--"

Aku tertawa kecil, membuat ia yang sedang meracap tidak jelas berhenti dan memandangku tidak percaya

"It's okay. Gue ga ngerasa keganggu kok, Gue bahkan ga nyadar kalau ada lo." Gue melemparkan senyum kecil padanya, ia tidak menjawab.

Laki-laki itu hanya memandangku intens dengan mulutnya sedikit terbuka, wajahnya terlihat terkejut.

"Lo.." ia mulai berbicara, "Senyum lo manis."

////

Udah lama ga ngepublish cerita lagi, gimana?? Oke ga? oke dong /?

Makasih ya, yang udah mau baca + vote. Tapi udah baca aja gue seneng kok:')

Anw, kalau bisa kasih pendapat tentang cerita ini, biar mungkin bisa gue lanjutin atau mungkin gue hapus atau gue ubah //?

Ya pokoknya kasih komentar/pendapat kalian tentang cerita ini.

Okedeeeh! Makasih ya:)

-R

(25/10/2015)

To Forget Brokenheart  [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang