"Eh?"
"Iya, senyum lo manis banget. Gue sampe kaget liatnya." entah kenapa, aku merasa pipiku memanas.
Melihat pipiku memerah, ia tertawa kecil. "Lo, mau Hot Chocolate? Gue yang traktir." tandasnya
"Eh?" lagi-lagi aku hanya bisa menjawabnya dengan kata yang mempunyai dua huruf itu.
"Anggap aja, sebagai permintaan maaf gue yang mengganggu Galau moment lo." Tanpa menunggu jawaban ku dulu, ia memanggil seorang pelayan dan memesankan dua cokelat panas.
Kami berdua duduk dalam keheningan, aku yang kembali sibuk memikirkan Vino yang meninggalkanku begitu saja sambil memandang keluar jendela, sedangkan laki-laki itu kembali sibuk dengan Laptopnya.
Kembali memikirkan Vino malah membuat aku semakin patah hati, aku ingat waktu ia memintaku menjadi pacarnya, ia memintaku dengan sangat sederhana, tidak berlebihan seperti di novel-novel percintaan yang biasa aku baca atau heboh seperti di film-film yang biasa aku tonton dengan kakakku.
Ia memintaku dengan cara yang sangat biasa dan sederhana, tapi entah kenapa aku merasa saat itu adalah saat yang sangat tepat, di malam setelah kencan kami yang kelima, kencan yang terasa bagaikan mimpi, ia menyatakannya, aku bahkan tidak perlu berpikir dua kali untuk menjawabnya.
"Manis, jangan ngelamun dong." perkataannya membuyarkan lamunanku
"tadi, lo manggil gue apa?" tanyaku, mataku mengerjap-ngerjap tidak percaya, setengah tidak yakin bahwa laki-laki di depanku ini baru saja memanggilku dengan sebutan manis.
"Manis." lalu cengirannya kembali muncul, "Gue gatau nama lo sih, jadi gue manggil lo manis, karena lo manis."
lagi-lagi laki-laki di depanku ini sukses membuatku salah tingkah.
Seorang pelayan datang dengan membawa pesanan kami, ia mulai menyeruput cokelat panasnya dengan santai, sedangkan aku dengan canggungnya meminum cokelat panas itu, sampai akhirnya aku sadar bahwa ini masih sangat panas.
Aku nyaris menyemburkannya kalau aku tidak sadar ada orang lain di depanku, jadi dengan sangat terpaksa, aku menelannya. "Kenapa lo? muka lo aneh banget." katanya, tangannya berusaha meraih pipiku-atau wajahku- tapi aku segera menghindar
"Maaf, maaf." ia pun menarik kembali tangannya, lalu mengusap tengkuknya dengan canggung. Karena suasana menjadi sangat canggung, Aku yang sedari tadi menatap ke luar, mulai mengeluarkan ponselku dari kantong.
lalu mengecek notifikasi ponselku, yang berisi tiga panggilan tak terjawab dan lima belas pesan singkat dari Nanda.
Nanda : oi, udah jalan?
Nanda : woooooooyyyyy
Nanda : lo dimana njir
Nanda : KERJA KELOMPOK WOYYYYY!
astaga, aku baru ingat kalau hari ini aku ada janji kerja kelompok. Dengan tergesa-gesa aku membereskan barang-barangku-yang ternyata hanya tas dan jaket-, lalu bangkit dari bangku yang tadinya sedang kududukki dan segera keluar mencari taksi, tak lupa aku membalas pesan Nanda, mengatakan kalau aku segera ke sana.
Setelah aku sudah duduk manis di dalam taksi, aku baru sadar, aku lupa berpamitan dengan cowok itu, aku bahkan lupa mengucapkan terima kasih padanya! Aku pasti terlihat sangat tidak sopan pergi begitu saja. Dengan kesal, aku merutuki diriku sendiri
Aku dan ingatanku yang pelupa.
///
Yeay, part two-nya kelar, ehe.
Gimana? masih oke kan? wk
Gamau panjang panjang deh, intinya i'll really appreciate it if you would like to vote and comment this story!!:))
BHAY
-R
(28/10/2015)

KAMU SEDANG MEMBACA
To Forget Brokenheart [SLOW UPDATE]
Teen FictionWhen a heartbroken girl, need someone to cure her. Copyright © 2015 xtrizzlex