Six

70 11 6
                                    

Hari ini entah kenapa rasanya semua pandangan mata menuju ke arahku, semenjak aku menginjakkan kaki di dalam kelas tadi pagi, teman sekelasku memandangku dengan tatapan, apa ya, seperti kasihan? Tapi entahlah, aku sendiri tidak yakin sih. Tidak hanya itu, hari ini raut wajah Vino juga terlihat lebih cerah.

Ya, aku memang masih memperhatikannya, tapi tidak selalu dan tidak seperti seorang stalker atau maniak. Hanya sesekali saja kok.

Tinggal lima menit lagi menuju jam makan siang, dan guru Bahasa Inggrisku masih menjelaskan sesuatu tentang If Conditional atau apalah itu, aku tidak begitu mendengarkan.

Begitu bel berbunyi, Nanda masuk begitu saja tanpa menunggu Bu Melinda keluar, yang membuat Nanda mendapatkan tatapan tajam serta ceramah singkat tentang kesopanan sebelum akhirnya guru itu benar - benar pergi.

"Ra! lo udah denger tentang itu?" tanyanya. Itu? itu apa?

Kami berdua berjalan menuju kantin, "itu apaan nan? gue kayaknya gatau deh." aku sendiri bukanlah penggemar setia tentang gosip gosip di sekolah, kebanyakan aku hanya mendengarnya dari Nanda saja, sisanya bisa orang yang bersangkutan langsung yang kebetulan bercerita padaku.

Ketika kami sampai di kantin, Nanda menjawab, "Itu, itu."

Yang kulihat masih seperti kantin biasa, ramai dengan siswa siswi yang ingin membeli makanan juga dan bising dengan suara suara mereka mengobrol sembari makan atau mengantri. Namun, itu yang di maksud adalah bukan itu, tapi seorang laki-laki dan perempuan duduk berdua disalah satu meja di kantin, salah satu tangan laki-laki itu memegang sendok, berusaha untuk menyuapi si perempuan, sedangkan tangan satunya lagi digunakan untuk menahan tangan si perempuan yang berusaha menutupi mulutnya. Dari raut wajahnya sudah terlihat kalau mereka sedang bercanda, terlihat seperti sepasang kekasih yang lucu bagiku, kalau seandainya si laki-laki itu bukanlah seseorang yang membuat moodku memburuk akhir-akhir ini, laki-laki itu memang Vino.

Jadi, itu alasan kenapa semua orang melihatku begitu dan alasan dia sangat berseri-seri hari ini. Semua karena itu.

Vino dengan senyumannya yang dapat membuatku lupa untuk bernafas, senyuman yang dulunya ditujukan kepadaku, sekarang perempuan lain yang menerima senyuman itu. Senyuman yang dulunya untukku.

Perasaanku saat ini hanya bisa di deskripsikan dengan satu kata, marah. Jelas saja aku marah, maksudku aku dan dia baru saja putus sekitar seminggu yang lalu, sedangkan sekarang dia sudah mendapatkan perempuan lain, apa semudah itu melupakan kenangan bersamaku? Semudah itu kah melupakan satu setengah tahun bersamaku? Semudah itu?

Jika memang semudah itu, mengapa berat sekali untukku melupakanmu, vin? Jika kamu belajar dari sebuah buku, maukah kamu meminjamkannya? Karena akan sangat sulit bagiku, jika aku masih seperti ini.

Mungkin beberapa minggu yang lalu jika seseorang berkata padaku kalau Vino akan memutuskankh demi perempuan lain, pasti aku sudah tertawa keras di depan mukanya sekaligus mengutuk orang itu karena berkata yang tidak-tidak dalam hati.

Tapi nyatanya semua berkata lain, mungkin beberapa minggu yang lalu aku dan dia lah yang terlihat seperti sepasang kekasih yang sangat lucu, namun saat ini dia dan perempuan lain lah yang seperti itu.

Rasanya seperti dunia sedang mengejekku, mengata-ngataiku karena sudah berandai-andai terlalu jauh.

Oh, Tuhan, mengapa menyembuhkan patah hati tidak semudah ketika jatuh hati?

---

ini part gajelas banget ya? maaf ya, hehe.

Maaf juga kalau part ini lama banget selesainya.

Daaaaaan, makasih udah mau baca!! apalagi ninggalin comment/vote he.

-R

(23/12/2015)

To Forget Brokenheart  [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang