05. Evans Jahil

40 19 3
                                    

Happy Reading!

• • •

Lumina keluar dari pengadilan dengan dagu terangkat, terlihat jelas kalau ia telah memenangkan kasus tentang perebutan hak asuh anak yang kemarin dibilang Gladis. Dia mungkin akan bersikap biasa saja, tetapi mengingat lawan kliennya adalah sepupu Sabrina membuat dirinya harus menyombongkan diri.

"Oh, lo udah ngerasa hebat?" sinis Sabrina kepada Lumina yang malah tersenyum miring. Ia datang untuk menemani sepupunya itu.

Lumina mengangguk senang. "Emang!"
Yeslyn—sepupu Lumina—menatap sebal dan memilih diam karena hak asuh anak tidak jatuh ke tangannya, tetapi malah ke mantan suaminya.

Mantan suami Yeslyn telah pergi meninggalkan mereka, merasa kalau masalah ini sudah selesai, dan berniat untuk memulai hidup baru dengan putrinya yang masih berumur sepuluh tahun.

"Dari dulu sampe sekarang sombong lo nggak hilang-hilang, ya," sengit Sabrina dengan tatapan jengkel.

Lumina mengibas rambutnya dengan kedua tangan, seolah gerakkan slow motion Lumina menggunakan kaca mata hitam dengan tersenyum miring, lalu ia juga menurunkan sedikit kaca mata dan mengedipkan mata kirinya kepada Sabrina yang sudah menggepalkan kedua tangannya.

Gladis tersenyum kecil melihat tingkah tengil Lumina, ia mengikuti langkah Lumina yang menuruni anak tangga dengan melompat-lompat kecil dengan bersenandung riang. Ia menggepalkan tangan dan mengangkat tinggi-tinggi.
Lumina berdiri samping mobil berwarna hitam, tanpa tahu kalau Gerald yang di dalam mobil itu sudah terkekeh kecil. Gerald masih memperhatikan Lumina yang berlari kecil menuju mobilnya yang diikuti oleh Gladis.

Gerald menggeleng pelan, ia ke sini untuk menjemput Sabrina dan Yeslyn. Tanpa diduga kalau pengacara mantan suami Yeslyn adalah Lumina, pantas tadi pagi ia melihat Lumina keluar dari rumahnya dengan berpenampilan rapi.

"Lucunya calon istri. Eh?"

• • •

Gerald terlihat fokus dalam menggambar sketsa bangunan, salah satu klien meminta dirinya untuk merancang desain yang akan klien gunakan sebagai membangun hotel baru.

Evans. Asisten Gerald yang bertugas membantu dan menyusun jadwal Gerald dalam menemui klien, pemuda berusia dua puluh satu tahun itu menganga melihat gambar buatan Gerald. Bukankah klien meminta Gerald untuk membuat bangunan untuk hotel mereka, tetapi kenapa Gerald malah menggambar seorang wanita?

"Bos!" panggil Evans. "Kenapa malah jadi gambar cewek?"

Gerald tersentak dan menatap Evans dengan horor, Evans menunjuk-nunjuk gambar itu dengan ekspresi tanda tanya. "Ini siapa?"

Siluet seorang perempuan yang menggunakan rok span sampai bawah lutut, kemeja yang dimasukkan kedalam rok ditambahkan dengan blazer, rambutnya panjang sampai perut dengan poni di keningnya, jangan lupakan kaca mata dengan tangan kanan seolah mengibaskan rambutnya.

Gerald mematung melihat hasil gambarnya, mulutnya menganga, memperhatikan gambar itu sekali lagi. Seharusnya ia membuat patung di depan hotel, tetapi kenapa patung itu berubah menjadi gambar Lumina?!

"LUMINA!" teriak Gerald keras sambil mengangkat tinggi kertasnya.

"Hah?"

Gerald melipat kertas itu dan menyimpannya di dalam laci kerjanya, menatap datar Evans yang sudah kebingungan. "Gambarnya, Bos." Evans menunjuk laci itu. "Kita buat yang baru." Gerald bergerak mengambil kertas lain, mengalihkan perhatian Evans.

Evans merunduk melihat wajah Gerald dari dekat. "Siapa Lumina?" bisiknya.

Gerald sontak menoleh dengan tatapan tajam, ia berkacak pinggang. Evans tersenyum lebar. "Nggak usah jawab, Bos." ujarnya terkekeh canggung. "Gue akan diam." Tangan Evans bergerak seolah mengunci mulutnya. "Nggak akan gue bilang ke Mbak Sabri," lanjutnya dengan tertawa pelan.

The Law Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang