Buat yang baca judulnya, pasti langsung kepikiran bahasa kasih dalam arti yang sebenarnya, seperti teori yang sudah kita ketahui secara pasti, bukan?
Buat yang menebak seperti itu, pemikiran kita sama. Justru, itulah yang menjadi tujuan saya mengangkat tema ini. Dengan berlandaskan teori mengenai love language dalam arti yang sebenarnya, saya sengaja mengimplementasikannya dalam dunia kepenulisan sebab nyatanya penulis memiliki versi tersendiri untuk mengungkapkan bagaimana cara 'mengasihi' karya.
Lantas, apa saja love language penulis dan bagaimana karakteristiknya?
Sebelum masuk ke topik love language penulis, izinkan aku share teori aslinya dulu, ya.
Love language pertama kali dicetuskan oleh Gary Chapman dalam bukunya yang berjudul 'The Five Love Languages: The Secret to Love that Lasts'. Kelima bahasa cinta yang Ia sebutkan terdiri dari kata-kata pujian (words of affirmation), waktu yang berkualitas (quality time), pemberian hadiah (receiving gifts), tindakan (act of service), dan sentuhan fisik (physical touch).
Dengan adanya love language, kita jadi lebih terbantu dalam memahami karakter orang lain, termasuk mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan dalam menyampaikan kasih sayang maupun penghargaan.
Nah, dari kelima yang disebutkan di atas, aku kepikiran untuk mengimplementasikannya ke sisi penulis sebab aku percaya bahwa penulis memiliki cara tersendiri dalam memperlakukan naskahnya. Oleh karena itu, dengan menyampaikan seperti apa love language penulis beserta kelemahan yang akan kujabarkan sepaket, aku berharap semoga penulis bisa lebih memahami dirinya dengan lebih baik lagi serta tergerak untuk memaksimalkan apa yang dirasa perlu untuk diperbaiki.
Love Language Penulis Beserta Kelemahannya
1. Act of Service / Tindakan
Berpusat pada tindakan secara nyata. Jadi, penulis ini cenderung berambisi dalam menggali informasi seputar ilmu kepenulisan. Penulis percaya kalau tulisan yang bagus harus didukung oleh ilmu kepenulisan yang memadai sehingga dia/mereka rajin mengikuti kelas-kelas atau masuk dalam komunitas literasi. Tidak hanya itu, penulis juga rajin survei demi pengetahuan serta kebutuhan cerita itu sendiri. Poin plusnya, penulis ini jadi punya banyak relasi sampai kenal banyak mentor. Branding-nya juga dipermudah lewat jalur ini.
Kelemahan: saking banyak dan ruwetnya informasi maupun rules dalam kepenulisan, penulis jadi suka oleng. Misalnya, A sudah mengikuti banyak mentor, lalu dilema parah ketika mendapati teori yang indikatornya lebih dari satu aliran.2. Physical Touch / Sentuhan Fisik
Disebut penulis mandiri karena penulis senang memoles karyanya sesempurna mungkin. Malahan tanpa lelah, penulis ini sering merevisi atau me-remake karyanya jika dirasa belum sempurna. Bahkan tidak tanggung-tanggung, penulis ini rela merombak alur jika menemui adanya plot hole. Poin plusnya, penulis mudah menerbitkan bukunya secara self publish karena sangat mungkin menjadi editor, layouter, bahkan cover desainer saking tingginya perhatian dia/mereka.
Kelemahan: berpotensi besar menjadi penulis yang perfeksionis. Terkadang bisa menjadi anti-kritik atau merasa karyanya kurang dan kurang, tergantung base character penulis lagi.3. Words of Affirmation / Kata-kata Pujian
Bisa dibilang semangat penulis tergantung dari feedback pembaca. Semakin positif tanggapan dari pembaca, semakin besar pula semangat penulis untuk melahirkan karya.
Kelemahan: mental penulis langsung down to the max jika tanggapan pembaca negatif.4. Quality Time / Waktu yang Berkualitas
Penulis lebih percaya bahwa karya yang bagus adalah yang diendapkan dalam waktu yang lama. Berbeda dengan penulis lain yang bisa langsung ke tahap proofing, penulis ini membutuhkan waktu yang memadai untuk 'mengistirahatkan' naskahnya. Dia/mereka juga lebih suka menamatkan satu cerita sampai selesai sebelum melanjutkannya dengan yang baru karena menurutnya, masing-masing karya seharusnya memiliki waktunya masing-masing.
Kelemahan: sejatinya, segala hal yang berkualitas menuntut pengorbanan. Itulah sebabnya, ibarat pepatah Jawa 'Alon-alon waton kelakon'—biar lambat asal selamat, penulis yang condong ke love language ini sulit menerbitkan banyak-banyak cerita dalam satu waktu.5. Receiving Gifts / Penerimaan Hadiah
(Minat menulis tergantung besarnya reward perlombaan)
Agak mirip dengan love language Words of Affirmation, semangat penulis ini tergantung dari sebesar apa reward/apresiasi yang akan dia/mereka dapatkan. Penghargaan yang dimaksud bisa berupa hadiah GA, uang tunai, plakat kejuaraan, bahkan voucher belanja sekalipun.
Kelemahan: mood penulis naik turun dalam love language yang ini sebab jika reward-nya kurang menggiurkan, dia/mereka lebih memilih untuk mengabaikan sehingga mood menulisnya juga ikut turun.Setelah mengetahui plus minus masing-masing poin, lantas apa kesimpulannya? Kalian pasti bertanya-tanya; love language mana, sih, yang paling bagus? Trus kalau aku di poin yang kelemahannya paling fatal, apakah aku harus mengubah 'perlakuanku' pada naskah agar love language-nya berubah?
Jawabannya, tidak perlu. Jalani saja sesuai kebutuhan dan keinginan kamu sebagai penulis. Tujuanku menyampaikan love language penulis adalah biar sama-sama 'aware' dan menerima diri. Sama halnya dengan love language versi asli, kasih sayang yang kita tunjukkan ke orang lain tentunya tidak ada yang sama. Perbedaan itulah yang menjadikannya unik sehingga tidaklah bijak jika kita terpikir untuk berubah secara drastis, apalagi dipaksakan demi mengganti love language—plis, bukan itu maksudnya. Dengan mengetahui dan memahami love language versi penulis, setidaknya kita jadi terbantu dalam memahami diri sendiri, termasuk penulis lain.
Pesan
Teori di luar sana banyak, bahkan kutipan-kutipan dari mentor juga bervariasi untuk dijadikan pedoman, tetapi ingat, jangan pernah menilai yang mana paling unggul. Tidak ada saingan dalam menilai teori orang. Nah, sama halnya dengan love language tadi, jangan pernah menilai mana yang bagus karena masing-masing memiliki keunggulan. Ibarat ada warna abu-abu untuk menyesuaikan putih dan hitam, beranilah menjadi diri sendiri dengan menerima kekurangan yang ada. Niscaya, kekuatanmu untuk lebih bangkit akan semakin besar. Ingat, tidak ada satu pun motivasi yang bisa 'menyelamatkan' kecuali kamu sendiri yang 'mengizinkan'-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Penulis! Jadilah Seperti Kerang - Sebuah Motivasi Menulis
Non-FictionPlease vote if you get motivated 🌟 'Hai, Penulis! Jadilah Seperti Kerang' adalah caraku memotivasi penulis sejauh pengalaman menulisku. Aku berharap semoga penyampaian di dalamnya bisa sedikit-banyak mendorong semangat untuk lebih percaya diri sert...