Pas baca judulnya bikin pusing, nggak, sih? Masa iya, menulis bisa dipelajari dari ragam profesi?
Yap, tentu bisa. Apa, sih, yang nggak mungkin selama bisa memotivasi kalian? Muehehe. Intinya, demi memperlancar praktek menulis, aku berusaha mencari cara yang kemudian kusadari ada banyak jalan untuk mewujudkannya. Seumpama pepatah 'ada banyak jalan menuju Roma', penulis pasti menemukan caranya tersendiri selama konsisten dan memiliki kepercayaan diri yang kuat.
Oleh sebab itulah, topik profesi ini menjadi pilihanku untuk masuk dalam bagian buku 'Hai, Penulis! Jadilah Seperti Kerang'. Dengan memilih situasi demi situasi yang terjadi secara nyata di dalam kehidupan sehari-hari, aku berharap semoga relate dan tersampaikan dengan baik.
Ohya, fokus profesi yang dipilih lebih berfokus ke seni, ya. Alasannya selain bidang yang kurang lebih sama dengan dunia menulis, tips-tips ini turut berlaku bagi para seniman yang ingin lebih menyelami passion-nya.
Asal totalitas, aku yakin semua bisa menjadi pro dengan caranya masing-masing.
Eits, tapi ... tunggu sebentar. Sebelum masuk ke tipsnya, aku mau kalian menanamkan dua prinsip dalam pikiran terlebih dahulu;
1. Totalitas.
Ini yang utama dan harus ada di dalam diri kalian sebagai penulis. Totalitas artinya mengusahakan segala sesuatunya secara optimal. Sebisa mungkin, anggaplah cerita yang akan kamu buat adalah karya masterpiece, karya maha karya yang harus kamu selesaikan dengan cara yang sempurna (versi kamu sendiri). Dengan demikian, kamu akan tergerak untuk menamatkan cerita. Prosesnya juga jadi menyenangkan. Meski menulis bisa jadi hanyalah sebatas hobi, tetap saja totalitas mutlak diperlukan. Mana tahu, kan, kamu bisa menaikkan branding sebagai penulis?2. Percaya diri. Mungkin ini yang menjadi branding karena aku selalu yakin dengan tulisanku sendiri. Percaya tidak percaya, keyakinan itu bisa mendorong kamu untuk lebih berani, baik dari segi promosi maupun mengunggulkan potensi yang selama ini bersemayam dalam diri kamu. Jangan malu, ayo pede!
Oke. Sekarang kita ke tipsnya, yuk! Mari aplikasikan profesi di bawah ini dalam kehidupan menulis kita.
✓ Sutradara.
Tahu pekerjaan sutradara, 'kan? Sutradara bertugas memberikan informasi, mengarahkan, mengatur, memberikan catatan, dan memimpin para aktor agar dapat memerankan karakter masing-masing sebaik mungkin. Sutradara juga menjadi penanggung jawab tim produksi agar prosesnya bisa dilaksanakan dengan baik.Aplikasinya dalam menulis: kamu bertanggung jawab untuk menulis apa yang mau kamu ceritakan hingga akhir. Kamu berkuasa penuh atas segalanya termasuk milih cast sampai main cut-cut adegan sebebasmu. Kamu juga berhak menentukan atau menambah tokoh sesuai kebutuhan cerita. The story is totally yours. You own the story.
Selain itu, kamu bisa belajar ke-totalitas-an sutradara dari fokusnya yang 'mengawal' satu cerita sampai akhir. Ini yang selalu kuterapkan dari dulu. Sebisa mungkin, aku membiasakan diri untuk tidak selingkuh dengan ide baru. Selingkuh itu nggak enak, Guys. Hiks. Selain bikin mumet pikiran jika kena writers' block, dengan fokus pada satu cerita, bisa mendorong kamu untuk lebih totalitas dengan karya.
✓ Content Creator
Content Creator bertugas membuat konten baik berupa tulisan, gambar ataupun video yang akan ditampilkan pada berbagai media populer seperti YouTube, Tiktok, Instagram, dan masih banyak lagi. Mereka yang memilih-terlebih yang mengandalkan cuan dari profesi ini-biasanya harus mempunyai branding yang kuat agar bisa terus bersaing dan mempertahankan kepopulerannya.Aplikasinya dalam menulis: kamu harus yakin dengan tulisanmu. Seperti content creator yang merekam barang endorse sampai harus akting dengan ekspresi yang begitu menghayati, kamu juga jangan tanggung-tanggung saat mengaplikasikan ide. Insecure boleh, semua penulis pasti mengalami ini. Aku juga nggak luput dari situasi tersebut, tapi mau sampai kapan?
Kamu bisa belajar dari content creator yang tiap harinya harus melek berita, mempelajari pangsa pasar, hingga menulis dan bahkan harus membuat konten setiap hari demi konsistensi. Aku juga melakukan ini. Tidak hanya setia dengan satu cerita sampai akhir, aku juga memberlakukan kebiasaan menulis tiap hari dan mengoleksi banyak karya tamat. Percayalah, kemampuan menulismu akan semakin terasah jika dan hanya jika kamu membubuhkan kata 'tamat' pada akhir cerita yang kamu tulis. Seperti pisau yang harus terus diasah ketajamannya, kamu juga perlu melatih kemampuan kamu dengan terus menulis dan menulis.
Content creator juga butuh poin-poin untuk mencatat materi kontennya, bukan? Nah, kamu juga butuh outline. Aku biasanya membuat outline kasar dengan cara menulis sinopsis. Nggak usah banyak-banyak teori, terkadang yang terpenting adalah praktek itu sendiri. Nah, kalo aku, tipsnya lebih ke; yang penting kamu punya feel, kayak pengen banget nulis cerita ini dan punya rasa kayak menggebu-gebu gitu. Isinya yang penting mencakup konflik, klimaks, serta ending apa yang bakal kamu ciptakan.
Eits, jangan lupa singkirkan pertanyaan-pertanyaan insecure yang bikin kamu overthinking. Stop! Jangan mikir ini-itu dulu. Tulis saja dulu. Kalau kelamaan overthinking, kapan tulisnya?
✓ Pelukis
Sudah familier dong sama pelukis? Dari asal katanya saja, kamu bisa langsung tahu tugasnya adalah melukis.Aplikasinya dalam menulis: bayangin dulu tokoh yang ingin kamu masukkan dalam cerita untuk menghidupkan suasananya. Tentunya nggak bisa sembarangan memilih karakter, kamu jelas harus mempertimbangkan banyak hal sebelum menentukan siapa saja tokohnya. Nggak mungkin, kan, kamu memilih tipe penyayang sebagai karakter utama dari seorang psikopat? Duh. Yang jelas, untuk mendukung semua itu, kamu butuh survei. Di sinilah yang menjadi tugasmu. Pelukis saja butuh atribut untuk mendukung aktivitas menggambarnya. Kalau kamu? Tentu harus survei! Tipsnya, sering-seringlah berinteraksi dan jangan pelit berbagi informasi. Bisa juga jadi wadah curhatan orang. Jangan salah, loh, dari sana kamu malah bisa mempelajari karakter orang. Bukan nggak mungkin kamu bisa menebak pola pikir orang lain.
Kamu bisa belajar dari ilmu pelukis yang menggambar objeknya sedetail mungkin. Pendeskripsian kamu juga harus profesional, dalam artian ditulis dengan se-relate dan serinci mungkin. Begitu pula dengan plot yang mendukung cerita kamu. Jangan sampai narasinya malah bikin cacat logika. Caranya? Yaaa, survei!
✓ Desainer
Tahu, dong, desainer? Perancang istilahnya, bertugas untuk menciptakan apa saja yang unik sesuai bidang yang digelutinya. Bahkan, bukan tidak mungkin, seorang desainer bisa menjadi pelopor.Aplikasinya dalam menulis: tantangan seorang desainer adalah harus berani memangkas atau membuang kerangka yang masih dalam tahap trial. Kamu juga demikian. Jangan takut untuk memangkas ide atau alur yang udah kamu tulis. Tips ini lebih cocok buat yang belum pernah menulis karya tamat, ya. Beda, loh, sama yang udah pernah menamatkan cerita sebab levelnya berbeda. Nah, tipsnya, jika apa yang kamu tulis udah mandek banget dan benar-benar nggak bisa dilanjutkan, kamu boleh banget relakan cerita itu. Atau dengan kata lain, kamu boleh melepaskan karya itu. Percaya, nggak, kalo aku pernah membuang hampir ratusan ide? Circle aku waktu itu adalah menulis ide, mengembangkan alur, mencari nama tokoh, memilih visual, trus auto kuganti ketika sudah menulis sampai tahap konflik pertama. Nggak bisa kupaksain dan bakal langsung ilfil kalau dipaksakan. Nah, jangan takut untuk melakukan hal seperti gitu. Cuman, syaratnya, kamu nggak boleh menyerah. Tetaplah memulai yang baru sampai berhasil menamatkannya. For your information, aku butuh waktu bertahun-tahun sampai mau sepuluh tahun (dari tahun 2005 sampai 2014). Lama, ya? Begitulah. Tapi levelnya jadi beda kalau kamu udah selesai nulis karya tamat trus lanjut yang baru lagi. Nah, ketika saat itu tiba, usahain jangan ganti-ganti atau selingkuh, ya. Usahain kelarin cerita yang lama terlebih dahulu.
Pesan:
Seumpama menuang air ke dalam gelas, bukan berarti kamu harus mengisinya dengan wadah yang sama besar. Meski terkesan membuang waktu karena dilakukan beberapa kali, wadah kecil lebih memperkecil risiko tumpah dibandingkan sekali tuang dengan wadah besar. Begitu pula dengan kesuksesan. Ingat, sejatinya kesuksesan seseorang tidak serta-merta terjadi begitu saja, melainkan melalui usaha-usaha kecil yang dikerahkan secara konsisten.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Penulis! Jadilah Seperti Kerang - Sebuah Motivasi Menulis
Non-FictionPlease vote if you get motivated 🌟 'Hai, Penulis! Jadilah Seperti Kerang' adalah caraku memotivasi penulis sejauh pengalaman menulisku. Aku berharap semoga penyampaian di dalamnya bisa sedikit-banyak mendorong semangat untuk lebih percaya diri sert...