Bel panjang pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Para siswa dan siswi telah berbondong-bondong keluar dari kelas masing-masing. Terkecuali 7 orang yang masih berdiam diri di kelas. Mereka yaitu Chae Rin dkk dan si murid baru, Oh Sehun.
"Chae Rin, mau pulang denganku?" ajak Sehun tiba-tiba.
Chae Rin yang masih membereskan bukunya menoleh sebentar ke sumber suara. Seketika tatapan keduanya bertemu. Namun, Chae Rin dengan cepat memutusnya dan kembali berkutat dengan kegiatannya.
"Rinnie, mau ya?" ulang Sehun
"Gak," tolak Chae Rin tegas. "Guys, gue keluar duluan," lanjutnya.
"Tunggu Rin," ucap Yoon Hee yang tidak dihiraukan Chae Rin.
Tanpa banyak bicara, Chae Rin langsung keluar dari kelas diikuti antek-anteknya. Seperti biasa, mereka berhenti terlebih dulu di tempat parkir.
"Lo gapapa kan Rin?" tanya Hye Rin yang kawatir dengan sahabat sebangkunya itu.
"Galon lo ya?" tebak Seung Min telak.
"Gue gapapa kok, jangan sotak lo. Pulang langsung aja yuk lah, gw capek".
Chae Rin pun langsung memasuki mobilnya. Dan tak lama, mobil itu pun melaju meninggalkan Yoon Hee dkk yang masih berdiam memperhatikan laju mobil Chae Rin yang semakin menjauh.
"Kasihan gw sama dia, padahal dia pindah supaya bisa ngelupain sunshine-nya itu," ucap Yoon Hee.
"Iya, gw tau dia pasti belum bisa lupa sepenuhnya sama si sunshine-nya itu. Tapi kita gak bisa berbuat apa-apa," prihatin Hye Rin.
"Kita Cuma bisa berdoa untuk kebaikan dia, dan jangan sampe kejadian masa lalu keulang lagi," tambah Jisook.
"Pokoknya kita harus jaga Rinnie dan buat senyumnya balik lagi. Gw gak bisa liat happy virus kita yang dulu ada 3 kini berkurang 1," sedih Shoh Kyun.
Tanpa mereka sadari, sedari tadi seseorang tengah mendengarkan pembicaraan mereka. Raut muka orang tersebut kini terlehat menyesal dan sedih.
'Maafin gw shawty, gw nyesel. Gak seharusnya gw dulu mengabaikan lo. Maafin gw yang bikin lo salah paham ke gw' -ucapnya dalam hati.
Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya Chae Rin sampai di mansionnya. Dia langsung saja memasuki mansion itu tanpa mengetuk pintu atau mengucapkan salam. Sontak beberapa maid yang tengah bekerja terkejut dan langsung membungkuk hormat.
"Non Kim sudah pulang? Apakah mau saya siapkan makanan?" tanya kepala pelayan yang telah merawat tuan putrinya itu semenjak kecil.
"Tidak ahjumma, aku sedang tidak bernafsu untuk makan," tolak Chae Rin halus.
"Baik non, apakah ada yang anda perlukan?"
"Tidak, terimakasih"
Dengan cepat Chae Rin meninggalkan sang kepala pelayan. Ia terus berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai 2 mansion itu. Setibanya di kamar ia melemparkan tasnya sembarang arah dan menelungkupkan diri di atas ranjang kesayangannya.
Hiks... hiks... hiks...
Chae Rin tiba-tiba saja terisak kecil. Tubuhnya pun terlihat begetar senada dengan isakan yang keluar dari bibirnya. Kristal bening pun silih berganti mengalir di permukaan pipinya. Tangisnya pun kini mengeras dan tak mampu lagi dia tahan.
"Kenapa hiks kenapa sesakit ini hiks," racaunya.
Cklek
Di tengah tangisan Chae Rin yang semakin menjadi, pintu kamar putri bungsu keluarga Kim itu terbuka. Nampak seorang lelaki yang masih terlihat muda di umurnya hampir menginjak kepala 4 yang kini melihat anaknya dengan raut muka yang sulit diartikan.
Pria yang telah menduda hampir 17 tahun itu nampak sedih melihat putri bungsunya yang kini tengah menangis. Tanpa piker Panjang, Kim Jun Myeon langsung menghampiri dan memeluk putrinya itu. Berbagai kata penenang ia ucapkan hingga tangis anaknya berangsur mereda.
"Putri daddy kenapa hm? Apakah ada masalah di sekolah? Ada yang berbuat tidak baik kepadamu? Ayo cerita sama daddy!" ucapnya lembut sembari mengelus surai hitam anaknya.
"Daddy hiks," ucap Chae Rin yang langsung menelusupkan kepala mungilnya di dada bidang sang ayah.
"Mau cerita sama daddy?" tanya Jun Myeon lembut.
"Tidak daddy, Rinnie hanya merindukan mommy. Rinnie ingin bertemu dengan mommy dad. Rinnie ingin seperti teman-teman Rinnie yang selalu dibawakan bekal oleh eomma mereka," bohong Chae Rin.
Jun Myeon yang mendengar penuturan anaknya itu langsung saja mengeratkan pelukannya. Dia sangat paham anaknya itu benar-benar butuh sosok seorang ibu. Apalagi semenjak kecil ia telah ditinggalkan ibu kandungnya dan dibesarkan oleh pelayan. Itu semua membuat Jun Myeon merasa bersalah.
"Maafkan daddy Rinnie,"
"Daddy tidak bersalah. Rinnie saja yang kurang bersyukur. Maafkan Rinnie nee,"
"Tak apa Rinnie, wajar kalau kau ingin memiliki mommy. Tapi daddy tidak mau melihat air mata ini keluar dari mata indah Rinnie. Kau harus terus tersenyum sayang, kau tidak boleh bersedih. Princessnya daddy tidak boleh menangis, nee" ucap Jun Myeon sembari menghapus air mata putri bungsunya itu.
"Okay dad,"
"Sekarang, apakah princess daddy ini ingin ikut dengan daddy keluar?" tanya Jun Myeon mencoba menghilangkan kesedihan yang melanda putrinya itu
"Kemana dad?" Chae Rin nampak sedikit tertarik.
"Apakah kau lupa? Kedua saudaramu pulang hari ini,"
"Chanyeol oppa dan Kai oppa pulang hari ini. Aish, kenapa aku bisa lupa. Aku ikut dad,"
"Ya sudah, Bersiap-siaplah. Daddy tunggu di bawah nee,"
"Nee daddy,'
Chae Rin pun segera bersiap-siap, berganti baju dan merias tipis wajahnya. Tanpa membuang-buang waktu ia langsung saja menghampiri sang ayah yang sudah menunggunya di ruang keluarga.
"Sudah siap?" tanya Jun Myeon ketika melihat putrinya itu telah rapi dengan hoddy pink kebesaran yang dipadukan dengan celana jeans selutut yang dikenakannya.
"Udah dad,"
Keduanya pun akhirnya pergi menuju bandara bersama. Selama dalam perjalanan, Jun Myeon tidak henti-hentinya membuat sang putri tersenyum. Hingga tak terasa waktu terasa cepat berlalu dan keduanaya sampai di bandara.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In School
Teen FictionKisah ini berawal dari seorang gadis cantik yang memutuskan pindah sekolah karena melihat pacarnya berciuman dengan wanita lain. Hubungan yang hampir berjalan 3 tahun semenjak SMP, harus pupus begitu saja. Inilah kisah cinta Chae Rin si anak jenius...