Xiao Zhan memandang ke arah bayangannya yang rerpantul di depan cermin.Ia sama sekali tidak pernah bermimpi kalau suatu saat bisa mengenakan pakaian mewah. Para penata rias hanya menata rambutnya dan memberikan sapuan riasan minimal di wajahnya. Berusaha menunjukkan keindahan dan sisi menawan dari pemuda tersebut. Xiao Zhan mengenakan sebuah jas berwarna putih dengan kemeja berwarna hitam. Beberapa kancing teratasnya dibiarkan terbuka. Sebuah dasi berwarna hitam melingkar di lehernya. Xiao Zhan juga mengenakan celana panjang berwarna hitam. Walaupun tidak begitu ketat, tapi mampu menunjukkan kaki jenjang dan bokongnya yang berisi. Sepasang sepatu berwarna hitam melengkapi penampilannya.
Tony Hong bertepuk tangan kecil dan terlihat puas dengan hasil make-over yang ia lakukan.
"Cocok sekali. Sudah kuduga kalau ini pasti akan terlihat pas," ujarnya. "Kau yakin tidak mau menjadi model? Bentuk tubuhmu..." Pria itu bersiul kecil. "Bahkan para wanita pun akan iri melihatnya."
Xiao Zhan menggelengkan kepalanya seraya tersenyum kecil. "Aku tidak berbakat menjadi model," ujarnya.
"Omong kosong. Semua bisa menjadi model. Tapi kurasa kau tidak butuh pekerjaan lain begitu dia terpilih menjadi pemimpin Keluarga Wang."
"Dia?"
"Tunanganmu."
Sepasang netra indah Xiao Zhan terbelalak.
"Tu-tunangan?" Ia sama sekali belum pernah berpacaran dan pemuda itu yakin bahwa ia tidak pernah menerima pertunangan dengan siapa pun.
Tony Hong tidak menanggapi keterkejutan Xiao Zhan. Ia segera mengajak pemuda itu kembali ke Ballroom tempat pesta diselenggarakan. Beberapa orang sempat menoleh ke arah mereka bahkan ada yang mulai berbisik perlahan. Sebuah perasaan tidak nyaman mulai muncul di dalam diri Xiao Zhan. Ia tidak terbiasa untuk menjadi pusat perhatian, apalagi di sebuah acara yang dipenuhi dengan berbagai orang penting.
Keduanya menghampiri Jiaer yang tengah berbincang dengan beberapa prang.
"Wow, penampilanmu benar-benar mempesona, Xiao Zhan," puji JIaer ketika melihat kedatangan Xiao Zhan.Tony Hong sendiri segera mengundurkan diri dengan mengatakan bahwa ia mempunyai beberapa orang yang harus ditemui.
"Temanmu, Jiaer?" tanya salah seorang pria.
"BIsa dibilang begitu," jawab Jiaer sambil tersenyum penuh arti. "Dia ini Xiao Zhan, Tunangan dari Wang Yibo."
Keterkejutan terlihat di wajah para lawan bicara Jiaer. Xiao Zhan yakin kalau dia pasti akan sama seperti mereka, kalau saja Tony tidak mengatakan fakta itu sebelumnya'
"Aku belum pernah melihatmu sebelumnya, Xiao Zhan. Kau berasal dari keluarga mana?" tanya seorang wanita yang mengenakan gaun indah berwarna krem. Wajahnya terlihat cantik dengan rambut digelung.
"Aku... Aku hanya seorang pemuda biasa bukan dari kalangan berada," jawab Xiao Zhan.
"Oh, lalu kau menangani perusahaan apa?"
Xiao Zhan tidak segera menjawab pertanyaan wanita tersebut.
"Tante Daniella, aku rasa pertanyaanmu itu tidak penting," sanggah Jiaer.
"Aku hanya ingin berkenalan dengan salah satu pasangan yang akan menjadi calon pemimpin keluarga ini, memangnya tidak boleh?" Wanita yang bernama Daniella itu balik bertanya.
Xiao Zhan menghela napas sebelum akhirnya ia menjawab, "Aku hanya seorang pegawai biasa yang bertugas mengantarkan barang kepada pelanggan." Tatapan matanya terlihat tegas ke arah Daniella, menyatakan bahwa ia bangga atas pekerjaannya.
"Pengantar barang?" Daniella tertawa mengejek. "Tidak kusangka Yibo bisa merendahkan dirinya sampai harus memilih seorang pengantar barang sebagai tunangannya. Apa mungkin karena tidak ada keluarga terhormat yang bersedia menjalin hubungan dengannya."
Xiao Zhan mengeraskan rahangnya, kedua tangannya mengepal. Ia mungkin tidak pernah bertemu dan mengenal sosok Wang Yibo, tapi ia jelas tidak akan terima bila ada seseorang yang merendahkan pekerjaannya.
"Dengar, Nyonya, kau berhak atas pendapatmu." balas Xiao Zhan dengan nada penuh ketenangan walau kemarahan jelas terlihat di kedua matanya."Aku mungkin bukan seorang CEO atau kumpulan orang kaya tanpa pekerjaan seperti dirimu, tapi pekerjaan yang kulakukan adalah sebuah pekerjaan yang terhormat. Aku mengantarkan barang yang mereka perlukan, memberikan sedikit kebahagiaan ke depan pintu rumah mereka. Aku bangga akan pekerjaanku."
Wajah Daniella terlihat gusar. Wanita itu tidak menyangka bahwa Xiao Zhan akan berani menyanggahnya di depan semua orang. Merasa tidak ingin kalah dengan pemuda yang jelas berada jauh di bawah status sosialnya, Daniella menegakkan dirinya dan mengangkat dagunya dengan sedikit angkuh.
"Kamu itu bukan siapa-siapa. Hanya orang biasa yang diberikan pakaian mahal. Berani sekali kau berdiri di sini dan berkata seperti itu padaku."
Tatapan Xiao Zhan tidak mengendur. Nada suaranya masih terlihat tenang ketika menanggapi perkataan Daniella. "Aku rasa kau salah, Nyonya. Seseorang bukanlah dilihat dari kekayaan atau statusnya, tapi dilihat dari cara dia memperlakukan seseorang dan dari rasa hormat yang didapatkan dari orang lain."
"Kau!" Wajah Daniella terlihat memerah menahan rasa malu dan kesal dalam dirinya.
Jiaer yang melihat pertikaian mereka hanya tersenyum simpul. Sementara Xiao Zhan sendiri hendak berbalik dan melangkah pergi ketika pinggangnya dirangkul oleh seseorang. Ia sempat tersentak kaget.
"Kurasa apa yang kau katakan benar adanya," ujar seorang pria muda yang berada di sisi Xiao Zhan. Ia mengenakan setelan jas dan celana panjang berwarna hitam dengan kemeja putih. Sebuah dasi kupu-kupu dan bros berbentuk matahari menambah kesan mewah di pakaiannya. Wajah pemuda itu terlihat masih muda tapi aura dominasi yang ia berikan memberi kesan dewasa jauh melebihi penampilannya.
"Tante Daniella, kurasa kau harus banyak belajar dari tunanganku ini," ujar Yibo dengan seringai kecil di sudut bibirnya.
Daniella tidak menjawab. Ia membalikkan badannya dan pergi dengan wajah merah padam. Beberapa orang lainnya juga memilih untuk meninggalkan mereka bertiga.
"Lepaskan tanganmu," bisik Xiao Zhan. Kehangatan yang ia rasakan dari tangan Yibo di pinggangnya membuat sensasi aneh dalam tubuhnya.
"Tidak mau," jawab Yibo perlahan, Ia mendekatkan wajahnya ke arah Xiao Zhan. "Aku tidak mau kalau kau nanti pergi dari sisiku."
Ucapan pemuda itu berhasil membuat wajah Xiao Zhan merona.
"Aku salut padamu, Yibo. Kupikir karena dia seorang kelinci, maka dia tidak akan sanggup melawan para predator di sini. Tapi ternyata kau memilih seorang kelinci petarung," canda Jiaer. "Kalau saja, aku mengenal Xiao Zhan terlebih dahulu, pasti aku akan memilihnya."
Yibo memandang ke arah Jiaer. Pemuda itu masih tetap tersenyum saat berkata, "Tidak akan ada yang berubah kalau kau mengenal Zhan Ge terlebih dahulu atau kalau kau memilihnya menjadi pasanganmu. Karena aku pasti akan merebutnya darimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught In The Lion's Snare
FanfictionXiao Zhan seorang pengantar makanan, mendadak mendapati dirinya diundang ke sebuah Gala Keluarga Wang yang terpandang, tanpa mengetahui siapa yang mengundangnya. Ia tidak mengetahui kalau undangan itu menjadi awal masuknya Xiao Zhan ke dalam konfl...