7. Ayo, kita berhenti.

769 69 4
                                    

Hii!!

Tata cuma mau ngasih tau, vote itu gratis loh!!






"Jadi lo udah sayang-sayangan sama Iky nih?" tanya Rina menggoda. Seryl tak dapat menahan senyum tipis mendengarnya. "Baikan," bisiknya memutar garpu.

"Gue senang lo sama Iky udah akur."

Tak ada yang membuka suara lagi. Kebisingan dikantin tak mengusik makan mereka. Rina menoleh ketika suara lembut menyapa pendengarnya

"Boleh kita duduk disini?"

Seryl tak dapat menyembunyikan raut malas terlebih lagi Rina. Di sekeliling meja kini telah berkumpul Fanya beserta pemujanya, siapa lagi kalau bukan Navan dan teman-temannya, kecuali Ragil dan Gafran. Dua pemuda itu tengah memesan makanan.

Diam-diam Navan melirik Seryl yang kembali fokus makan mie. Ingin rasanya ia mendekati Seryl namun tersadar jika ini masih dilingkungan sekolah. Ia tak bisa semena-mena karena masih ada Fanya.

Rina menusuk mie brutal. Harusnya ia dan Cherly bisa makan dengan tenang tapi sekumpulan manusia memuakkan ini malah datang dan duduk seenaknya padahal ia belum mengizinkan. Memang meja ini bukan miliknya hanya saja tak bisakah mereka menunggu jawaban darinya? Monkey!

"Em, kayaknya kita belum saling mengenal ya," ujar Fanya lembut. Rina hampir tak bisa menahan diri untuk melempar garpu ditangan. "Aku Fanya. Kalian?" tanyanya tersenyum.

"Gue Sandrina dan dia..." tunjuk Rina malas pada Seryl. "Cherly," lanjutnya menggulung mie.

"Udah tau" sahut Yovian sengit. Rina membalas tak kalah sengit. "Gue gak ngomong sama lo, Sat!"

Geraman terdengar. Seryl menatap tatapan itu datar lalu menaikkan alis. Rina terdiam namun tak lama seringai muncul di wajahnya. "Tumben lo gak sama Razefa. Biasanya tuh nempelin lo mulu," ujarnya polos.

Seryl tersenyum sengit dibalik kunyahan menatap Fanya menunduk. "Zefa belum keluar kelas."

"Lo sadar gak sih Nya, lo itu mirip bitch?"

Yovian menggebrak meja. Ia marah mendengar hinaan Rina. "Anjing! Harusnya lo bilangin temen lo itu, sialan!" Menunjuk Seryl yang tenang penuh amarah. "Dia tau orang itu punya pacar tapi masih dipacarin! Dia yang bitch bukan Fanya!"

Rina tentu tak terima. Ia menyentak tangan Yovian kasar. "Lo jangan asal nuduh anj—! Jijik gue berurusan sama orang kayak lo! Yok Cher, kita pergi dari sini. Mau muntah gue nyium aroma busuk!"

Yovian mengepalkan tangan erat. Ia menahan diri agar tak menonjok wajah angkuh Rina. Garren hanya diam, namun sorot matanya menelisik sosok Seryl yang digandeng Rina menjauh lalu beralih pada Navan yang menatap punggung Seryl sendu.

Ia kembali teringat percakapan Seryl dan Navan kemarin.

Apa rahasia Cherly yang di ketahui Navan? Batinnya penasaran.

"Maaf, gara-gara aku kamu jadi berantem," sesal Fanya pada Yovian. Helaan nafas terdengar sebelum Yovian duduk tengil. "Santai bu bos. Orang gitu emang harus dikasarin juga."

"Tapi jangan gitu, gak baik." Nasehat Fanya dibalas cengiran Yovian.

Tak lama datang Ragil dan Gafran membawa nampan. Kernyitan terlihat diwajah baby Ragil lalu terlontar pertanyaan. "Dua cewek disini tadi mana?"

Yovian mendengus. Garren menjawab tenang. "Pergi."

Bibir Ragil mengerucut. Ia meletakkan nampan membiarkan teman-temannya mengambil sendiri. "Gak bisa dong godain bidadari."

ANTAGONISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang