Haii!!
Sebulan lebih telah terlewati usai percakapan dengan Razefa yang berarti telah hampir dua bulan Seryl berada di tubuh Cherly. Tak ada perubahan berarti dari mereka. Seryl yang masih menjalin hubungan bersama Navan dan Razefa yang terkadang melukai fisiknya.
Sebenarnya Seryl capek, namun Seryl tak tahu bagaimana harus menghentikan hal ini. Ia takut salah melangkah terlebih ia belum terlalu menerima sifat Cherly yang tertinggal di badan milik Cherly. Semuanya terasa jauh berbeda dengan dirinya.
Ia tiba-tiba rindu oleh dirinya dulu. Biarpun disana Seryl harus menghadapi sifat munafik Ibunya, tapi itu lebih baik daripada disini. Setidaknya ia bahagia oleh sifat baik ibunya meski itu hanya bualan semata. Tidak seperti ditubuh Cherly. Orang tua tak peduli dan tak luput ia mendapat kekerasan dari tunangan. Sakitnya tanda sayang oleh sapuan tangan Razefa bahkan masih berbekas hingga kini.
Andai waktu itu ia tak memergoki Ibunya bertelepon tentang kebohongan kasih sayangnya padanya, tak akan Seryl mendapat tamparan. Tak akan Seryl terjebak di tubuh Cherly. Tolong kembalikan Seryl ke tubuh aslinya. Biarkan ia menerima semua kasih sayang penuh muslihat sang Ibu. Seryl lelah hidup di tubuh Cherly.
"Kak."
Tetapi, ia tak mungkin tega meninggalkan Rafky sendiri didunia ini.
"Hm."
"Get me some milk, Sis."
Rafky. Satu-satunya orang yang ia miliki disini.
"Where?"
"Di dalam dashboard."
Bagaimana bisa ia melupakan adanya Rafky disini?
"Nih."
"Thankyou my sister."
"Hm."
Maaf, Rafky. Sempat melupakan dirimu.
____
"Kak, lo ngelamun terus. Mikir apa?"
Seryl menggeleng pelan. Rafky menarik tuas mobil lalu menoleh pada Seryl. "Fuck!" desisnya keluar dari mobil. Seryl membulatkan mata ikut keluar.
Bangunan Rumah Sakit berdiri kokoh, Rafky tanpa ekspresi melangkah masuk diikuti Seryl. Tak ada yang saling berbicara. Keduanya berjalan dalam diam menuju sebuah ruangan. Tak perlu menanya Resepsionis karena Rafky telah tahu bahkan nama dokter bersangkutan.
Pintu terbuka menampakkan seorang perawat tengah mengatur tata makanan di nakas. Senyum perawat mengembang, sedikit menepi agar Rafky maupun Seryl leluasa melihat pasien.
"Gimana dia, Sus?" tanya Rafky bernada berat. Melirik pasien tidur di ranjang pesakitan.
"Seperti biasa. Bila pasien bangun, nanti sudah bisa pulang," jawab perawat itu terkekeh. Rafky menghela nafas, tahu maksud si perawat.
"Crotchety."
Semakin lebar perawat itu menyunggingkan bibirnya. "Tugas saya sudah selesai. Saya pamit melihat pasien lain. Jika dia bangun, beri dia makan. Itu sudah saya siapin buburnya. Dia menolak makan dengan alasan tak enak langsung saja suap dan bilang saya akan marah padanya."
Nada bicara formal namun santai itu jelas mengherankan Seryl. Sepertinya Rafky telah akrab sama si perawat.
"Pergilah, Sus. Gue udah tau!"
Tawa seolah riang perawat itu tumpahkan. "Saya permisi, Tuan Muda dan Nona Muda Weisz."
Punggung Perawat menghilang dibalik pintu. Rafky menjauh dari brangkar lalu duduk di kursi tak jauh dari ranjang. Ia bersandar sembari memainkan ponsel dan berucap, "don't make a face like that, Sis. You look like a fool."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIST
FantasíaSeryl tak pernah menyangka jika ia mengalami hal yang buat orang-orang menganggapnya gila, yaitu bertransmigrasi!