11

31 3 1
                                        

Pagi itu vioneta bangun lebih awal dari biasanya, disaat warga lainnya masih beristirahat di maru'i mereka, gadis itu lebih memilih untuk memberi makan Tsurak dan ilu nya.

Gadis itu tidak berniat untuk pergi berburu ke laut pagi itu, dia hanya ingin duduk di lantai luar maru'i nya, mengendalikan laju air di sekitar nya dengan menggoyang pelan kakiknya ke depan belakang bergantian.

Vioneta menatap langit yg masih bertabur bintang dan berhias cahaya bulan purnama yg terang, gadis itu merasa seolah bulan itu memberi ketenangan baginya.

"Vioo, kau sudah bangun?" Ucap seseorang yg sedang berjalan menuju tempat vioneta duduk.

Vioneta memalingkan wajahnya dan melihat Neteyam sudah berdiri di belakang nya dengan senyum khas nya.

"Neteyam!? Sedang apa kau disini?" Ucap vio
"Memang nya salah ya kalau aku kesini?"
"Tidak juga, kemari lah duduk di samping ku"

Pria itu langsung saja duduk mengambil posisi tidur  dan meletakkan kepalanya pada kedua kaki vioneta.

"Perasaan tadi aku nyuruh duduk bukan tidur"
" Shutt udah ah diem, tadi aku kebangun karna dengar suara Tsurak kamu" ucap Neteyam mengambil tangan vioneta dan membuat nya di kepalanya.

Gadis itu hanya diam, dan mulai mengusap lembut Surai milik Neteyam, sedangkan Neteyam menikmati belaian kekasih nya itu.

"Kalau mau tidur balik aja sana, disini dingin" ucap vioneta
"Aku mau disini bersama mu jangan suruh aku pergi"
"Tubuh mu saja sudah mulai dingin, nanti kau sakit Neteyam"

"Gak papa, aku masih mau disini"
Vioneta hanya bisa pasrah dengan sifat keras netayam. Satu yg dipikirkan gadis itu, dia ingin agar udara disekelilingnya lebih hangat agar kekasih nya ini tidak kedinginan.

Seketika suhu di sekitar mereka perlahan mulai naik, terasa hangat dan nyaman. Vioneta sedikit terkejut dengan apa yg terjadi, tapi dia lebih memilih diam karna itu berasal dari dirinya sendiri.

"Vio aku merasa lebih hangat, aku rasa itu karna mu" ucap Neteyam menatap gadisnya itu.

"Tentu saja, aku selalu membawa kehangatan" ucap vioneta tersenyum tipis, Neteyam balik tersenyum melihat gadis nya.

"Neteyam" pria itu mendongak menatap gadisnya.
"Hmm?" Ucapnya singkat
"Kalau aku memberi mu sebuah kalung apa kau mau menerima nya?"

Neteyam bangun dan merubah posisinya duduk menghadap gadis nya itu dan tersenyum lebar.

"Tentu saja aku mau, aku tidak akan pernah memikirkan untuk menolaknya" ucap Neteyam senang

Vioneta mengeluarkan kalung kerang yg telah di susunnya dengan batu biru yg bersinar indah di tengah nya, batu itu semakin bersinar baju permata saat ditimpa sinar bulan. Neteyam yg melihat itu sangat terpesona oleh batu itu.

"Gunakan ini, dan jangan pernah lepaskan bahkan sampai aku kembali lagi nanti" ucap vioneta tersenyum tipis

Neteyam sedikit terkejut dengan perkataan gadisnya itu. "Sampai kau kembali? Apa maksudnya?" Ucap Neteyam bingung.

Vioneta menarik napas panjang dan menghembuskan nya kasar.
"Maksudku kalau kau merindukanku ku nanti lihat saja kalung itu" ucap vioneta tersenyum tipis.

"Kenapa bicaramu seolah olah kau mau pergi jauh" tutur Neteyam menatap lekat pada kekasihnya itu.

"Aku tidak akan kemana mana" jawab vioneta singkat.

" Sudahlah dari pada berfikir yg tidak tidak lebih baik kau kembali pulang Neteyam, aku sebentar lagi akan berburu"

" Kalau aku tidak mau?"
"Hmmmm, mungkin aku akan marah"
"Pffft"
Neteyam tertawa mendengar jawaban gadis nya itu.

"Kenapa?" Tanya vioneta
Kau sangat lucu, baiklah aku akan pulang, berhati hatilah vio" ucap Neteyam dan mengelus lembut Surai gadis itu.

Setelah itu Neteyam pergi menuju maru'i keluarga Sully, vioneta hanya diam menatap tubuh kekasihnya dari belakang yg perlahan menjauh.

*Kenapa bicaramu seolah olah kau akan pergi jauh*

ucapan Neteyam tadi nyaris membuat vioneta hampir menangis, gadis itu berusaha agar air matanya tidak jatuh di hadapan Neteyam.

"Yg akan pergi jauh itu kau bukan aku Neteyam, aku berharap masih bisa mengubah takdir mu" ucap vioneta lirih

Mata gadis itu mulai memanas, cairan hangat keluar dari matanya,

"Tapi kenapa aku selalu merasa kau semakin jauh dari ku, kumohon jangan tinggalkan aku" tutur vioneta pelan.

Suaranya bergetar, kini vioneta benar benar menangis, air matanya tidak mau berhenti sama sekali, dadanya terasa sesak, sekuat mungkin vioneta berusaha menambah pasokan udah ke paru parunya.

Gadis itu kini berjalan ke laut untuk berburu, alat berburu nya sudah ia siapkan, wajahnya masih lembab karena menangis.

Saat vioneta memanggil ilunya untuk berburu, detik itu juga ia berada di laut tempat ia mendapat panggilan dari eywa pertama kali.

Hanya ada lau yg tenang dan hewan hewan laut yg kecil, tidak ada pemangsa dan tak ada permukaan laut.

Vioneta sedikit terkejut saat mengetahui dirinya tidak berada di awa'atlu lagi tapi gadis itu tetap tenang.

"Vioneta"

Gadis itu segera berbalik saat mendengar suara yg memanggil nya, vioneta tau siapa yg memanggil nya dengan lembut.

Vioneta berenang menuju cahaya dimana tempat pertama ia bertemu eywa.

"Bunda agung? Kenapa kau memanggilku ku, apa ada yg salah"

"Pergilah ke desa vin'dyat di barat, berlatih lah disana kau harus menjadi kuat"

Vioneta terdiam mendengar perintah itu.

"Desa itu sangat jauh dari sini, bagaimana aku bisa kesana tanpa izin dari paman juga bibi, dan juga..."

"Neteyam, takdir kematian nya sudah tertulis vioneta, semuanya akan terjadi antara ikatan mu dan Neteyam"

"Apa maksudnya itu, aku berusaha menerima semua perintah mu, tapi kenapa kau tetap memberikan takdir kejam kepadanya" emosi vioneta memuncak saat mendengar takdir Neteyam

"Kau disebut bunda agung, kau pemegang kekuatan dan kedamaian disini, tapi kenapa kau tidak mau memberikan kesempatan pada Neteyam, apa kesalahan yg di buat nya" wajah gadis itu kian memerah panas.

"Aku tidak pernah meragukan mu, tapi tolong selamatkan kan dia, kau bilang aku datang kesini untuk melindungi keluarga Sully" gadis itu kini menangis, dadanya terasa sangat berat nafasnya berburu tidak teratur.



"Aku hanya bilang takdirnya sudah tertulis, tapi aku tidak bilang kau tidak bisa mengubahnya"

Vioneta terdiam mendengarnya, gadis itu tidak mengerti apa yg dikatakan eywa padanya.

Disaat itu juga vioneta sudah kembali ke awa'atlu. Nafsu makannya kini hilang, gadis itu lebih memilih kembali ke maru'i nya dan istirahat.

Matahari masih belum kelihatan, tapi para warga sudah memulai aktivitas pagi mereka, beberapa warga menyapa gadis itu, tapi vioneta tidak menjawab nya.

Gadis itu hanya diam dan kembali menuju ke maru'i nya tanpa memedulikan apa pun lagi.

"Kalau takdirnya sudah tertulis, maka seperti yg Bunda agung katakan, aku masih bisa mengubah nya"












Haii guys,

Dah lama gak up, gimana cerita kali ini?, Maaf kalo gak nyambung soalnya udh lupa alur nya sebagian

Semoga suka

Eitss di vote juga dong
Makasih buat yg udah baca:)

Tata

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VIONETA----NEW LIFE IN PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang