1. Ramalan [Revisi]

110 16 8
                                    


Siang di perpustakaan tua sebuah sekolah negeri di kota, Niko Dheiman, siswa kelas dua, tengah membuka pintu perpustakaan yang hampir kosong. Sejak kelas satu, ia sudah mengabdikan diri bersama para seniornya untuk menjaga tempat itu. Dan sekarang, ia seorang diri.

Kemana mereka? Karena sudah kelas tiga, dan ujian sudah menanti di depan, mereka memutuskan untuk keluar dan menyerahkan semua tanggung jawab ini kepada Niko.

"Huh... sepi, rek." keluh Niko sambil melangkah masuk.

Dia duduk di meja penjaga dan memeriksa catatan keanggotaan yang sudah lama tidak terisi. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari pintu masuk. Seorang guru masuk dengan langkah anggun, memakai sepatu pantofel. "Dheiman, aku kira kau resign,"

Niko hanya tersenyum santai. "Emangnya ada yang mau jaga tempat ini, selain aku?" ujarnya.

"Sombongnya bukan, main!" seru Bu Rita, guru yang selalu mengawasi Niko.

Bu Rita mendekat, menatap meja yang dipenuhi catatan dan buku. "Gimana? Yakin mau lanjut?"

"Ya.. fifty fifty." jawab Niko setengah ragu.

Bu Rita mengangguk dan tersenyum, kemudian giginya bergetar. Bukan pertanda yang baik. "Kalau gak yakin, kamu masih bisa ngebatalin keanggotaan perpustakaan, kok." ia pun melirik sekitar, penuh debu yang beterbangan. "Mending kamu beres-beres sekarang, ibu masih ada urusan."

"Ok!" balas Niko, dengan acungan jempol.

Begitu guru paling menyebalkan itu pergi, Niko menghela napas panjang. Sekarang tinggal dia dan setumpuk pekerjaan yang harus dibereskan. Dengan malas, ia mengambil kemoceng, sapu, dan pel. Tapi sebelum mulai bekerja, matanya tertarik pada sebuah pintu gudang di pojok perpustakaan.

Ia mendekat, mencoba membuka pintu itu. "Yah.. kekunci lagi!" keluhnya.

Niko melihat ke arah meja tugasnya, disana tergeletak segerombolan kunci. Ia mendekat, melirik sekitar kemudian berkata. "Kayaknya ada yang keluapaan, deh." suaranya agak keras, memastikan Bu Rita tak berada di dekat perpustakaan.

Setelah aman, ia pun kembali menuju pintu itu dan membukanya. Di dalam gudang, banyak buku berserakan, tapi ada satu buku tua yang menarik perhatiannya. Dengan penasaran, Niko mengambilnya dan membukanya, tapi... halaman-halamannya kosong. "Aneh, kok ada ya? Buku yang kayak beginian di sini?" gumamnya.

Tiba-tiba, suara Bu Rita memanggilnya dari belakang. "Dheiman!"

"Ah! Apasih, bu!" bentak Niko, kaget.

"Udah kelar beres-beresnya?" kata Bu Rita sambil berjalan mendekat.

"Be-belum sih.." Niko menghela napas.

Bu Rita berhenti di depannya. "Yaudah.. ntar selesaikan, ya?" sebelum kembali pergi, Bu Rita bertanya. "BTW, perasaan tadi ibu ninggalin kunci di atas meja, deh."

Niko sekilas melirik ke pintu gudang, dimana kunci itu masih menancap di sana. "Anu.. jangan mukul, ya? Kuncinya.. Niko pakai buat buka pintu gudang." ucapnya pelan.

"Ha?" Bu Rita tersenyum lebar. "Ok, karena cuma kamu anomali yang ada di perpustakaan, jadi.. ibu serahkan kunci itu sama kamu."

"Serius? Wah.. naik pangkat, nih!" Niko nyengir mendengarnya.

"Hahaha, jangan lupa kunci perpustakaannya kalau mau pulang, terus taruh kuncinya di kantor ibu." Bu Rita segera keluar, namun Niko menghalangi.

"Wait! Ibu tau ini buku apa?" tanyanya, menunjukkan buku yang baru ia ambil dari dalam gudang.

"Gak," jawab Bu Rita singkat.

"Tapi, isinya kos-,"

"Bawa pulang kalau mau," sahut Bu Rita, segera meninggalkan Niko.

Mirai [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang