11 Desember 2019, Mira akhirnya datang ke sekolah dengan wajah bahagia. Kesembuhanya yang misterius menjadi tanda tanya besar oleh pihak rumah sakit maupun sekolah, karena sembuh secara ajaib dari cedera fatal dalam beberapa hari setelah dirawat.
Siang itu, Mira menjumpai Niko di taman. Ia masih bingung kenapa Niko mengorbankan kesempatannya bertemu Kouko demi menyembuhkannya.
"Niko," Sapa Mira lembut. "Boleh aku duduk di sebelahmu?" Tambahnya.
Niko menggeser tempat duduknya, memberikan ruang untuk Mira. "Silahkan,"
"Huh ... kenapa kau melakukannya?" Tanya Mira penasaran.
"Dia yang bilang sendiri," Kata Niko dengan senyuman tulus. "Biarkan masa lalu menjadi kenangan, jangan terus larut di dalamnya,"
Bijak! Batin Mira dengan rasa kagum. "Tapi jujur aja, kenapa kau lebih milih kesembuhanku?"
Niko dengan agak jahil berkata. "Entahlah, itu rahasia."
"Ah.. Niko!" Mira memajukan bibirnya dengan perasaan geram. "Ta-Tapi makasih.. karenamu, tanganku sembuh," Ucapnya malu-malu.
Kouko menjadi masa lalu yang indah untuk Niko, tapi dia tidak terlalu yakin untuk menjadikan Mira sebagai pelabuhan barunya. Selain cantik, Mira juga sangat sopan dan suka membantu banyak orang walau dirinya kerap kali jadi kambing hitam.
Ia merasa nyaman dengan hubungannya sekarang, di mana Niko menggantung perasaannya agar situasi tidak canggung dan berakhir mengecewakan.
***
Beberapa hari setelah ujian akhir semester. Niko, Jovian, dan Ryan pergi ke atap bangunan sekolah dengan salah satu dari mereka memikul tas yang berisi kelima buku ramalan. Di sana, mereka menyembunyikan buku itu agar tak ada orang lain yang menjumpainya.
Jovian meletakkan tas yang berisi buku ramalan di lemari kosong yang terdapat di sudut atap. "OK! Sekarang udah beres! Gak bakal ada yang tau kalau di sini," Ia tersenyum, menatap Niko dan Ryan seraya bertanya. "Iya 'kan?"
"Iyain aja," Celetuk Ryan. "Ayo balik! Sebelum ketahuan pengawas,"
"Yoi! Bisa gawat kalau dipanggil ke kantor," Sahut Jovian.
Sebelum turun ke bawah, Niko berjalan ke pagar pembatas atap. Semuanya sudah beres, ikatan mereka dengan buku ramalan sudah selesai. Kini mereka bisa menjalani kehidupan sebagai manusia normal, yang sudah bebas dari hal-hal supranatural. Walau begitu, sudah banyak pengorbanan terjadi sampai mereka berakhir di titik ini.
Niko terharu dan meneteskan air matanya, ini bagaikan mimpi yang terjadi di siang bolong. Ia masih tak menyangka, kalau mereka sudah menyelesaikan semua ramalan dan membuat permohonan.
Di lantai dasar, ketiganya sudah ditunggu Mira dan Olivia, di mana mereka berencana untuk pergi ke restoran cepat saji di kota.
Singkat cerita, mereka tiba di restoran yang dimaksud pada pukul 13:14 siang. Kelimanya duduk di meja yang tepat berada di sebelah jendela dan langsung memesan.
"Semoga ranking 10 lagi!" Ucap Jovian penuh keyakinan.
"Halah! Paling juga turun!" Celetuk Olivia yang duduk di sebelah Jovian.
Jovian memiringkan senyumanya dan membalas. "Amin! Semoga jadi 9!"
"Ya-Yah! Bukan itu maksudnya!" Tampik Olivia gagap.
"Hahaha!" Ryan tertawa terbahak-bahak melihat kedekatan keduanya. "Kalau dipikir-pikir, kalian dua cocok, loh!"
"Ha? Aku sama orang ini?!" Olivia bertanya tegas sembari menujuk Jovian. "Mending sama ayahnya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mirai [Revisi]
Teen FictionSetelah dapet izin dari author aslinya, Wulan bakal revisi ni cerita jadi lebih menarik lagi, hehe. Jangan lupa pantengin aja terus, ya! Pokoknya bakal Wulan Revisi habis-habisan❤️❤️❤️