3. Rindu di Penghujung Hari

118 14 10
                                    

Selamat membaca dan silakan menikmati asupun yang akan membuat hati senang...

Gojo Satoru x Geto Suguru

"Aku tidak bisa ikut menemanimu untuk acara pemotretan besok. Jadi, lakukan sendiri tanpa ada masalah."

"Haaahh??!! Kau bilang apa?"

Suara gebrakan meja persegi panjang itu tentunya mengangetkan Geto. Bagaimana tidak, yang seharusnya acara malam ini diakhiri dengan tenang malah berujung bersitegang dengan sang idola.

"Kenapa kau tidak bisa datang? Apa ada urusan yang lebih penting daripada acaraku?"

Alis putih Gojo menukik dengan tajam, kerutan di sela alisnya benar-benar mengisyaratkan bahwa ia sangat tak suka dengan pernyataan manajernya barusan. Geto yang melihat raut marah wajah idolanya hanya menghela nafas.

Ya Tuhan kerasukan apa coba manusia di hadapannya? Demi apa hati Geto sudah capek.

Karena hari juga sudah malam dan sebenarnya jadwal kerjanya juga telah dibatas usai, maka Geto langsung pergi keluar dari kedai ramen itu tanpa mempedulikan Gojo yang masih berdiam diri di kursinya. Dan ya Geto kembali bertaruh kalau pada akhirnya pria berambut putih itu segera masuk ke mobilnya dan duduk kembali di kursi belakang.

Selama perjalanan tak ada percakapan yang diutarakan, baik dari Geto maupun Gojo semuanya sama-sama terdiam seribu bahasa. Walaupun ini pernah terjadi sebelumnya, tapi kelakuan merajuk idolanya lain kali ini berbeda padahal menurut Geto ini hanyalah hal yang tak seharusnya diributkan oleh orang dewasa.

Bahkan ketika tiba di kediaman Gojo, pria tinggi berambut putih itu langsung melenggang pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun pada manajernya sendiri. Tak ada ucapan pamit ataupun 'sampai ketemu kembali,' Geto yang melihat kepergian Gojo dari balik kaca mobilnya jadi merasa bersalah karena tidak bisa menemani acara penting idolanya, tapi apa boleh buat. Nanti ia akan meminta maaf di lain waktu.

Geto juga berharap suasana hati Gojo di hari esok bisa lebih baik.

-----○-----

Sebuah pukulan dari gulungan buku didaratkan di atas rambut putih Gojo. Tentunya sang penerima menyuarakan protesnya. Baru saja ia tadi dipukul oleh asisten rumah tangganya karena tidak mau makan kini ia juga dipukul kembali oleh manajernya. Nanti kalau otaknya geser gimana?

"Hei jangan pasang muka cemberut seperti itu. Jelek banget tau."

"Gimana enggak cemberut kalau kau tidak hadir saat pemotretanku nanti?! Aku kan mau pamer ketampananku."

"Dasar bodoh." Pukulan kembali didaratkan dan lagi-lagi Gojo mengeluarkan aduhan kesakitannya. "-kau bukan anak kecil lagi yang harus ditemani kemana-mana."

"Tapi kan kau bisa tinggal dulu sebentar? Masa enggak mau nemenin aku sebentar aja sih?~"

"Enggak! Enggak usah manja gitu. Aku harus menjemput anak-anakku."

Mendengar kata anak-anak dari ucapan Geto malah makin menambah bibir Gojo semakin menurun. Maksudnya ia kini benar-benar merajuk karena manajernya lebih memilih menjemput kedua anaknya yang sudah SMA dibandingkan menemani acara fotonya.

Iya benar, Geto telah memiliki kedua anak yang ia angkat dari sebuah panti asuhan ketika tengah berdonatur. Entah mengapa jiwa seorang ayahnya tetiba muncul ketika melihat kedua anak perempuan yang kembar itu asyik menikmati semilir angin sembari bercerita tentang bunga yang mereka temui di taman. Dan dengan rasa hati nuraninya yang tinggi, Geto pun resmi secara hukum mendapatkan hak asuh dan kini mereka bertiga dapat hidup selayaknya sebuah keluarga yang harmonis.

Kita Bicarakan Soal CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang