430 28 0
                                    

"Kelopak mata tertutup itu terbuka perlahan ketika cahaya matahari mengusik tidurnya, ia menguap dan merentangkan tangannya untuk meregangkan ototnya ynag terasa kaku. Seketika gerakannya terhenti, ia menatap tangannya yang terasa berbeda dan ia terkejut bukan main.

"IBUUUU!" teriak bocah lelaki itu dengan sangat keras, tak lama terdengar langkah kaki menapak pada lantai dengan terburu dan pintu kamar segera terbuka, seorang wanita berdiri disana dengan nafas terengah dan terkejut melihat keatas ranjang putra bungsunya.

"Ibu, lihat tubuhku!" Ucapnya sambil menyibak selimut dan memperlihatkan piyama birunya yang mengecil. Wanita yang masih berdiri di depan pintu menutup mulutnya dengan wajah cukup terkejut, tapi kemudian ia sadar jika sosok di depannya adalah bocah yang spesial.

"Alin-ah." Wanita itu Winwin mendekat sambil mengelus surai kecoklatan putranya. Ia tersenyum begitu lembut , berusaha membuat keadaan lebih tenang.

"Ibu, ada apa denganku? Kenapa aku memanjang seperti ini?" ucapnya begitu polos. Sebenarnya Winwin pun sama terkejutnya, karena terakhir ia mengantar tidur Guanlin, tubuh putranya masih menyerupai bocah berumur 4 tahun dan pagi ini ia menjelma menjadi sosok berusia 8 tahun.

"Sepertinya ibu harus mengatakan ini Guanlin-ah, dan ibu harap kau mengerti. Kau adalah anak yang istimewa, kau berkembang lebih cepat dari manusia pada umumnya."

"Apa itu berarti aku cacat?"

"Oh tidak! Tentu saja tidak! Kau begitu sempurna , tampan dan juga pintar, mana mungkin kau cacat. Kau itu istimewa."

"Benarkah?" mata Guanlin berbinar.

"Hm, tentu! Dan sepertinya kita harus kembali ke Seoul."

"Benarkah? Kenapa ibu berubah pikiran?"

"Karena ibu pikir perkataanmu dan Jaemin benar, kita tidak bisa meninggalkan rumah kita." Ucap Winwin sambil tersenyum penuh arti, Guanlin memeluk tubuh ibunya dan tersenyum bahagia.

Baju-baju miliknya menjadi tidak muat untuk digunakan, sehingga Winwin membelikan baju baru untuk Guanlin. Bocah kecil itu terlihat begitu bahagia saat Winwin memberikan beberapa baju baru padanya.

Mereka masih asyik berada diruang tengah, sampai terdengar bunyi pintu yang terbuka.

"Ah, itu pasti Jaemin hyung!" ucap Guanlin lalu berlari, meninggalkan Winwin yang terus memanggil namanya. Bocah kecil itu berlari menuju pintu depan dan mendapati kakaknya sedang duduk di tangga kecil di depan pintu sambil membuka sepatunya.

Dengan mengendap-endap Guanlin melangkah mendekati kakaknya yang sedang memunggunginya. Ia tidak memiliki banyak ingatan mengenai kakaknya saat berusia 4 tahun, yang ia ingat hanya ia ingin memeluk tubuh kakaknya yang sangat pendiam menurutnya itu.

"DAAAR!" Guanlin memeluk tubuh Jaemin dari belakang , membuat lelaki berseragam itu menoleh terkejut dan mendorong tubuh Guanlin cepat, bocah kecil itu terduduk di lantai sambil meringis.

Jaemin bangkit dan menoleh, hingga matanya membulat mendapati tubuh Guanlin yang sudah membesar. Wajah Jaemin berubah menjadi pucat pasi.

"Hyung lihat! Aku sudah besar sekarang." Ucapnya bangga, seolah berita itu akan membuat Jaemin senang dan memberinya sebuah pelukan senang. Namun senyuman Guanlin lenyap ketika Jaemin berjalan melewatinya begitu saja.

"Hyung! Hyung! Hyung! Tunggu!" ucapnya sambil berusaha bangkit dan mengejar kakaknya, namun ketika ia memasuki ruang tengah ia hanya mendengar bunyi pintu kamar yang dibanting dengan amat sangat keras.

Guanlin menoleh menatap ibunya yang menunduk sambil memegang baju kaos berwarna biru dengan karakter Doraemon di dalamnya. Guanlin mendekat, ia memegang pundak ibunya lalu tersenyum sangat lebar.

THE DEVIL (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang