열 다섯

375 27 5
                                    

"Apa? Tidak. Aku tidak mungkin melakukan itu pada orang menyebalkan sepertinya." Jaemin tersentak karena nada bicara Jeno meninggi. Jeno membicarakan ibunya seolah sedang membicarakan orang asing yang telah merusak hidupnya.

"Jeno, dia ibumu. Orang yang melahirkanmu." Jaemin mengingatkan. Jeno tidak menjawab, ia mengeratkan pelukannya pada Jaemin menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher kekasihnya.

"Kau…kau tidak mengerti Jaem. Seberapa rumit hubungan keluargaku." Ucap Jeno dengan suara yang lemah. Jaemin mengelus punggung tangan Jeno yang melingkar diperutnya.

"Serumit apapun itu, seorang ibu tetaplah seorang ibu. Hm, jangan buat dirimu menyesal seperti apa yang telah aku lakukan pada darah dagingku." Suara Jaemin terdengar berbisik, tapi Jeno mampu mendengarnya dan merasakan betapa sakitnya hati Jaemin setelah mengatakan itu.

"Ibumu mencintaimu, dia sangat menyayangimu . Aku bisa melihatnya dengan jelas Jeno. Jangan sia-siakan ibumu, jika benar seperti yang kau rasakan ibumu ingin meninggalkanmu, maka tunjukan bahwa kau menyayanginya sebelum kau menyesal." Jeno tidak menjawab, sisi iblisnya menolak semua hal itu. Dia tidak ingin terlihat lemah dengan menunjukan kasih sayang dan kepedulian pada ibunya. Kasih sayang adalah hal yang tabu dalam dunia iblis.

"Aku hanya tidak bisa Jaemin." Ucap Jeno. Jaemin menjauhkan tubuhnya, agar bisa melihat wajah kekasihnya. Kedua mata itu bertatapan.

"Aku… aku bukan seseorang yang mampu menunjukan kasih sayang pada orang lain. Aku tidak terlahir untuk itu." Ucap Jeno lagi, Jaemin menundukan arah pandangnya sebelum kembali menatap mata hitam kelam milik Jeno.

"Kau bisa menunjukan kasih sayang dan cintamu padaku, kenapa tidak dengan ibumu? Aku dan ibumu tidak bisa disandingkan. Kami terlalu jauh, ibumu jauh lebih berharga."ucap Jaemin.

"Tidak. Kau yang paling berharga dari apapun yang aku milikki." Jaemin tersenyum, entah mengapa ucapan Jeno membuat dirinya merasa berharga, tapi senyum itu hilang ketika mengetahui fakta bahwa dirinya dinomersatukan oleh seorang anak yang masih memiliki ibu.

"Tidak. Jangan mengagungkanku seperti itu Jeno. Ibumu adalah yang utama. Ibumu selalu berada di atasmu, sementara aku berada disampingmu." Jaemin tersenyum, Jeno menatap Jaemin namun tidak memberikan respon apapun.

"Aakh!" Jaemin memekik kesakitan ketika Jeno sedikit menggerakan kakinya. Jeno tersadar dan menoleh kearah bawah, dimana air mereka sedikit berwarna kemerahan.

"Jaemin?" Jaemin meringis merasakan perih pada lubangnya. Lukanya masih belum sembuh, Jeno memperkosanya dengan kasar dan dikuasai penuh oleh sisi iblisnya sehingga kekuatannya berkali-kali lipat lebih besar, sementara Jaemin hanya manusia biasa yang tidak mampu mengimbangi itu semua.

"Aku akan mengobatinya." Ucap Jeno. Jaemin menggeleng lemah, ia masih meringis namun secara tiba-tiba Jeno mengangkat tubuhnya dan mendudukan Jaemin disisi kiri bathup, diatas keramik dengan jarak sempit yang bisa dijadikan alas duduk.

Jeno membuka kedua paha Jaemin, sementara Jaemin bersandar pada dinding kamar mandi yang dingin. Wajah Jeno berada di depan selangkangan Jaemin dan matanya membulat lebar ketika melihat lubang anal Jaemin yang masih menganga berwarna merah pekat.

Biasanya setelah kegiatan mereka lubang itu akan tertutup kembali setelah beberapa saat, namun kini lubang itu terbuka lebar dan terlihat lecet disekitarnya. Jeno terdiam sebentar mengumpulkan kekuatannya di ujung lidahnya.

Ia mendekatkan wajahnya keselangkangan Jaemin dengan lidah menjulur, lalu mulai menjilati lubang itu perlahan.

"Eummhh…aaahh…" Desahan Jaemin terdengar, suara kesakitan dan kegelian yang bercampur menjadi satu. Jaemin menggunakan satu tangannya untuk menahan pahanya dan satu lagi untuk menapak pada keramik, menyangga tubuhnya.

THE DEVIL (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang