이십

237 20 1
                                    

Renjun sangat mengenal siapa kakeknya, ia adalah pria terkejam yang pernah Renjun kenal. Tidak hanya dalam perilaku dan kepemimpinan, kakeknya juga sangat kejam dalam ucapan. Hal itu yang membuat Renjun harus selalu terlihat sempurna di depan sang kakek, ia tidak ingin diremehkan karena darah malaikat yang mengalir di dalam dirinya, tapi ia ingin dipandang sebagai putra tertua dari seorang Raja Iblis.

"Namun seorang iblis dengan darah malaikat, memiliki hak untuk mengeluarkan emosinya, termasuk menangis." Ucap yang tertua ketika menghentikan langkahnya yang menjauhi cucunya, menoleh kesamping, dan berbicara melalui sela pundaknya.

Renjun menatap punggung kakeknya sejenak, ia tahu walau terkadang ucapan Kakek iblisnya tajam namun sebenarnya Kakeknya adalah orang yang pengertian, hanya saja Iblis dilarang untuk itu.

..

.

Haechan berbaring di dalam kamarnya di Nubes. Entah mengapa ia membutuhkan tempat untuk menenangkan diri sekarang. Ia memegang bibirnya dan jantungnya kembali berdetak kencang.

Ia bangkit dan matanya menangkap sosok peri bunga yang mengintip di jendelanya.

"Masuklah!" Haechan menggerakkan tangannya untuk membuka medan pelindung disekitar kamarnya, peri bunga itu tersenyum lalu terbang kearah Haechan dan menempel kepipi Haechan dengan senang.

"Pangeran, aku merindukanmu." Ucapnya senang. Haechan tersenyum dan mengangguk. Peri bunga itu terbang menjauh, sedikit menjaga jarak agar bisa menatap wajah Haechan lebih jelas. Ia menatap bingung.

"Pangeran aku perhatikan dari tadi, pangeran terlihat kebingungan. Apa sesuatu terjadi?" tanya peri bunga. Haechan mengangguk.

"Boleh aku tahu?" Haechan berpikir sebentar, melipat kedua mulutnya ke dalam hingga menyisakkan hanya segaris lurus, lalu ia mengangguk pelan.

"Namanya Mark. Mark Lee." Haechan menatap kearah jendela, dimana hamparan taman bunga terlihat jelas dan beberapa peri-peri bunga berterbangan dengan bebas.

"Dia melakukan hal aneh padaku, dan sejak itu wajahnya selalu memenuhi pikiranku. Kau tahu? Dia seperti mimpi buruk, bahkan di bumi aku tidak bisa tidur karena wajahnya selalu muncul." Peri bunga itu tersenyum geli, Pangeran mahkotanya sungguh sangat lugu.

"Pangeran? Apa pangeran tahu apa yang sedang terjadi pada pangeran?" Haechan menggeleng. Ia tidak menemukan jawaban atas pertanyaan itu, untuk itu ia kembali ke Nubes dengan harapan bisa menenangkan dirinya dan setidaknya menemukan jawaban atas sikap anehnya.

"Aku tahu." Pekik peri bunga itu senang.

"Benarkah? Katakan padaku!" Peri bunga itu menyilangkan tangan kecilnya di depan dada, dengan wajah sedikit berpikir.

"Pangeran…" Haechan menantikan ucapan peri bunga dengan mata membulat dan mengantisipasi kata-kata yang akan keluar dari bibir peri bunga di depannya.

"Pangeran sedang jatuh cinta." Peri bunga itu memekik senang lalu terbang bebas di dalam kamar Haechan, sementara Haechan masih terdiam dalam posisinya dengan dahi mengernyit.

"Tapi jantungku tidak berdebar saat pertama kali bertemu dengannya, bahkan dipertemuan setelahnya. Hanya saja…." Peri bunga kembali terbang merendah, ia melayang di depan wajah Haechan.

"Hanya saja apa pangeran?" Haechan menatap peri bunga dengan pikiran berkecamuk. Ia menyentuh bibirnya.

"Ketika bibirnya menyentuh bibirku, ada sesuatu di dalam dadaku yang bergetar. Aku pikir_"

"Itu artinya pangeran jatuh cinta. Hahahaha.. akhirnya Pangeran Haechan kami menemukan cintanya." Haechan menatap sosok kecil yang terbang bebas itu dengan bingung.

THE DEVIL (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang