BAB 1: IPA-IPS

113 9 3
                                    


Menatap diri di depan cermin dengan perasaan kosong. Trisha Kinanthi Storia Duppont, cewek berkantung mata panda yang baru saja marathon Drama Korea berjudul 'Doctor Romantic' itu, harus merelakan diri agar tak lanjut ngebo karena telepon dari seseorang.

Siapa lagi kalau pelakunya bukan Shotayuki Duppont? Sepupunya yang rese tapi ganteng, oknum yang tak pernah bisa membuat Trisha mengenyahkan keberadaannya barang sehari pun selama limabelas tahun ini. Dan kebetulan, pagi itu Shota mengajaknya pergi jogging. Katanya sih, mau bakar lemak sekalian nyambi diskusi perkara rencana masa depan.

Ceilah, masih pagi topiknya udah berat. Sok iye banget. Dan gara-garanya, Trisha harus menukar jadwal tidurnya yang tertunda dengan siang nanti.

"Mau kemana anaknya Mamah pagi-pagi begini? Biasanya kalo Minggu juga keluar kandang jam sepuluh," tanya Harum, Mamahnya Trisha.

"Palingan mau pacaran sama kak Shota tuh, Ma!" sahut Haidan, adik Trisha yang masih kelas enam SD itu.

Trisha melirik adiknya tanpa selera. Menghela napas dengan ekspresi malas luar biasa. Lantas, tuh cewek berkata, "Diajakin Yuki Ma. Mau Jogging."

Anyway, Yuki adalah panggilan khusus dari Trisha buat Shotayuki mulai sekarang. Kata dia biar beda dari yang lain. Yang mana langsung diiyain sama yang punya nama.

Jika di antara kalian mengira bahwa Shotayuki manusia keturunan Jepang—karena namanya yang terdengar agak laen, berarti dugaan kalian salah besar. Karena, semua berawal dari Papihnya Shota yang merupakan spesies manusia wibu, alias penggila anime akut sejak dulu. Sehingga, kala Shota lahir tercetuslah nama yang berbau Jejepangan. Agak tidak terdugong, tapi asudahlah.

"Shota lagi, Shota lagi. Kamu nggak bosen sama dia mulu?" tegur Harum, sebelum Trisha benar-benar menghilang dari pandangan. "Cari temen lain sana! Biar nggak kuper."

Sayangnya Trisha malas menjawab. Sehingga mengangkat bahu tak peduli, tuh cewek berjalan melewati Harum begitu saja. Jujur dia bosan, karena pertanyaan klise tersebut, nyatanya juga sering ia dengar dari mulut orang lain.

Tapi balik lagi, orang-orang tersebut tetap nggak bisa menyalahkan. Toh, sedari orok dua manusia durjana saudara persepupuan itu memang sudah saling nempel. Perangko saja kalah lengket. Jatuhnya, makin ke sini Shotayuki dan Trisha tidak punya teman dekat lagi karena saking jarangnya bersosialisasi dengan manusia sepantaran lain.

"Emang boleh segembel ini?" tanya Shota geli, begitu menyambut Trisha di depan pagar rumah.

Sengaja, tuh cewek nggak cuci muka dulu dan langsung mengenakan celana trining serta kaus olahraganya dengan asal-asalan. Rambut juga cuma dicepol, itupun nyisirnya pakai jari tangan.

"Tapi cantik nggak?"

"Urusan cantik mah ... selalu."

Trisha nyengir. Bersama Shota, dia nyaris tidak pernah kehilangan harga diri meski dalam kondisi seburuk apapun itu.

"Cuman kalo kata gue, mulut lo rada bau jigong dikit sih Sha."

"Alah. Perginya juga sama elo."

"Astaga, kok harga diri gue berasa terhina ya?"

Alih-alih malu, Trisha malah bergelayut manja pada Shota kayak lutung. Dan yang digelondotin anehnya nggak nampak ilfeel ataupun jijik.

Melangkah beriringan, seraya melakukan gerakan pemanasan tipis-tipis. Mereka lanjut lari-lari kecil mengelilingi kompleks perumahan. Hingga limabelas menit berjalan, napas Trisha yang senin kamis karena dasarannya jarang olahraga, membuat Shotayuki harus mengalah lalu menggandeng cewek itu duduk di bangku taman.

Sepupuan, Kok Bucin? [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang