BAB 4 [Tertangkap]

1.7K 233 114
                                    

"Yang Mulia!"

Austin melompat turun dari atas kuda. Pria itu bergeges menghampiri sang tuan yang duduk bersandar dibawah pohon. Dilihat dari kondisinya, Duke Lohan tidak mendapatkan luka serius.

"Apa Anda baik-baik saja?" tanya Austin. Dia mendekat dan membantu Lohan untuk berdiri.

"Hm. Tapi kucingku kabur lagi."

"Mungkinkah kucing yang Anda maksud adalah Poison Rose?"

Lohan menoleh, mengerutkan dahi dan menatap Austin seolah pria itu adalah manusia paling bodoh sedunia. "Memang selama ini kau pikir siapa?!"

Austin refleks mengelus dada. Memang siapa yang akan paham jika Lohan hanya menyebut kucing dan kucing. Lagipula, orang aneh mana yang menyamakan seorang pembunuh bayaran berdarah dingin dengan sosok kucing yang lucu nan menggemaskan. Yah, siapa lagi kalau bukan Duke Lohan.

"Lalu kenapa kau mencariku?" tanya Lohan setelah berhasil berdiri dengan sempurna. Kepalanya masih sedikit pening, tapi itu bukan masalah besar untuknya. Dia lalu melangkah mendekati kuda besarnya, memastikan tunggangannya itu tidak mengalami luka serius.

Austin mengikutinya dari belakang, "Pangeran Alexander mencari Anda."

"Untuk apa pria membosankan itu mencariku?" Lohan kemudian melompat naik keatas kuda. Dia menggenggam tali kekang, siap untuk pergi. "Sekarang dia ada dimana?"

"Pangeran ada di kediaman Anda."

"Kalau begitu cepat naik ke kuda mu. Kita berangkat sekarang!"

"Baik, Yang Mulia!"

Keduanya lalu berpacu melewati hutan. Bergerak semakin cepat saat menyadari matahari sebentar lagi akan tenggelam. Bisa merepotkan jika mereka tetap berada didalam sana. Bukan hanya bandit, mereka bisa saja bertemu dengan binatang buas penghuni hutan angker ini.

Kediaman Duke Lohan adalah tempat terluas setelah istana kekaisaran. Gerbangnya terlihat bahkan dari jarak ratusan meter. Lohan dan Austin kompak memelankan laju kuda mereka saat sampai didepan gerbang. Melihat kedatangan tuannya, seorang penjaga berseru kepada rekannya untuk membuka gerbang.

Lohan turun dari atas kuda. Menyerahkan tali kekang pada penjaga kemudian melangkah masuk kedalam kediamannya bersama Austin yang mengikutinya dibelakang.

"Yang Mulia Pangeran ada didalam ruang kerja Anda," ucap Austin. Dia memilih menunggu didepan pintu saat Lohan melangkah masuk kedalam sana.

Ruang kerja Lohan tergolong sederhana untuk seorang Duke kekaisaran. Dindingnya bersih tanpa satupun lukisan ataupun furniture yang menghiasi. Satu-satunya hal yang membuat ruangan itu hidup hanyalah jendela besar tempat Pangeran Alexander berdiri membelakangi Lohan.

"Ada keperluan apa kau mencariku?"

Pangeran Alexander menoleh. Dia menatap datar kearah Lohan yang langsung menghempaskan dirinya diatas sofa. Pria itu bahkan tanpa tahu malu meminum teh yang semula disuguhkan untuk sang pangeran.

"Aku mendengar Poison Rose menyerangmu." Alexander mendudukan dirinya disofa, duduk berhadapan dengan Lohan.

"Lalu apa? kau kecewa karena aku masih hidup?"

Alexander tidak langsung menjawab. Dia memilih untuk membalik satu cangkir lalu menuangkan teh kedalam sana.

"Aku tidak tertarik dengan itu." Alexander meminum teh miliknya lalu meletakan kembali cangkir tersebut diatas meja. "Poison Rose atau siapapun itu, yang lebih penting adalah mencari orang yang memerintahnya."

"Kau mencurigai seseorang?"

"Aku belum terlalu yakin."

Lohan meringis melihat wajah serius Alexander. Tidak butuh seorang jenius untuk mengetahui bahwa dia adalah seseorang yang sangat kaku. Jika Lohan dipaksa untuk menghabiskan satu hari penuh bersama dengan Alexander, Lohan yakin dia akan langsung mati karena bosan.

POISON ROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang