lima

1.5K 90 5
                                    

Jisung menutup pintu apartemen nya, ia segera menuju kamarnya. Membuka jas nya dan dasi yang terasa sesak saat ia pakai. Bahkan ia membuka tiga kancing kemeja putihnya. Jisung mendudukkan diri di kasurnya. Nafas berat sangat terasa, bahkan kini Pheromone miliknya telah menyebar. Jisung menutup matanya mencoba menenangkan dirinya.

Hahhh

Jisung menatap selangkangannya. Dengan perlahan Jisung menyentuh selangkangannya sendiri. Membuka celananya, ia mendongakkan kepalanya keatas, menutup mata.

Suara Haechan teringat di kepalanya, bahkan wajah sang bos kini menjadi bayang-bayang nya.

“ Aku akan membantumu ”

Ucapan Haechan di mobil membuat Jisung membuka matanya. Ia menatap jemari dan telapak tangannya. Mengepalkan dengan erat dan menunduk dalam.

“ Sialan ”

Keesokan harinya Jisung memilih tidak masuk kerja dengan beralasan ia sakit. Ia tidak berani untuk bertemu Haechan di tambah semalam ia meninggalkan Haechan begitu saja. Jisung memilih diam di apartemen, ia keluar jika membeli sesuatu itupun sesekali.

Hingga hari ke empat, Jisung memilih mengundurkan diri dari pekerjaannya. Memberikan surat pengunduran diri yang dikirimkan oleh kurir.

Di saat Jisung tengah makan siang, ia mendapatkan sebuah telepon dari Bibi Kim panti asuhan. Jisung segera pergi saat mendengar suara gaduh di sebrang telepon.

Dan betapa terkejutnya Jisung saat melihat panti asuhan sudah berantakan. Para anak-anak di sana menangis di luar dan Bibi Kim terlihat tengah memohon pada seorang pria. Beberapa pria lainnya tengah membuat panti asuhan berantakan.

“ Bibi Kim? ”

“ Ji-jisung ”

“ Paman, apa yang kau lakukan? ” Jisung bertanya pada pria yang ia kenal.

“ Waktu yang diberikan sudah habis, kalian harus pergi dari tempat ini ”

“ Paman, bukankah perjanjian jika pembayaran hutang tersisa empat bulan lagi? ”

“ Tidak jadi, seseorang akan membeli tempat ini, CEPAT KELUARKAN BARANG-BARANG MEREKA! ”

Suara tangisan anak-anak semakin kencang, bahkan Bibi Kim kini hanya bisa terduduk dan menangis.

Jisung menatap anak-anak dan Bibi Kim, ia menghela nafas pelan “ Aku akan membayarnya nanti malam ”

Pria tua itu menyuruh anak buahnya berhenti, ia menatap Jisung dan mendekat.

“ Kau yakin? Membayar hutang kalian malam ini? ”

“ Ya, aku akan segera membayarnya ”

“ Baiklah, jika kau bohong kau akan habis, ayo kita pergi ”

Pria tua itu pergi bersama anak buahnya meninggalkan panti asuhan yang sudah berantakan.

“ Jisung-ah bagaimana kau membayarnya? ”

“ Aku harus pergi dulu, Bibi dan anak-anak tunggulah aku akan segera kembali ”

Dan ya, di tengah hujan yang tiba-tiba turun Jisung berlari menuju kediaman Haechan.

F A T E

Haechan menatap Jisung yang kini duduk di hadapannya. Pria tinggi itu sudah berganti pakaian dengan pakaian yang Haechan berikan. Keduanya masih terdiam satu sama lain. Jisung yang menunduk dan Haechan yang tersenyum senang? Entahlah.

FATE [ JiHyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang