tujuh

1.6K 105 17
                                    

Jisung duduk dengan canggung di kursi meja makan. Ia melihat Haechan dengan pria yang Haechan sebut Papa kini tengah duduk bersama di sofa. Keduanya hanya diam satu sama lain.

Sejujurnya Jisung ingin pergi untuk memberi ruang bagi Haechan dan pria tersebut. Namun Haechan melarangnya.

“ Haechan apa kabar? ”

Kini suara dari sang pria terdengar. Haechan masih diam dengan kepala yang menunduk.

“ Haechan sudah besar ” pria tersebut tersenyum, sebelah tangannya ia bawa untuk mengelus lengan Haechan yang saling bertautan, dan itu sukses membuat Haechan terkejut.

“ Haechan ”

“ . . . . Papa . . . . Papa sejak kapan di korea? ”

Doyoung tersenyum, ia menatap Haechan yang kini sudah berani menatapnya. Tetap saja, putranya tetap sama, putra kecilnya.

“ Sudah tiga tahun ”

“ Kenapa tidak memberitahuku? ”

“ Maaf, hanya saja Papa mencari waktu yang tepat, dan mungkin kali ini waktu yang tepat ”

“ Pa- ”

“ Bagaimana kabar Ayahmu? ”

Haechan terdiam sesaat, ia melepaskan genggaman Doyoung pada tangannya.

“ Papa tidak perlu tahu tentangnya ”

“ Haechan dia- ”

“ Papa tidak perlu tahu, dan jangan pernah ingin tahu, ia pun tidak pernah menanyakan tentangmu ”

Doyoung tersenyum ia mengusap rambut Haechan pelan. Pria tersebut berdiri dari duduknya.

“ Papa harus pergi, Jaemin pasti sudah di rumah ”

Haechan menyeritkan kedua alisnya bingung “ Jaemin? ”

“ Ya ”

“ Tunggu, Papa tinggal dengannya? Bagaimana bisa? ”

“ Tentu saja karena dia adikmu ”

Haechan tertawa kecil, menatap Doyoung dengan tidak percaya “ Adik? Sejak dulu aku tidak pernah menganggapnya sebagai adikku! ”

“ Haechan ”

“ Apa yang Papa lakukan? Bagaimana bisa Papa tinggal dengan anak dari wanita itu?! ”

“ Haechan dia tidak bersalah ”

“ Tidak, dia dan ibunya sama aja ”

“ Aku ibunya Haechan ”

“ TIDAK!!! PAPA BUKAN IBUNYA! PAPA IBUKU ”

Keheningan kembali terjadi di dalam apartemen milik Jisung. Haechan mengusap wajahnya dengan kasar ia kembali mendudukkan badannya di sofa. Sementara Doyoung menghela nafas  pelan.

“ Papa harus pergi sekarang ”

Doyoung melangkah menuju pintu, namun di saat ia akan membuka pintu suara Haechan menghentikannya.

“ Setelah dua belas tahun kita tidak bertemu Papa akan meninggalkanku lagi? ”

Doyoung membalikan badannya, menatap Haechan yang juga menatapnya. Dengan sekuat tenaga Doyoung menahan air matanya. Di depan sana ia melihat Haechan menangis, Haechan kecilnya. Ia seperti melihat saat dimana Haechan muda menangis karena terluka.

“ Maaf ”

Doyoung membuka pintu dan kemudian pergi. Haechan terduduk seketika dengan kepala yang menunduk.

FATE [ JiHyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang