delapan

312 36 6
                                    

“ euhh ” Haechan mendesah pelan saat Jisung menjauhkan tubuhnya. Ia mengatur nafasnya pelan, menatap Jisung yang turun dari kasur dan tengah memakai pakaian.

Haechan merubah posisi tubuhnya menjadi menyamping, menatap pergerakan Jisung dengan sebelah tangan yang menahan kepalanya.

“ Kau mempunyai badan yang bagus ”

Jisung yang tengah memungut pakaian terhenti dan menatap Haechan. Tersipu malu namun ia hanya membalas dengan senyuman dari ucapan Haechan tadi.

“ Apa kau sering olahraga? ”

“ Terkadang, salah satu tempat gym di dekat rumahku memberikan jadwal gratis karena aku sempat bekerja di sana ”

“ Begitu, kenapa tidak menjadi model? ”

Jisung memasukan baju yang kotor kedalam keranjang. Ia kemudian mengambil tas berisikan pakaian Haechan.

“ Aku tidak berminat dan juga untuk masuk kedalam dunia seperti itu selain susah, harus juga membutuhkan biaya yang besar ” jawab Jisung sembari meletakan tas di atas meja dekat kasur.

“ Aku punya kenalan di salah satu perusahaan majalah terkenal, aku bisa mengenalkan mu "

“ Terima kasih, tapi tidak aku sungguh tidak berminat ”

“ Baiklah ”

                   Di tempat lain di kawasan elit, lebih tepatnya di sebuah rumah megah, Jaemin baru saja memasuki rumah yang hanya beberapa kali ia kunjungi. Jaemin memasuki rumah tersebut dengan membawa sebuah kantung.

“ Apa Ibu ada di kamarnya? ” Jaemin bertanya pada salah satu pelayan disana.

“ Ya, Nyonya di kamarnya ”

Jaemin mengangguk, ia menaiki anak tangga, namun langkahnya terhenti saat pelayan pria tadi mengatakan sesuatu.

“ Beberapa menit lalu, Tuan Taeyong dan Nyonya Jennie bertengkar, dan Nyonya Jennie hendak- ”

“ Aku mengerti, terima kasih ”

Jaemin kembali melangkahkan kakinya. Ia berjalan melawati beberapa ruangan di sana. Kemudian ia berhenti di depan salah satu pintu, menghela nafas pelan kemudian memasuki kamar tersebut.

Gelap, hanya cahaya bulan yang masuk dari jendela besar kamar Ibunya. Jaemin harus berjalan berhati-hati karena beberapa barang  dan pecahan kaca berserakan. Kamar Ibunya seperti kapal pecah, Jaemin sudah terbiasa karena beberapa kali Ibunya melakukan hal ini.

Jaemin duduk di sisi kasur, ia menatap Ibunya yang tengah tertidur dengan memunggunginya.

“ Ibu ”

Pergerakan terasa, Jennie segera membalikan tubuhnya, ia tersenyum dan segera duduk.

“ Kau disini? Kenapa tidak bilang? Ibu akan menyiapkan makanan untukmu ”

Jaemin tersenyum ia menggeleng pelan.

“ Aku sudah makan, apa Ibu sudah makan? ”

Jennie menggeleng pelan “ Ibu tidak berminat ”

“ Ibu harus makan, aku membawakan makanan kesukaan Ibu ”

Jaemin memberikan kantung yang ia bawa tadi yang berisikan makanan kesukaan Jennie. Wanita tersebut menerimanya.

“ Makan sampai habis ya ”

Jennie mengangguk dan mulai makan. Jaemin menatap Ibunya kemudian melihat sekitar kamar Ibunya. Ia berdiri dan mulai mengambil barang-barang yang berserakan. Hingga sebuah robekan kertas menjadi perhatiannya. Jaemin mengambil potongan kertas tersebut, dan memperhatikannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FATE [ JiHyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang