Chapter 1 | Rindu

21 2 0
                                    

Udara dingin di pagi hari membuat sang sanak yang bergemul dibalik selimutnya yang tebal kian terlelap. Sedang sang putri keluarga itu hanya menahan kesal dengan bertolak pinggang menatap kakaknya.

Fauzan, kakak kedua dari gadis manis itu senang sekali menjahili adiknya. Fauzan yang jahil dan sang adik yang mudah tersulut emosi, sebuah perpaduan yang sangat indah untuk mengisi hari-hari yang cukup melelahkan bukan?

Dengan rasa kesal yang sudah sampai diubun-ubun, Asma, nama gadis manis itu, menarik selimut yang menutupi tubuh kakaknya dengan kesal.

"Aa ihh bangun! Asma udah ke siangan ini!" Seru Asma dengan nada yang naik satu oktaf.

Sedang sang empu yang dipanggil hanya menahan senyum di balik bantalnya.

"Aa! Bilangin mamah yah!" Gertak Asma.

"Mamah~ ini aa nya gak bangun-bangun, Asma udah kesiangan" rajuk Asma yang mendapati sang ibu di depan pintu kamar kakaknya.

"Aa bangun kasian ini adeknya!" Tegur sang ibu, sambil menepuk lembut punggung sang putra.

Sedangkan sang empu tanpa rasa bersalah bangun dengan menahan senyum, lalu menyuruh adiknya ke luar.

"Ya udah sana! Aa ke kamar mandi dulu!" Serunya, dengan tak berdosa.

"Jangan lama!" Sentak Asma, dan berlalu ke luar kamar.

"Gak tahu diri banget, udah minta dianterin marah-marah lagi!" Gerutu Fauzan sambil bangun dari tempat tidurnya.

Asma yang mendengar gerutuan kakaknya seketika berhenti lalu berbalik dengan wajah singanya.

"APA?!"

"Gak adaaa" jawab Fauzan sambil berlari mendahului adiknya ke kamar mandi.

Sang ibu yang melihat tingkah anak-anaknya di pagi hari hanya bisa menggelengkan kepala karena lelah menghadapi tingkah mereka.

"Giliran kakaknya gak ada, gak pulang-pulang ditanyain, giliran ada di rumah malah ribut" seru sang ibu tak habis fikir.

Sedang Asma sudah di halaman rumah, menunggu Fauzan selesai bersiap.

Asma, sang pemilik nama lengkap Asma Amalia ini adalah seorang pendidik di taman kanak-kanak, singkatnya ia seorang guru. Asma langsung mengabdi ketika dia lulus SMA, kuliah? Biayanya terlalu besar, dia tidak mau membebani orang tuanya lebih banyak lagi. Jika diberi kesempatan dan memiliki biaya sendiri, dia sangat ingin kuliah dan kembali menggapai cita-citanya.

Asma sangat suka sendiri, tapi dia tidak suka sendirian. Dia lebih sering termenung dan asik dengan dunianya sendiri, sebagian teman-temannya berfikir kalau dia sedikit gila dan aneh karena kerap tertawa sendiri. Inilah masalah dalam dirinya, karena dia lebih suka hidup dalam imajinasinya.

Asma yang melihat sekumpulan anak SMA berangkat bersama sambil melepas canda dan tawa mereka, membuat Asma teringat kepada teman-temannya.

Sudah empat tahun berlalu semenjak ke lulusan SMA, Asma sudah tidak bisa bertemu dengan sahabatnya seperti dulu lagi. Semuanya lebih memilih sibuk dengan kehidupan masing-masing, termasuk dirinya.

Ada lara dihatinya, meski kerap kali mereka saling bertukar kabar, tetap saja rasa rindu itu tak semuanya bisa terbalas dengan sebuah pesan atau kabar dari sosia media. Asma sangat merindukan sahabatnya, ia sangat ingin berjumpa dan melepas rindu dengan mereka semua.

Kembali bercerita tentang rencana masa depan mereka, sudah sampai mana rencana mereka tercapai? Atau apa semuanya tak berjalan sesuai rencana? Atau dari rencana yang telah disusun  itu hanya sebagian yang tercapai?

Sudah sampai manakah mimpi itu? Apa mimpi itu berhasil mereka raih?

Banyak yang ingin Asma ceritakan tentang semuanya, mimpinya, harapannya, dan juga tentang... cintanya.



***

TBC

Sebuah Kisah dari Lima SekawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang