Chapter 4 | Lana Almira

5 1 0
                                    


Seperti hari-hari sebelumnya, Asma hanya mengerjakan rutinitas yang tidak pernah berubah. Sekolah, rumah, sekolah, rumah, hanya itu. Jujur, ia sedikit bosan dan ingin keluar meski hanya sejenak. Dulu, ia bisa menghabiskan waktu dengan teman atau saudara-saudaranya. Tetapi sekarang, bukan temannya saja, bahkan saudaranyapun mulai sibuk dengan kehidupan mereka.

Asma hanya bisa melepas lelahnya dengan menggambar dan menulis, kali ini ia lakukan sambil menikmati langit malam yang bertabur bintang di angkasa. Udara dingin dimalam hari mulai terasa pekat mengikat tubuh. Asma yang melihat sekelilingnya sudah mulai sunyipun, langsung segera beranjak dari tempat duduk dan mulai membereskan semua sketsanya.

Bulu kuduknya sedikit meremang, Asma teringat salah satu temannya yang cukup sensitif, Lana Almira namanya. Asma pernah merasakan tragedi menyeramkan karena temannya itu. Cukup menakutkan, namun hal itu juga menjadi bagian yang mewarnai kehidupannya semasa remaja.

Asma bertemu dengan Lana ketika mereka duduk dibangku menengah pertama. Lana adalah seorang siswi pindahan yang cukup pintar, sedangkan Asma cukup cuek dan dingin. Tetapi,setelah beberapa hari mereka menjadi dekat. Kalian tahu karena apa? Yah, Lana punya cara tersendiri untuk mendekati dengan Asma.

Mereka cukup unik, karena sedikit memiliki persamaan dan kegilaan masing-masing.

Lana adalah seorang gadis yang besar dan tinggal di daerah bagian selatan suatu kota di Jawa Barat. Lana sendiri adalah seorang anak yang cukup sensitif dengan hal mistis, orang-orang sering memanggilnya anak indigo.

Asma yang sangat menyukai cerita berbau mistis, tentu saja menjadi tertarik. Pada awalnya Lana hanya menceritakan satu kisah mistis yang dialaminya, dan seiring waktu yang terus berjalan, mereka semakin dekat dan sulit terpisahkan.

Orang bilang, menemukan sahabat itu tidak harus dilihat dari berapa lama mereka saling mengenal. Namun, bagaimana rasa mereka saling terikat satu sama lain. 

Lana kerap dimasuki oleh mereka yang mengikutinya. Dia bilang, makhluk-makhluk itu mengikutinya karena ibunya. Yah, kemampuan Lana ini turun dari sang ibu. Meskipun kerap dirasuki oleh makhluk-makhluk itu, Asma tidak merasa takut dengan temannya.

"Asma, emang kamu gak takut kalau aku dirasuki?" Tanya Lana pada Asma yang asik dengan coklatnya.

"Enggak!" Jawab Asma cepat.

"Kenapa harus takut? Kan yang aku lihat itu kamu bukan mereka, kalau pas itu yang aku lihat mereka  aku sih udah pasti lari, jangan ditanya lagi!" Seru Asma, sambil cengengesan.

"Dasar!" Seru Lana tak habis fikir.

Asma benar-benar jujur, ia tidak merasa takut sedikitpun karena ia tidak bisa melihat 'mereka'. Berbeda lagi jika makhluk itu menampaki diri, sudah pasti Asma lari tunggang langgang.

"Lagian kalau kamu kerasukan juga gak kayak 'aing maung', tapi ini mah beda, maungna bageur teu ekstrim" seru Asma, sambil tertawa jenaka.

Lana yang mendengarnya, hanya mampu tertawa bersama.

Namun, disuatu hari suasananya berbeda, Asma yang tidak pernah merasa takut tiba-tiba malah menangis dan lari tunggang langgang ketika melihat wajah temannya.

Saat itu, kelas mereka sedang jam olahraga. Dan semua anak ikut lari maraton ke luar dari area sekolah. Jaraknya lumayan jauh dan garis finisnya juga lumayan di tempat yang cukup menyeramkan.

Lana yang saat itu dirasuki makhluk yang sering mengobrol dengan Asma juga ikut lari. Namun sayangnya, karena rasa penasaran Asma semuanya berubah.

"Mang, itu di sana ada apa?" Tanya Asma iseng tanpa difikir, sambil menunjuk ke arah sungai.

"Ada cewe lagi main air, kenapa? Mau dipanggil? Biar amang panggilin" ujar makhluk itu yang sontak mendapat penolakan dari Asma.

"Jangan dong mang!" Seru Asma.

"keur naon di dinya? mening bantuan urang lumpat ngagantikeun budak ieu! (Lagi apa di sana? Mending bantu saya lari gantiin anak ini!)" Ujar makluk itu , tak berperasaan meliat waja Asma yang mulai puat.

Dan tiba-tiba, raga temannya yang tadi tengah mengunyah permen, ia buang begitu saja dan lari meninggalkan Asma dengan pandangan lurus ke depan.

"Lana! Lana tunggu! Gak lucu ihh! Woy mang!" Panggil Asma yang makin panit dan wajahnya yang mulai pucat pasi.

Tiba-tiba Lana berhenti berlari dan melirik ke arah Asma dengan wajahnya yang pucat dan dingin tanpa ekspresi. Asma yang melihat itu mematung seketika. Asma yang bisa membedakan mana Lana dan mana yang bukan Lana, tentu saja menjadi ketakutan. Dia bukan Lana ataupun makhluk yang merasuki Lana tadi.

Asma bergeming karena makhluk yang saat itu berada dalam tubuh temannya, menatapnya dengan dingin dan sinis.

Asma seketika berteriak memanggil teman-temannya dan lari tunggang langgang meninggalkan Lana sendiri. Namun untungnya, salah satu teman sekelasnya ada yang berbarengan dengan Lana.

Asma sangat merasa bersalah karena meninggalkan Lana sendiri, tapi dia bisa apa? Dia sendiri juga sangat ke takutan. Bahkan saat berlari mendekati teman-temannya yang lain, Asma seperti lari dalam mimpi yang ditahan sesuatu, ia benar-benar hampir frustasi karena ketakutan sendiri.

Itu hanya sebagian dari kisahnya bersama Lana. Mereka masih memiliki banyak kenangan, bukan hanya tentang hal mistis saja, tapi berbagai macam cerita menjadi warna dalam kisah mereka. Asma dan Lana selalu mencoba saling melengkapi satu sama lain. Saling menghibur, saling menyemangati, saling mengejek, bahkan saling menjaga rahasia tentang perasaan mereka satu sama lain.

Lana yang selalu diganggu karena banyak pria yang menyukainya, dan Asma yang masih bertahan dengan perasaannya yang bertepuk sebelah tangan. Itulah mereka, bukankah saling melengkapi?

Dan mereka yang sekarang, tentu saja sudah banyak berubah. Mereka bahkan sudah sangat jarang bertukar kabar. Asma sangat merindukan Lana, sahabanya.



***

TBC

Sebuah Kisah dari Lima SekawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang