Chapter 5 | Fatria Arsad

7 2 1
                                    


"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...."


***

Suara gemercik air hujan dan dinginnya angin di pagi hari menjadi teman Asma di hari libur ini. Setelah selesai dengan kegiatan rumahannya, Asma mencoba menghibur diri dengan kegiatan yang sudah jarang ia lakukan. Yah, apalagi jika bukan menonton?

Sudah terlalu banyak film yang mengantri dalam listnya untuk ditonton, Asma yang bingung hanya mencarinya secara acak. Dia mencoba menikmati alur dari film laga produksi negeri ginseng dengan secangkir teh hangat di tangannya.

Menikmati film dari negeri para oppa ini mengingatkan Asma kepada salah satu temannya. Namanya Fatria Arsad, gadis manis yang cantik jelita ini adalah salah satu teman Asma yang sangat tergila-gila dengan oppa korea.

Mereka berjumpa ketika duduk di bangku menengah atas, Fatria adalah teman pertama yang ia dapat ketika menjadi murid baru. Asma duduk dan banyak bercerita dengan Fatria. Fatria yang sangat attractive dengan semua tingkahnya yang konyol dan sedikit gila, membuat Asma sedikit terobati karena harus berpisah dengan sahabatnya saat di sekolah menengah pertama.

Asma yang sudah terbiasa dengan sifat-sifat random dari sahabatnya dulu, tidak merasa terusik dengan sifat Fatria yang ternyata jauh lebih gila. Asma masih merasa nyaman dan ingin tetap berteman dengannya.

Namun, perbedaan pergaulan antara Asma dan Fatria membuat pertemanan mereka tidak sampai batas yang lebih kuat. Fatria yang bebas bak burung yang terbang di angkasa, dan Asma yang bak kucing rumahan yang dijaga sang pemilik. Itulah mereka.

Meski begitu, tidak membuat mereka untuk tetap berteman dan saling berbagi cerita. Dan karena Fatria inilah, Asma jadi menyukai kpop sepertinya. Dan tak jarang Fatria juga menceritakan tentang keluarganya.

"Asma, kamu mungkin denger kalau aku dari keluarga yang cukup berada" ujar Fatria dalam suatu percakapan. Asma yang mendengarnya hanya menjawab dengan gumaman.

"Tapi itu gak seperti yang dikira orang-orang, As.."

"Kenapa?" Tanya Asma.

"Keluargaku gak seindah itu," jawab Fatria sambil melirik Asma yang tengah fokus menatap temannya.

"Papaku pernah terlibat obat-obatan, minuman, bahkan papa kerap pukul mama.." lanjutnya lagi, dengan tatapan yang menerawang ke atas sana.

Ada lara dalam tatapannya, di balik sifatnya yang ceria dan gila ternyata Fatria menyimpan luka yang cukup besar itu sendiri. Asma hanya terpaku mendengarkan, tanpa ada niatan memotong cerita temannya.

"Aku akui, mereka memang selalu memberikan apapun yang aku inginkan. Dan seingatku, gak ada yang pernah mereka tolak" ujarnya Fatria, "aku bersyukur, As. Tapi yang kubutuhkan bukan cuman itu, aku mau mereka baik-baik aja. Aku gak mau lihat papa mukul mama lagi ketika marah," lanjutnya.

"Aku mau papa berubah, As. Aku mau papa lebih peduli dan sayang sama keluarganya, dari pada membesarkan egonya"

"Aku anak pertama, As, aku punya dua adik, kalau aku gak kuat siapa yang jaga mereka dari kegilaan papa?" Tanya Fatria dengan lara dalam aksanya.

Fatria bangkit dari duduknya, ketika mendengar  jam istirahat sudah selesai. Asma menengadah dan menatap dalam Fatria.

"Kamu kuat, Fat, aku yakin kamu pasti bisa laluin ini semua.." ujar Asma.

"Allah tidak akan membebani hambanya melainkan sesuai dengan kesanggupan hamba-hambanya, Fat. Allah uji kamu dengan keluarga, karena Allah tahu kamu bisa laluin itu semua" terang Asma.

Fatria yang mendengar kawannya itu hanya tersenyum lembut.

"Makasih, Asma!" Ujarnya, lalu menjulurkan tangan untuk mengajak ke kelas bersama.

Asma mengikuti langkah Fatria, ia tidak pernah terfikir akan mendengarkan cerita Fatria seperti ini. Dia tidak pernah menyangka, bahwa orang yang sering memperlihatkan tawanya itu ternyata menyimpan Lara yang mendera dalam asa.



***

TBC

Sebuah Kisah dari Lima SekawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang