"Jadi, maksudmu buat kesini cuma untuk bilang hal yang nggak penting seperti itu?"
Hati Nathan berdenyut. Kedatangannya kali ini mungkin diterima baik oleh anggota keluarga Arkana, tetapi beda dengan respon yang diberikan oleh Viola. Jika dia hanya bisa berharap, kenyataannya semua itu hanya ekspektasinya saja.
"Kalau kamu cuma dateng buat hal itu, nggak perlu. Aku nggak butuh kata-kata perpisahan dari kamu. Semuanya bullshit!"
Apa salah? Nathan hanya datang lalu mengungkapkan rasa senangnya karena si gadis telah dilamar, dia juga hanya ingin menegaskan hubungan mereka kalau semua ini sudah berakhir. Meskipun hatinya tersayat, dia akan berusaha untuk menutupinya.
"Ola, dengerin aku ..."
"Kamu harus hidup bahagia, Ola. Setelah kebersamaan yang udah kita lalui bersama-sama, kamu harus bisa move on dan pindah ke calon bahagiamu sekarang ini. Aku gak pernah tau kalau akhirnya akan seperti ini, tapi aku cukup senang karena tau orangnya adalah Guntur, sahabat karibku sendiri."
Napas Nathan tersendat. Berat rasanya mengucapkan semua ini, dalam lubuk hati terdalam Nathan hanya ingin datang kemudian memeluk tubuh gadisnya erat sampai tidak akan ada yang berani merebut miliknya. Namun, keberanian ini hilang setelah melihat respon Viola yang diluar harapannya.
"Cukup Nathan! Lebih baik kamu pergi!"
Tangis Viola pilu, bahkan berkali-kali ia memukul dada cukup kuat.
"Ola, tenang."
"Pergi Nathan! Pergi!"
Kala Nathan mendekatkan diri hendak mendekap tubuh ringkih itu, sebuah tangan kekar lebih dulu menahannya. "Biar gue aja, lo boleh pergi," katanya dengan tenang mengambil alih Viola.
Nathan mengenali tangan ini, tubuhnya menegang. Dilihatnya sekali lagi pemandangan dihadapannya, Viola-nya telah dipeluk oleh orang lain, menangis karena dirinya bahkan meronta seperti sangat tersakiti. Dia gagal?
Hatinya mendadak perih. Jadi, pemandangan seperti ini yang akan terus dilihat olehnya? Pemandangan Violanya bersama orang lain?
Tak mau membuat hatinya lebih berdenyut juga menghindari agar si gadis tak lebih terluka, Nathan menjauh. Meninggalkan kedua insan yang saling memeluk seakan mencari ketenangan.
"Kali ini, gue percayain Viola sama lo Guntur," desisnya sangat lirih.
***
"Gimana, dia udah lebih tenang?" tanya Kalandra yang dibalas anggukan oleh Arjuna.
Semua anggota keluarga tengah berkumpul sekarang, membahas bagaimana cara mereka untuk membantu Viola agar cepat melupakan Nathan.
"Lagian, si bajingan itu ngapain dia kesini lagi?" ketus Arjuna.
Keandra menatap sang kakak sengit. "Lo kenapa sih, Jun? Dari kemarin gue liat lo itu gak suka banget sama Nathan? Ada masalah apa sih lo sama dia hah?!" ungkapnya kala melihat gelagat aneh dari Arjuna.
"Ya lo mikir aja anjing! Dia udah nyelingkuhin Viola, ngekhianatin adik kita! Dimana otaknya anjing?!" sergah Arjuna keras.
"Seenggaknya dia udah minta maaf ke kita! Bahkan dia juga udah ngelepas Viola sama orang lain, tapi kenapa sih lo masih sesinis itu sama dia? Gue jadi curiga, jangan-jangan ini semua ada sangkut-pautnya sama lo, iya?!" tuduh Keandra spontan.
Rajash bangkit. "Diem!"
Suasana mendadak hening. Arjuna juga Keandra pun turut duduk anteng tanpa menatap satu sama lain lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Teen Fiction"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...