EXTRA CHAPTER [YUAN]

1.7K 165 79
                                    

[Tandain TYPO]

[SEPERTI BIASA. JANGAN LUPA KOMEN]

#*#*#*#*#*#*

"Kenapa kita gak nunggu Riki aja Pa? Gavin masih mau nunggu Riki" pagi ini Gavin masih terus berharap Riki akan bangun dan mengantarnya masuk keruang operasi

"Kalau kamu sembuh, itu juga hadiah buat Riki kan" ucap Juna mengelus punggung Gavin

"Tapi... Gavin harus nunggu Riki dulu Pa. Gimana kalau Riki gak setuju Gavin di operasi hari ini?" Tanya nya. Perasaannya sungguh tidak nyaman

"Selama ini harapan Riki kamu bisa di operasi Gavin. Gak mungkin dia gak setuju" Tapi Gavin masih ingin meminta izin Riki, dia masih terus memandangi Riki dengan lekat

"Tapi Riki selalu takut Pa. Papa lupa waktu Gavin di operasi dulu? Dua kali operasi dan dua kali hampir gagal. Setidaknya Riki harus tau dulu Pa" ucapnya memaksa

"Semuanya pasti baik-baik aja. Papa tunggu di luar ya, kita harus cepet kerumah sakit" ucap Juna sebelum keluar dari ruang rawat Riki

"Kenapa kita gak nunggu bang Rik aja Pa?" Yuan ikut bertanya saat mendengar percakapan Gavin dan Juna

"Kita gak tau bang Rik bangun kapan, abang kamu semakin cepat di operasi itu semakin baik" ucapnya menjawab pertanyaan Yuan

"Rik, gue harap kita masih bisa ketemu nanti. Gue harap orang yang pertama kali gue liat setelah gue sadar itu lo" Gavin membisikkan itu

"Rik gue titip Jihan sebentar aja selama gue belum bangun. Yuan juga, ajarin dia banyak hal tapi jangan terlalu keras" Gavin kembali membisikan banyak kalimatnya

"Gue pergi dulu ya. Setelah lo sadar nanti, jangan lupa temuin gue" ucapnya sebelum keluar meninggalkan Riki. Gavin harap setiap ucapannya akan Riki dengar

Setelah sampai dirumah sakit, Gavin telah menggunakan baju operasinya. Dia menatap Yuan yang memegangi tangannya

"Takut?" Yuan mengangguk, dia rasanya ingin menangis sekarang

"Yuan, jangan benci apapun ya. Abang gak pernah ngajarin itu kan?" Yuan mengangguk

"Janji sama abang. Harus jadi laki-laki yang baik, gak kasar, gak dendam sama orang" Yuan menautkan jarinya pada jari Gavin

"Abang pasti bisa kan?" Gavin mengangguk

"Peluk dulu" Yuan langsung bergerak memeluk Gavin "Yuan udah dewasa sekarang kan?" Yuan mengangguk dengan ragu

"Nanti kalau abang belum bangun, jangan usilin kak Jihan terus. Harus sering jenguk bang Rik, oke?" Gavin mengelus kepala Yuan di pelukannya

"Iya bang. Abang nanti kalau selesai, cepet bangun. Abang ada janji tau gak?" Yuan melepas pelukannya, bertanya untuk memastikan apakah Gavin masih mengingat janjinya atau tidak

"Inget kok. Tenang aja, sekarang panggilin Papa ya. Abang mau ngobrol sama Papa sebentar" Yuan mengangguk, terakhir dia memberikan kecupan hangat di pipi Gavin hingga membuat abangnya itu sedikit terhibur

"Pa" panggilnya, membuat Juna langsung menyahut. Dia mendekat pada Gavin

"Maaf Gavin gak bisa jadi dokter" ucapnya tiba-tiba. Juna mengangguk, "Tahun depan kamu bisa daftar lagi di jurusan yang kamu mau" Juna merestui Gavin dimanapun sekarang

"Beneran?" Ada binar senang dari wajah Gavin saat Juna mengangguk

"Jangan sering marahin Yuan Pa, kasian. Gavin aja gak pernah marah, yang Yuan punya cuma Gavin Pa" Gavin menoleh ke arah suster yang sedang menyuntikkan obat bius

Gavnan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang